[24] Hurt?

634 50 65
                                    

Halo teman-teman apa kabar? Maaf ya uploadnya lama karena ada urusan yang harus aku selesaikan. Selamat membaca...

*****

Ghea menginjakkan kakinya di apartemen. Gadis itu baru saja pulang setelah menyelesaikan urusannya dengan lomba paskibra tadi. Beberapa hal yang dikerjakan membuatnya harus pulang larut seperti ini.

Pintu kamar tamu terbuka menampilkan Oliv dengan piyama tidurnya. Wanita itu datang menghampiri dan langsung menarik rambutnya dengan kencang sampai membuat ia meringis.

"Abis keluyuran kemana kamu sampai pulang malam begini?!" teriak Oliv di depan wajah Ghea.

"Ghea dari sekolah ma," balas Ghea sedikit terbata karena menahan rasa sakit di kepalanya.

"Jangan bohong!"

"Kamu pasti abis nongkrong gak jelas gitu kan? Anak bodoh, disewa berapa kamu sama mereka?! " tanya Oliv.

"Sumpah aku baru pulang dari sekolah. Aku gak seperti yang mama tuduh," balas Ghea membela diri.

"Apa kamu gak bisa membanggakan orang tua walau sedikit aja? Kemarin mama pindahin kamu ke asrama supaya kamu bisa belajar, belajar dan belajar. Supaya otak kamu itu kepake!"

Wirawan yang mendengar keributan pun keluar dari dalam kamar dan menghampiri mereka. Sedangkan Dicky? Ah baru sore tadi cowok itu kembali ke Malang karena ada urusan kuliahnya.

"Buat ulah apalagi dia?" tanya Wirawan pada Oliv.

"Seperti biasa. Mungkin keluyuran gak jelas dan belajar jadi anak nakal. Seperti manusia yang gak punya pendidikan," balas Oliv.

"Menjijikkan," ujar Wirawan.

Ghea meringis begitu mendengar orang tuanya terus mengumpatinya dengan kata kata kasar. Ghea menahan air matanya. Sebisa mungkin agar tidak terlihat lemah di hadapan siapapun.

"Tolong lepas ma, Ghea mau istirahat," ujar Ghea pelan.

Oliv berdesis sebelum membawa Ghea ke kamarnya. Sampai di sana, ia segera melepaskan Ghea dengan cara mendorongnya sampai membuat gadis itu terjatuh.

"Besok saya pergi dari sini. Saya gak sudi tinggal serumah sama jalang seperti kamu!" ujar Oliv sebelum keluar kamar Ghea dan menguncinya dari luar.

Ghea bangkit dan menghampiri cermin di kamarnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Hidung merah dan matanya yang sembab membuat gadis itu tertawa kecut.

"Dasar lemah," gumamnya.

Sedetik kemudian Ghea memukul cermin di hadapannya sampai pecah. Beberapa keping kecil dari cermin itu melukai tangannya sampai mengeluarkan darah segar. Tak hanya sampai di situ. Ia juga berkali-kali membenturkan kepalanya ke tembok sampai ia kehilangan kesadarannya.

*****

"Bisa gak lo berenti deketin Deven?"

Ghea yang sedang merapikan lokernya menoleh. Ia melihat Dinda berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Wajahnya ditegakkan sedikit, menatap Ghea dengan ekspresi menantang.

"Lo tuh jadi cewek gatel banget ya. Kalo gue bilang gak usah deket-deket sama Deven ya lakuin dong," ujar Dinda pada Ghea.

"Apa tadi lo bilang? Cewek gatel? Gak salah tuh. Yang gatel itu lo," ucap Ghea memposisikan badannya menghadap Dinda.

"Denger ya Din. Deven itu cowok gue, jadi ya wajar gue deket-deket sama dia." kata Ghea lagi.

"Tapi Deven itu sukanya sama gue bukan sama lo!" ujar Dinda.

OSIS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang