[26] Ghea

595 50 103
                                    

Hi, nungguin ya? Sama kok aku juga. Vote dulu cepetan!

*****

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Ghea dan teman-teman sedang berada di apartemennya. Rencananya mereka ingin menginap di sini untuk menemani Ghea. Tapi Ghea menolak dengan alasan kalau besok mereka harus sekolah. Selain itu Ghea tidak ingin merepotkan, Ghea tidak mau jadi beban untuk mereka.

"Ada babi."

"Apakah kalian melihat babi? Dimana? Nah ini yang lagi baca mirip babi, canda babi." tawa Benji memenuhi satu apartment Ghea.

"Cukup membagongkan." ujar Sheryl disebelahnya. "Babi kok ngatain babi."

"Gue denger ada yang baru di ghosting gebetannya nih." ujar Kenny membuat Benji menoleh antusias.

"Siapa, Ken? siapa yang kena ghosting?" tanya Benji

"Tu yang lagi baca."

Mereka semua tertawa. Bahagia itu sederhana ya, melihat teman terbully saja sudah cukup. Melihat wajah Aldo yang memerah membuat Benji mendekatinya.

"Do, mabar yok!!" Dengan tidak ada akhlaknya Benji mengajak Aldo yang fokus membaca.

"Mabar mata lo soak! Lo gak liat gue lagi ngapain?!" balas Aldo ngegas sambil mengangkat LKSnya tinggi-tinggi.

"Besok kita remedial kimia. Gak lagi gue punya urusan sama tu guru. Banyak maunya anying, suruh ngapalin inilah ngapalin itulah. Lama-lama gue disuruh buat bom molotov nih," lanjut Aldo panjang lebar.

"Buat bom apaan?" tanya Benji bolot.

"BUAT BOM PALA LO!!"

"Tu liat, yang abis di ghosting jadi emosian," ujar Sheryl pada Jisha.

Benji menarik dirinya dari Aldo lalu duduk diantara Sheryl dan Jisha. Menang banyak, bund.

"Ngapain sih belajar? Mendingan juga rebahan." Benji merentangkan kedua tangannya ke sandaran sofa.

"Jangan males-malesan. Inget, lo jelek. Belajar yang rajin biar pinter. Walaupun tampang lo pas-pasan seenggaknya lo pinter. Ini udah jelek males belajar lagi," ujar Deven.

Gimana tertampar gak? Menusuk sekali bukan.

"Ampun suhu." Benji menyatukan dua telapak tangannya lalu sedikit menunduk pada Deven.

Bangkit dari duduknya, Deven berjalan menuju kamar Ghea. Daripada nyautin Benji yang otaknya ketinggalan di got, mending juga ngapel. Yakan??

Ghea menggeliat di atas kasurnya. Gadis itu tidak bisa tidur, padahal dokter bilang ia harus banyak istirahat. Memikirkan itu ia jadi merasa bersalah, takut obat yang diberikan dokter untuknya jadi sia-sia. Pintu kamar terbuka lalu Deven masuk dan duduk di dekatnya.

"Kenapa? Gak bisa tidur?" tanya Deven mengusap rambut Ghea.

Ghea menggeleng lalu menepis tangan Deven dari kepalanya. "Kapan pulang? Pulang sana udah malem,"

"Ngusir ni ceritanya?" tanya Deven. "Kamu tidur dulu. Kalo kamu udah tidur, baru aku dan yang lainnya pulang."

"Kalo aku tidurnya minggu depan, kamu juga bakal pulang minggu depan?" tanya Ghea membuat Deven mengangguk.

"Kamu mau aku lama-lama di sini?" Goda Deven. "Nanti kita serumah, kalo udah sah."

Ghea terkekeh geli. "Iya serumah, tapi kamu jadi tukang kebunnya aku."

OSIS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang