[15] Ghea Ngambek

911 132 274
                                    

Klik bintang dulu woy, yakali gak diklik. Udah nih? Yaudah markihal, mari kita halu...

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu tetapi Ghea masih berada di kelasnya. Gadis itu sedang mencatat materi yang tadi dijelaskan oleh Miss Rena. Setelah selesai, ia membereskan buku-bukunya dan langsung keluar kelas menuju parkiran karena Deven sudah menunggunya di sana.

Ketika sampai, Ghea melihat Dinda. Gadis itu terlihat sedang mengobrol bersama Deven di samping mobilnya. Lantas Ghea pun menghampiri mereka.

"Ck! Lelet banget sih lo," cibir Dinda pada Ghea.

Deven menoleh, cowok itu menarik lengan Ghea dan mengajaknya menjauh sedikit dari Dinda. Di bawah pohon yang rindang, Deven menggamit lengan gadisnya.

"Kita anterin Dinda pulang dulu gapapa kan?" tanya Deven yang lebih terdengar seperti permintaan.

Ghea mengangguk lalu kepalanya menunduk menatap dua pasang sepatunya di bawah.

"Kasian dia lagi sakit dan gak ada yang jemput," ujar Deven.

"Iya gapapa. Kamu anterin dia aja, aku bisa pulang sendiri," ujar Ghea.

Memang rumah Dinda dan apartemen Ghea itu berlawanan arah, ia takut Deven jadi lelah karena harus bolak-balik mengantar mereka berdua.

"Kamu marah?" tanya Deven.

"Gak aku gak marah," balas Ghea.

"Terus?" tanya Deven lagi, tangannya yang bebas terulur untuk merapikan helai rambut Ghea yang tertiup angin.

"Cuma takut kamu capek kalo harus nganterin aku sama Dinda, kan beda arah,"

"Jangan cari alasan buat pulang sama cowok lain," Deven melepaskan genggamannya dengan pandangan tidak suka.

Ghea menggeleng cepat. "Gak Dev, aku--"

"Cepet naik, aku tunggu di mobil. Kasian Dinda udah capek nungguin kamu dari tadi," ujar Deven cuek, cowok itu berlalu dan masuk ke mobilnya.

Ghea menurutinya dengan masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang belakang. Setelah dirasa siap, Deven langsung menjalankan mobilnya keluar dari lingkungan sekolah.

*****

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai setelah mengantar Dinda pulang tadi. Dan kini mereka –Deven dan Ghea sudah berada di parkiran apartemen Ghea.

Ghea sedang duduk menyamping di kursi penumpang mobil Deven. Pintunya dibiarkan terbuka dengan Deven yang berjongkok di luar, tepat di depannya.

"Kok cemberut?" tanya Deven melihat wajah Ghea yang tertunduk.

Ghea mendongak lalu membuang pandangannya ke kiri. "Siapa yang cemberut?"

"Kamu,"

Ghea diam, gadis itu tak berpaling dari kendaraan roda empat yang lalu lalang di depan apartemennnya.

"Katanya lutut kamu luka, mana coba liat?" tanya Deven berusaha merayu.

"Kata siapa?"

"Benji,"

"Cuma luka kecil. Kamu pulang gih, aku mau istirahat," Ghea mengusir Deven terang-terangan.

"Gak mau pulang, maunya pacaran," tolak Deven.

"Sana ajak Dinda,"

Deven terkejut mendengarnya, tak lama cowok itu menggeleng geli. "Kamu cemburu?"

"Enggak. Ngapain cemburu?" ujar Ghea mengelak.

"Bilang aja kali, dasar gengsi,"

"Yaudah aku minta maaf ya. Katanya Dinda masih pusing gara-gara tadi kena bola, jadi aku harus tanggung jawab kan yang lempar bolanya aku," ujar Deven menjelaskan.

OSIS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang