24.

489 53 2
                                    

Lisa menatap foto di instagram Jungkook sambil menghela nafas.

Aish. Sebenarnya apa yang ia pikirkan?

Kamu lucu banget.

Sampai-sampai waktu itu dia sibuk banget lihatin riwayat chat kalian di dm instagram.

Ah, padahal waktu itu kami lagi nge-date, loh.

Aku gak dipeduliin.

Kata-kata IU terngiang dalam pikiran Lisa. Jelas Lisa paham bahwa itu adalah sindiran halus yang meminta dirinya menjaga jarak dari Jungkook.

Hm, jadi begini rasanya disindir.

Sakit juga.

Lisa menghela nafas, sadar bahwa apa yang IU lakukan sudah benar. Andai Lisa yang berada dalam posisi IU, pasti Lisa akan melakukan hal yang sama. Mana ada gadis yang senang melihat pacarnya selengket lem dengan gadis lain. Apalagi IU bilang Jungkook membahas tentang dirinya ketika mereka berdua sedang berkencan. Tak ada seorang pun yang suka pacarnya membahas orang lain ketika sedang berkencan.

Disindir memang menyakitkan. Tetapi Lisa yakin melihat pacar sendiri dengan santainya membahas serta memuji orang lain pasti terasa lebih menyakitkan.

Lisa lagi-lagi menghela nafas. Ia letakkan ponselnya ke meja yang ada disampingnya sebelum akhirnya memeluk lututnya sendiri. Ini hari yang baik. Sungguh. Sepanjang hari ia menghabiskan waktu dengan Somi, Sehun, Bambam serta idolanya sendiri, Jeon Jungkook. Lisa juga berkenalan dengan orang-orang baru yaitu Seongwoo dan IU yang notabene-nya adalah artis.

Harusnya hari ini ia akhiri dengan ucapan syukur dan rasa gembira, bukannya wajah murung dan hati yang rasanya terluka. Lagipula, apa haknya untuk merasa terluka? Lisa tak lebih dari seorang penggemar. Bukan temen dekat, gebetan apalagi pacar.

Segala tindakan baik Jungkook tak bisa ia jadikan alasan untuk merasa ter-php-kan. Baik itu ketika Jungkook membuatkannya sirup atau mengikuti akun instagramnya hanya berdasarkan keinginan penyanyi tampan tersebut untuk dekat dengan fansnya. Atau bisa pula tindakan itu berlandaskan keinginan Jungkook selaku abang dari Somi untuk dekat dengannya agar bisa menjadi abang yang baik bagi Somi. Sosok saudara yang berusaha mencoba berbaur dengan teman-teman adiknya dengan baik.

Ya, itu yang paling masuk akal mengingat Jungkook yang mengajak dirinya, Sehun, dan Bambam untuk pergi bersama.

Tok! Tok! Tok!

"Non Lisa, ayo makan malam!" Seru Bi Iyem dari balik pintu.

Tersenyum kecut, Lisa ingin sekali bilang bahwa ia tak akan makan malam untuk hari ini. Saat ini Lisa sedang tak selera untuk melakukan apapun, termasuk memakan sesuatu.

Tapi, itu tentu tak akan Lisa lakukan mengingat bagaimana karakteristik Bi Iyem. Bertahun-tahun menjadi asisten rumah tangganya, Lisa sudah paham betul bagaimana gigihnya Bi Iyem akan membujuknya untuk makan.

Lisa akhirnya memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Tetapi, baru selangkah ia melangkah dari kasurnya, Bi Iyem sudah lebih dulu membuka pintu. Salah satu tangannya membawa nampan dengan piring berisikan makanan dan segelas air putih diatasnya. Bi Iyem menatap Lisa sambil tersenyum. "Non duduk aja. Saya tahu Non lagi gak nafsu. Dari muka Non waktu pulang aja udah ketahuan, kok."

Lisa tersenyum, menurut. Bi Iyem benar-benar tahu soal dirinya hingga Lisa merasa Bi Iyem sudah seperti ibunya sendiri.

Bi Iyem kini duduk di dekat Lisa, menyuapi anak majikannya itu dengan makanan yang dibawanya. "Non kenapa sedih? Ada masalah sama jalan-jalan tadi?" Tanya Bi Iyem yang membuat Lisa manyun. "Ini tentang Jungkook, Bi."

"Idola Non Lisa? Kenapa dia?"

"Dia udah punya pacar, Bi. Dia gak naksir sama Lisa."

Bi Iyem menatap Lisa kaget. "Beneran, Non? Jungkook itu idolanya Non yang ngasih sirup, kan? Yah. Sayang banget."

"Namanya Lisa cuma fans, Bi. Khayalan Lisa aja yang ketinggian." Lisa membalas. Kini, jemari Bi Iyem membelai surainya. "Tapi, walaupun dia punya pacar, acara jalan-jalannya tetap asyik, kan? Non bisa jalan bareng temen-temennya Non."

Lisa hanya tersenyum tipis, tak mengiyakan karena setelah diingat lagi ia tak banyak berinteraksi dengan Somi, Sehun, maupun Bambam. Sebelum IU datang ia menempel pada Jungkook sedangkan sejak IU hadir di antara mereka, Lisa sibuk dengan pikirannya sendiri.

Bi Iyem kembali menyuapi Lisa, lanjut bicara karena Lisa tak merespon. "Namanya juga Non baru pertama kali ngerasain gimana rasanya ketemu idola yang bener-bener Non Lisa suka. Tapi, Bi Iyem ingetin ya. Rasa suka itu beda-beda loh, Non. Sama kayak rasa suka Non ke Bambam itu rasa suka sebatas sahabat, mungkin rasa suka Non buat Jungkook itu cuma sebatas fans. Lihat? Beda-beda, kan? Jadi, Non gak perlu merasa sedih. Non kan fansnya. Masa karena dia punya pacar aja Non mau sedih terus berhenti jadi fansnya? Memangnya Non ngefans biar punya kesempatan pacaran sama dia? Kan enggak."

Perkataan Bi Iyem membuat Lisa jadi merasa miris dengan dirinya sendiri. Bi Iyem benar. Sejak awal Lisa menyukai Jungkook karena suara penyanyi muda tersebut. Tak ada ambisi menjadi kekasih Jungkook walau harus Lisa akui sering halu ingin menjadi pacar Jungkook.

Itu hanya sekedar halu, kan? Semua fans merasakan hal yang sama. Hanya karena Jungkook mengenal dirinya itu tak akan mengubah kenyataan bahwa Jungkook memiliki kekasih.

Bi Iyem benar. Rasa sukanya ini hanya rasa suka sebagai fans yang mengagumi idolanya. Tidak kurang dan tidak lebih. Kalau sudah begitu, Lisa harusnya sadar diri dan tak menuntut lebih. Rasa sakit ini pun besok pasti akan langsung lenyap karena perasaan yang ia punya itu bukanlah cinta. Hanya sekedar kagum.

"Bi,"

"Iya Non?"

"Lisa... bakal tetap jadi fans Jungkook."

Bi Iyem tersenyum lembut, mengusap puncak kepala Lisa. "Bi Iyem tahu itu pasti berat. Tapi, semangat move on-nya ya, Non."

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang