1

6.5K 314 6
                                    


*****







Kim Jisoo, itulah nama yang mereka berikan pada bayi perempuan yang ditemukan seorang pria paruh baya ketika berjalan hendak kembali kerumahnya, yang kemudian dia serahkan di sebuah panti asuhan yang tak begitu jauh dari rumahnya. Entah orang tua mana yang tega membuang anaknya sendiri.

Enam tahun berlalu Jisoo tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya yang mungil. Jika dilihat dia adalah gadis kecil yang sangat sempurna tetapi dibalik itu semua dia mempunyai satu kekurangan. Telinga kanannya tidak bisa mendengar dengan baik. Tapi bukan Jisoo jika dia merasa sedih dan berduka akan hal itu, dia tetaplah Jisoo yang sama yang selalu tersenyum pada siapapun.

Banyak yang ingin mengadopsinya tapi Jisoo selalu menolak untuk pergi dari panti asuhan itu. Dia selalu mengatakan tempat ini adalah rumahku dan akan selalu menjadi tempat aku pulang. Hingga akhirnya mereka menyerah dan tidak pernah lagi memaksa Jisoo untuk menerima pinangan dari keluarga manapun. Jisoo tidak pernah melupakan sosok pria paruh baya yang pernah menyelamatkan hidupnya dulu. Jika pulang sekolah sebelum kembali kepanti dia selalu bermain dirumah pria itu yang dia panggil dengan sebutan kekchu, singkatan dari kakek Jichu.

Semua berjalan seperti hari biasa hingga akhirnya kini Jisoo duduk di bangku sekolah menengah atas. Hari ini adalah hari pertama dia akan masuk kesekolah barunya seperti anak pada umumnya Jisoo begitu senang. Ditemani seorang teman yang sejak beberapa bulan yang lalu menjadi teman satu kamarnya, kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan dan tak ada keluarga dari keduanya mau menerimanya. Kang Seulgi atau bear itulah sebutan dari Jisoo untuknya walaupun dia lebih tua dari Jisoo tapi tidak membuat mereka terlihat kaku.

" Bear hari ini kita bakal masuk sekolah baru. Aku senang banget deh, sayang kita ga bisa satu kelas. Chu sedih. " Jisoo berlari kecil didepan dengan kedua tangan yang dia bentangkan.

" Hati - hati Chu nanti jatuh. " Seulgi memperingatkan Jisoo yang seperti tidak mendengarnya.

" Bear, kita lomba lari sampai depan gerbang sekolah yuk ?" Jisoo berjalan mundur menghadap Seulgi.

" Ga mau. Nanti sampai sekolah yang ada basah seragam kita bau keringat. "

Jisoo berbalik badan sambil menggerutu tak jelas dengan bibir yang dimajukan dan menghentakkan kakinya ketanah.

" Sudah jalan aja kan belum terlambat ngapain lari. " Seulgi menarik tangan Jisoo dan menggandengnya.

Jisoo kembali pada moodnya, sambil berjalan bergandengan tangan dengan Seulgi, Jisoo menyanyikan sebuah lagu sambil menggoda Seulgi agar ikut bernyanyi dengannya. Seulgi merasa sangat beruntung mempunyai seorang teman seperti Jisoo yang seperti tidak mempunyai masalah dalam hidupnya. Dia hanya mendengar dari ibu panti bahwa Jisoo bahkan tidak mengenal orang tuanya. Dia masih merasa beruntung walaupun hanya sebentar tapi dia bisa merasakan kasih sayang dari kedua orangnya. Setidaknya mereka tidak pernah membuangnya.

Setelah hampir 25 menit mereka berjalan akhirnya mereka berdiri disebuah bangunan sekolah. Jisoo sendiri yang memilih sekolah ini, Jisoo mengajak Seulgi untuk mendaftar program beasiswa disini. Awalnya Seulgi menolak tapi Jisoo merajuk bahkan tidak mau bicara dengannya selama dua hari membuat hatinya luluh mengikuti kemauan teman yang sudah seperti adiknya itu. Bukan tanpa alasan Seulgi menolak tempat ini, sudah bisa dilihat dari bangunannya sekolah ini bukan tempat bagi mereka yang hanya kalangan bawah. Seulgi melirik Jisoo yang diam terpesona dengan mulut setengah terbuka melihat begitu megahnya gedung sekolah mereka.

" Mulutnya ditutup nanti lalat masuk. "

" Wow bear ini gila gede banget gedungnya kalau aku hilang gimana ?"

The Lost Child ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang