[20] Awal yang Berat

706 72 114
                                    

Yang gak vote dan komen kita kemusuhan. Bercanda sayang...

*****

"Dingin-dingin gini enaknya ngapain ya?" tanya Kenny sambil mengusap kedua telapak tangannya.

"Masuk neraka," balas Benji enteng membuat Aldo yang sedang makan tersedak karenanya.

"Anjing punya temen gini amat," ujar Aldo sambil mengusap dadanya sabar.

"Kamu itu solimi banget," ujar Kenny.

"Solimi solimi. Soleha!"

Mereka sedang nongkrong di sebuah cafe dekat sekolah. Beberapa siswa Genara terjebak di sini karena hujan yang turun sejak 1 jam yang lalu, tepat saat jam pulang sekolah.

Deven datang dan langsung duduk di sebelah Kenny. Cowok itu mengenakan seragam putih yang seluruh kancingnya dibiarkan terbuka hingga menampilkan kaos hitam yang ia pakai.

"Gimana Ghea? Dia baik-baik aja kan?" tanya Benji pada Deven membuat cowok itu menoleh.

"Baik selama gak ketemu dedemit kaya lo," jawab Deven.

Benji berdecak kemudian cowok itu menggelengkan kepalanya. "Muka ganteng kaya Zayn Malik gini lo katain dedemit,"

"Bahkan lo sama keteknya aja masih gantengan ketek Zayn Malik dongo," ujar Aldo tega.

"Tega lo sama gue Do? Gue bener-bener gak nyangka," ujar Benji menengadahkan wajahnya, pura-pura mengelap air mata.

"Parah masa Benji lo bully mulu, emangnya lo gak kasian sama dia? Gue sih nggak ya," ujar Kenny.

"Bangsat gue pikir lo bakal belain gue," umpat Benji membuat Kenny terkekeh.

"Deven," sapa Dinda yang tiba-tiba mucul, membuat keempat cowok itu langsung diam seketika.

"Hm?"

"Aku boleh pulang bareng kamu gak?" tanya Dinda pada Deven.

"Dasar jelangkung," desis Benji.

"Boleh," balas Deven asal.

"Yuk sekarang," ajak Dinda yang membuat Deven menoleh padanya.

"Lo gak liat? Gue lagi sama temen-temen gue," ujar Deven.

"Iya tau. Tapi ada yang mau aku omongin sama kamu," ujar Dinda pada Deven.

"Sok penting banget sih lo Din," ujar Aldo kesal.

"Berisik!" balas Dinda ketus.

"Mau ya?"

"Yaudah terserah," ujar Deven tak mau ribet. Cowok itu mengambil kunci mobilnya di atas meja dan beranjak pergi dari sana.

"Ganggu banget sih lo setan!" umpat Benji benar-benar kesal pada Dinda.

Dinda tersenyum licik kemudian gadis itu pergi sambil melambaikan tangannya pada ketiga cowok yang sedang menatapnya kesal.

"Belum aja gue betot palanya,"

*****

Dinda tersenyum senang begitu Deven menjalankan mobilnya keluar area cafe. Gadis itu menatap Deven dari samping. Cowok dengan rambut yang sedikit basah itu terlihat sangat tampan jika sedang menyetir, ralat dalam kondisi apapun Deven akan terlihat tampan. Dan itulah alasan Dinda ingin memiliki Deven seutuhnya.

"Dev aku suka sama kamu," ujar Dinda.

Deven diam tak merespon, cowok itu lebih memilih untuk fokus menyetir daripada harus meladeni gadis gila di sampingnya ini.

OSIS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang