(36)-Saling Mengabaikan

33 1 0
                                    

"Jadi, siapa yang sebenarnya diabaikan? Aku, atau kamu?"

-Lauren Eka Hermawan-

Pagi harinya, Lauren sudah bersiap-siap berangkat sekolah, dia sudah merasa lebih baik. Dia juga memaksa untuk pergi ke sekolah dengan alasan dia akan menjaga dirinya sendiri, ya seperti itulah Lauren selalu keras kepala, dan dia juga berjanji tidak akan membuat cemas kedua orang tuanya.

Sebenarnya niat Lauren untuk sekolah bukan karena dia ingin belajar saja, tetapi niat utamanya adalah untuk melihat seberapa jauhnya Rendi berusaha untuk menghindari Lauren.

"Gue mau lihat seberapa jauhnya lo bisa ngehindarin gue Ren, lo lihat aja siapa yang sebenarnya diabaikan, gue... Atau lo!" batin Lauren.

Sepertinya sekarang Lauren mencoba untuk menjadi orang jahat, sebab setiap dia baik kepada semua orang, dia selalu saja merasa seperti dimanfaatkan. Dan dia akan selalu kalah jika dia tak melawan. Apakah sekarang Rendi akan menjadi musuhnya? Atau Rendi akan tetap menjadi cinta di hatinya? Kita lihat saja nanti hehehe.

Seperti biasa dia memasuki kelasnya, sepertinya sudah lama dia meninggalkan kelasnya itu, padahal hanya beberapa hari saja sejak kejadian tragis itu. Jika kalian bertanya apakah Lauren tidak trauma akan kejadian di gudang sekolah, jawabannya tidak. Karena sekarang tujuan utamanya adalah membalaskan dendamnya terhadap Rendi, dan dia tidak peduli akan kejadian tempo hari itu yang jelas dia harus bisa membalaskan dendamnya itu.

"Weh weh weh Ren, lo udah sembuh? Kok udah masuk sekolah aja? Jangan bilang lo kabur dari rumah buat sekolah? Atau jangan bilang lo sekolah cuma mau ketemu Rendi?" tanya Anjani di dalam kelas.

"Stop Jan, gue minta lo jangan sebut nama itu lagi setiap ada gue, kecuali kalo lo mau putus sahabatan sama gue," jawab Lauren sambil menatap sahabatnya itu dengan tatapan tajam.

Anjani tahu sahabatnya itu pasti sedang ada masalah besar, karena dia sudah hafal betul sifat Lauren, jika tidak ada masalah besar, Lauren gak akan menatapnya tajam seperti itu. Di matanya sekarang, Lauren bukanlah Lauren yang dulu dia kenal, Lauren sekarang seperti orang asing yang tidak Anjani kenal.

"Lo kenapa si Ren?" tanya Anjani baik-baik.

"Gue gapapa, lagian kalo gue kenapa-napa gak akan ada yang peduli sama gue. Bahkan orang yang gue cinta aja udah buat hati gue terluka." jawab Lauren dengan senyum miring.

"Oh, ini semua karena Rendi? Rendi yang ngebuat lo jadi orang asing di mata gue? Iya Ren? Jawab gue!" ucap Anjani tegas.

Seisi kelas tersebut tiba-tiba saja terdiam mendengar keributan antara kedua sahabat itu. Mereka mungkin kaget, atau terkejut entahlah tapi sekarang mereka yang berada di kelas itu, memilih untuk keluar semua secara kompak, untuk meninggalkan Lauren dan Anjani. Ya, Rendi, Alifa, Ikmal, dan Hendrik memang belum datang ke sekolah, entah apa yang terjadi pada mereka, mungkin mereka akan telat?

Setelah semua murid keluar, Anjani dan Lauren terdiam.

"Sabar Jan, sabar, orang kalo lagi marah, lo harus dinginin hati orang itu, jika lo lawan, malah tambah panas otaknya. Yaudahlah gue coba lembutin Lauren biar dia mau cerita ke gue, semoga aja dia luluh, dan semoga gak ada kejadian apa-apa lagi setelah ini." batin Anjani

"Sorry Ren, kalo gue marah sama lo, gue kebawa emosi aja tadi. Hmm... Kalo lo lagi ada masalah sama si 'R' lo cerita aja kali sama gue, kan kita sahabatan Ren, ya setidaknya lo bisa lega dengan cerita sama gue, sahabat lo sendiri." ucap Anjani dengan lembut disertai senyuman tulus.

Lauren menoleh kepada Anjani, tatapan tajamnya sudah mulai berubah menjadi tatapan biasa dan juga disertai senyuman tipis.

"Wah kayaknya Lauren luluh nih sama gue, ya semoga aja dia mau cerita habis ini ke gue," batin Anjani

L&R (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang