PART 4

79 40 0
                                    

Beberapa menit kemudian, Kami semua pun sampai di apartemen. Kini kak Ahmad yang membantuku berjalan, sedangkan kak Angga sudah menuju apartemennya duluan.

"Karena Mama mu belum datang, Sebaiknya kita obati luka mu di apartemen kami." Timpal kak Ahmad, Aku hanya mengangguk.

Kak Ahmad membantuku duduk di sofa, Dan mereka sibuk lalu-lalang di depanku. Entah apa yang mereka lakukan.

Tiba-tiba kak Angga menghampiriku, Dia berlutut di depanku dan meraih kakiku. Sepertinya dia ingin mengobati lukaku.

"Kak Angga baik banget deh," Pujiku, Dia hanya terdiam. Tiba-tiba dia memencet lukaku.

"Awww ... sakit kak Angga," Rengek ku, Dia langsung pergi dari hadapanku. Kulihat dia selesai mengobati lukaku.

"Bukankah ini terlalu lebay, Kenapa dia harus memakaikan perban?" Gumamku. Kak Ardi datang dan mengangkat ku.

"Kak, Mau ke mana nih?" Tanyaku.

"Ikut aja," Jawab kak Ardi.

Kak Ardi membawaku menuju meja makan, Di meja makan sudah terdapat banyak makanan enak yang tersedia. Kak Ardi mendudukanku di kursi yang berdekatan dengan kak Angga, Aku enggan melihat kak Angga.

"Wow ... banyak banget makanannya," Timpalku.

"Ini buat kamu, Silahkan di makan." Ucap Imam.

"Ihhh ... Anggi terhura banget," ucapku.

"Terharu gblk!," Ketus kak Angga sambil mencubit pipiku.

"Kak Angga, Suka banget sih cubit pipi Anggi. Sakit tahu," Rengekku.

"Gak tahu juga," Timpalnya dan berlalu pergi. Aku heran melihat kepergiannya.

"Anjir ... Anggi imut banget," Gumam kak Angga saat menjauh.

Malam harinya aku berada di rumah, Mama pun sudah pulang bekerja dan sekarang Mama tengah memasak.

"Ma, kok kita harus masak terus sih buat mereka?" Tanyaku.

"Mereka itu laki-laki dan gak bisa masak, Jadi Mama masakin mereka sekalian uang sewanya Mama naikin dikit." Jawab Mama.

"Boleh juga," Timpalku.

"Siapa tahu di antara mereka berempat bisa menjadi menantu Mama," Ujar Mama.

"A-apaan sih Ma, Anggi mana mau sama mereka biar pun ganteng gitu tapi kelakuannya kek setan." Ucapku.

"Haisss, Jangan gitu kamu." Timpal Mama, Aku hanya tersenyum.

Selesai memasak Mama mengantarkan makan malam ke mereka, Aku tidak bisa karena lututku yang sakit apalagi di balut perban. Itu tidak bisa membuatku bergerak.

"Ya kali aku bisa suka di antara mereka berempat, Aku kan cuman suka Dedi aja." Gumamku.

Mama pun kembali, Kami pun makan bersama. Biar pun Mama jarang bersamaku, Tapi aku masih bersyukur kami bisa makan malam bersama. Semenjak Papa meninggal, Mama harus bekerja demi aku. Aku pernah menyuruh Mama untuk menikah lagi, Tapi Mama tidak mau. Alasannya karena sampai saat ini Mama masih mencintai Papa walaupun Papa tidak ada untuk selama-lamanya. Aku juga tidak bisa memaksa Mama, Karena Mama pasti mau kebebasan untuk dirinya sendiri.

Selesai makan Mama langsung membereskan meja makan dan mencuci piring kotor. Sedangkan aku pergi ke kamarku, Akan harus membuka perban ini. Ini sangat menyusahkan ku untuk berjalan. Sampainya di kamar, Aku duduk di kasur. Perlahan aku membuka perban di lututku. Lukanya masih perih dan masih terlihat goresannya, Apalagi aku bersekolah memakai rok. Pasti lukanya akan kelihatan, Dan jelek untuk dilihat. Aku kembali mengoles obat ke lututku, Setelah itu aku memutuskan untuk tidur.

TETANGGAKU GANTENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang