"Buuu kasih keringanan dong!"
"Iya nih, Bu! Waktunya kurang!"
"Jangan kumpul sekarang, Bu! Please!"
Seruan demi seruan itu menggema dari seluruh penjuru kelas. Wanita muda yang berdiri di depan kelas itu mengambil penggaris kayu di dekatnya dan memukulnya ke meja dalam satu bantingan keras.
"Diam kalian semua!" Teriak guru tersebut berhasil mendiamkan para siswanya yang tadi sempat menggelar 'demo dadakan'. Memijit pangkal hidungnya, guru tersebut menghela nafas. "Oke. Ibu kasih keringanan." Ucapnya sambil melipat tangan di dada. "Ibu kasih kesempatan sampai besok siang pas pulang sekolah. Kalau sampai pulang sekolah besok tugas kelompok kalian juga belum siap, nilai kalian nol! Oh, iya. Jangan jadiin kerja kelompok alasan buat pulang sampai larut, ya!"
"Siap, Bu!"
Ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi salam. Setelah guru tersebut keluar, semua murid mulai bergerumul membahas kerja kelompok mereka.
Sebagian murid bersyukur namun tetap ada saja murid-murid laknat yang tak tahu bersyukur dan mendumel berharap waktu yang diberikan lebih lama. Salah satu dari murid tak tahu bersyukur itu adalah Somi.
"Gak niat banget sih ngasih keringanan! Mana cukup sehari buat selesaiin nih peta!" Somi mendumel membuat Lisa terkekeh. "Udah, syukurin aja. Jadi, kita bakal ngerjain dimana nih?" Ucap Lisa yang langsung ditanggapi Bambam. "Kamu tahu kan, Lis? Rumahku lagi direnovasi. Jadi gak bisa." Sehun ikut menanggapi, "Maaf, tapi rumahku hari ini lagi kedatangan tamu dari Jogja. Rame banget. Banyak anak kecil, usil lagi. Kita ga bakal bisa ngerjain tugas kalo disana."
"Kalo Lisa gimana?" Tanya Somi yang direspon Lisa dengan ekspresi kecut. "Kayaknya gak bisa deh. Seingat aku hari ini teman-teman Papa mau ke rumah. Nanti takutnya ganggu."
Hanya ada empat orang anggota kelompok. Tiga dari empat orang itu sudah mengklaim bahwa rumah mereka tak bisa dijadikan tempat kerja kelompok. Maka, tersisa satu orang lagi yang tampaknya harus mau menjadi tuan rumah. Semua pandangan kini kompak tertuju pada Somi.
"E-eh?!"
"Bisa, kan?" Tanya Sehun yang disusul dengan pemutusan sepihak oleh Lisa. "Pasti bisa, dong! Kalo enggak pasti dia udah bilang daritadi."
"Jangan gitu, dong! Emang aku bilang rumahku bisa? Kan enggak." Somi membela diri. Menaikkan alis, Bambam bertanya. "Jadi, bisa atau enggak? Kalo gak bisa, apa alasannya?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Somi gelagapan. Sebenarnya bisa saja mengerjakan tugas kelompok ini di rumahnya. Tapi, ada satu hal yang Somi takutkan. Perlahan, ia melirik Lisa.
Di rumah lagi ada si tayi gak ya? Batinnya khawatir. Rumahnya sedang tak ada acara apapun. Tetapi, kehadiran Jungkook di sana akan menjadi masalah sulit bagi Somi. Somi takut Lisa akan memintanya untuk memberikan penjelasan.
"Somi?" Panggil Lisa sambil memiringkan kepala binggung. "Kenapa lihatin aku?"
Cari aman aja, deh! Batin Somi memutuskan. Ia menggeleng, meraih ponsel di sakunya. "Eng, sebentar. Aku tanya orang rumah dulu." Ucap Somi sambil menggerakkan jempolnya di layar ponsel. Bukannya menanyakan pada sang ibu, ia justru mencari kontak abangnya dan mengirimkan chat.
Somi : Hoi, lagi dimana?
Kook adalah Tahi : Di acara pembukaan pasar malam. Kenapa?
Somi : Masih lama gak disana?
Kook adalah Tahi : Iye. Bakal manggung sekitar dua jam lagi. Napa?
Somi : Dari sana ke rumah berapa lama?
Kook adalah Tahi : Sekitar empat puluh lima menitan deh kayaknya
Kook adalah Tahi : Napa sih?
Somi : Bagus, deh
Somi : Cuma mau nanya doang. Bye
Tersenyum, Somi menatap ketiga temannya riang. "Ternyata bisa! Ayo!"
Ketiganya menatap perubahan sikap Somi dengan mengernyitkan dahi. Tetapi, ketiganya tetap mengikuti kemana gadis itu pergi. Somi dengan langkah riang menggandeng Lisa.
Dua jam lagi tampil terus waktu tempuh dari sana ke rumah empat puluh lima menit, ya? Batin Somi memperhitungkan 'waktu aman' agar Jungkook tak bisa bertemu Lisa.
"Kira-kira ngerjain ini lama gak? Kalo bisa jangan lebih dari dua setengah jam, ya."
Sehun menaikkan alis, "Kenapa?"
"Soalnya ntar ada yang gangguin kita." Jawab Somi dengan nada malas. "Oh, iya. Lewat sini!" Seru Somi kemudian sambil menunjukkan jalan ke halte tempat mereka akan menunggu. Somi duduk kemudian kembali memainkan ponselnya. Lisa mengernyit, "Ngapain, Som? Jangan sering-sering mainin hp di halte gini. Bahaya, tahu." Somi hanya tersenyum, "Iya. Aku cuma chat Mama bilang ada temen ke rumah."
"Loh? Jadi tadi chat siapa?" Tanya Bambam heran membuat Somi merutuki dirinya sendiri karena keceplosan. "Ah, iya... itu tadi aku cuma ngecek tuh pengganggu kira-kira bakal datang apa enggak. Hehehe."
"Oh makanya kamu batasin waktu cuma dua setengah jam, ya?" Sehun berkata sambil mengangguk mengerti. Somi hanya bisa memaksakan senyum, mengangguk-angguk walau dalam hati masih meringis.
Somi sedikit cemas. Gadis itu hanya bisa mengucap harap.
Semoga ia tidak keceplosan hal-hal yang lain lagi.
- J u n g L o o k -
Selamat soreeeeee!
Maaf karena ini di post paling terakhir dibanding cerita yang lain soalnya otakku lagi buntu:'(
Gimana menurut kalian?
Jangan lupa berikan vote dan komentar, ya! Itu moodbooster author'~'♡
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
JungLook
FanfictionJeon Jungkook Fanfiction | Lizkook Di mata para fans, pasti ada hal yang menarik perhatian dari bias atau idol yang disukainya. Entah itu wajahnya yang rupawan, entah itu suaranya yang merdu, atau alasan lainnya. Untuk Lisa sendiri, Jungkook sudah s...