[28] Hazel 912

515 27 8
                                    

Disclaimer : part ini mungkin agak bucin, yakin mau lanjut baca? Siapin mental ya biar gak iri dengki.

*****

Beberapa orang duduk di kursi panjang rumah sakit, menatap pintu ruang ICU yang ditutup rapat-rapat. Mereka sedang menunggu informasi keadaan Ghea. Jika melihat kondisi mobilnya, hanya ada sedikit harapan bahwa gadis itu akan selamat.

Deven menghela napas lalu menyandarkan kepalanya ke dinding rumah sakit, mencoba berpikir positif. Setelah 4 jam menunggu, seorang dokter keluar membuat semua orang di sana berdiri.

"Apa ada keluarga pasien?" tanya Dokter pda mereka.

"Keluarga pasien sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Kami teman-temannya," jawab Kenny.

"Benturan keras yang terjadi akibat kecelakaan membuat pendarahan besar di kepalanya sehingga pasien mengalami kekurangan darah. Lalu ada sedikit bagian otak terkena yang mungkin dapat menggangu sistem syarafnya. Kami sudah melakukan yang terbaik tapi untuk kesembuhan, itu kuasa Tuhan. Kalian harus banyak berdoa," jelas Dokter itu.

"Syukurnya pasien tidak mengalami kritis, mungkin dalam satu atau dua jam kedepan ia akan siuman. Saya pesan kalau ada keluarganya, tolong langsung ke ruangan saya." Dokter itu lalu pamit dan beranjak dari sana.

Deven kembali duduk di kursi. Kakinya seolah terasa lemas untuk berdiri. Penjelasan dokter tadi tak sedikitpun mengurangi kecemasannya terhadap Ghea. Cowok itu menunduk memegangi kepalanya membuat teman-temannya menghampiri.

"She's fine, right?" lirih Deven membuat Kenny memegangi pundaknya.

"Berdoa minta sama Tuhan. Tuhan pasti bakal ngasih yang terbaik," kata Kenny.

Deven mengangguk lalu berdiri dan berjalan menjauh. Aldo sempat bangkit untuk mengikutinya tapi ditahan oleh Kenny.

"Biarin dia sendiri dulu," ujar Kenny.

*****

Deven masuk ke ruang Hazel 912 setelah mendapat kabar bahwa Ghea sudah dipindahkan ke sana. Cowok itu menutup pintu lalu berjalan pelan menuju brankar Ghea. Deven melihat Gibran sedang berbicara dengan Ghea yang matanya masih terpejam. Gibran menggenggam erat tangan Ghea lalu mencium puncak kepala gadis itu, membuat Deven membuang pandangannya dari sana.

Shit..

"AC-nya nyalain kek gerah banget," ujar Benji meledek Deven.

Gibran menoleh dan terkekeh pelan, lalu cowok itu menghampiri Deven.

"Ghea udah gue anggap adek gue sendiri, jadi lo gak usah cemburu," ucap Gibran. "Titip Ghea ya, gue mau jemput keluarganya di bandara."

Setelah Gibran keluar ruangan, Deven langsung duduk ditempat Gibran tadi. Cowok itu mengusap pelan puncak kepala Ghea seperti sedang membersihkan noda.

Punya gue nih, enak aja main cium-cium. Kata Deven dalam hati.

"Sayang..."

Deven menggenggam tangan Ghea yang bebas dari infus lalu menempatkan di wajahnya. Cowok itu mencium tangan Ghea lalu bermanja-manja di sana tanpa memedulikan kalau teman-temannya.

Anggap aja tumbuh-tumbuhan.

"Lama-lama gue blender juga ni rumah sakit," kata Benji.

Deven menatap mereka yang duduk di sofa dalam ruangan. Ia mengangkat kedua alisnya lalu melihat ke pintu, seolah memberikan kode. Jisha yang memang dasarnya lemot langsung gemas sendiri.

"Apaan sih tinggal ngomong doang kayak gak punya mulut aja," ujar Jisha.

"Itu kode kalo kita disuruh keluar," kata Kenny mengusap kepala Jisha.

OSIS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang