(35)-Fungsi Hati

17 1 0
                                    

"Fungsi hati adalah untuk mencintai bukan untuk di lukai."

-Lauren Eka Hermawan-

Semalaman Lauren mengunci dirinya di dalam kamar, menangis tanpa kenal lelah. Dia juga tidak bisa tidur karena dia terus-menerus kepikiran tentang surat yang ditulis oleh pemuda yang dicintainya itu. Mengapa dia begitu jahat? Apa selama ini dia hanya dipermainkan hatinya oleh Rendi? Dan seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang terus hinggap di dalam pikirannya yang menyebabkan dia tidak tidur seharian. Fanny dan Panji juga sudah dari semalam menyuruh Lauren untuk membuka kamarnya namun percuma saja, gadis itu terlalu keras kepala. Sampai-sampai Fanny dan Panji menelfon Anjani untuk kerumahnya malam-malam dan menyuruh Anjani menginap serta membawa seragam sekolahnya untuk menemani Lauren malam itu. Namun tetap saja, Lauren tidak mau membuka pintu kamarnya bahkan untuk Anjani sekalipun.

Tok tok tok

"Sayang, buka pintunya dong, kamu gak kasihan sama Jani? Dia udah capek-capek kesini buat nemenin kamu, tapi kamunya malah nggak mau bukain pintu buat Jani." ujar Fanny

"Lauren gak minta Jani buat kesini ma, jadi jangan salahin Lauren kalau Jani gak Lauren bolehin masuk kamar." balas Lauren, gadis itu memang sudah berhenti menangis sejak jam 01.00 dini hari. Dia pun melirik ke arah jam dinding, dan sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, sontak Lauren membelalakan mata. Dia harus pergi sekolah hari ini. Karena dia butuh penjelasan dari Rendi.

30 menit kemudian...

Ceklek

Pintu kamar Lauren terbuka, dan Lauren mendapati Fanny, Panji dan Anjani sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Tampak jelas raut wajah ketiganya khawatir, apalagi Fanny mukanya sudah pucat pasi, dia tidak tidur seharian karena memikirkannya. Lauren menunduk, dia merasa bersalah. Dia juga tidak menyangka mamanya masih stay di depan pintu kamarnya.

Lauren kembali menatap ketiga orang yang berada di depannya, "ayo berangkat." gumam Lauren pelan.

Raut wajah Panji yang tadinya biasa saja menjadi marah.

"Ren, kamu diajarin sopan santun kan sama mama dan papa?" tanya Panji dengan suara tegasnya. Lauren kembali menunduk sedikit dan mengangguk pelan.

"Terus kenapa kamu ngebiarin mama di depan pintu kamar kamu? Kamu tega ya sama mama kamu sendiri? Mama kamu nggak tidur seharian gara-gara mikirin kamu tahu! Mama kamu sampai-sampai rela tidur disini buat nungguin kamu buka pintu kamar. Kamu tega ya sekarang sama orang tua kamu sendiri?! Diajarin sama siapa kamu kaya gitu?!! Sekarang kamu minta maaf sama mama!!!" suruh Panji. Lauren pun langsung memeluk Fanny dan menangis di pelukan Fanny. "Ma-maafin Lauren ma. Gara-gara Lauren, mama sampai gak tidur. Maafin Lauren ma." pinta Lauren, Fanny yang sedari tadi sudah menangis itu menjawab, "gak ada ibu yang gak mau maafin anaknya sayang." mendengar itu, Lauren semakin erat memeluk seorang wanita yang sudah melahirkannya tersebut.

"Ma, pa, tapi Lauren boleh kan masuk sekolah hari ini?" tanya Lauren

"Gak boleh, kamu baru keluar rumah sakit kemarin, kamu belum sembuh total, lagian kamu juga belum tidur kan semalaman gara-gara kamu nangis? Lagian, kamu nangis kenapa sih? Kalo ada masalah cerita sama papa dan mama biar kita bisa bantu, jangan di pendem sendirian." tutur Panji

"Tapi pa... Luka Lauren udah kering, jadi Lauren pengen banget masuk sekolah hari ini pa." ucap Lauren, "Lauren gapapa kok pa, tadi malam kepala Lauren pusing banget jadinya Lauren nangis, maafin Lauren ya pa. Lauren gak bermaksud buat mama sama papa khawatir." tambah Lauren

L&R (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang