Ada yang berbeda di meja makan Keluarga Jeon malam ini. Papa dan Mama saling bertukar pandangan dan bicara lewat tatapan mata sesekali memberi kode lewat mimik wajah. Pasangan suami-istri itu tampak seakan-akan sedang telepati, sedangkan kedua anak mereka larut dalam hening. Mereka menghabiskan sajian yang terhidang di piring masing-masing tanpa suara.
"Ekhem."
Dehaman sang Papa membuat perhatian keduanya beralih dari piring. Baik Somi maupun Jungkook menatap sosok Papa mereka dengan tatapan yang seolah bicara 'ada-apa-sih' yang diyakini jika kata-kata itu keluar dari lisan mereka akan terdengar ketus. Somi memang orang yang lumayan jutek. Tetapi tidak dengan Jungkook. Membayangkan putra sulungnya berucap dengan nada ketus sudah cukup untuk membuat kepala keluarga Jeon itu bergidik ngeri. Apalagi jika kata-kata itu benar-benar terucap dari lisan Jungkook. Bisa-bisa pria itu kejang-kejang.
"Kalian kenapa, sih? Marahan? Kok dua-duanya jadi kayak mayat hidup gini? Biasanya juga kalo marahan kalian saling ngejek. Cepat cerita!"
Tentu omelan itu tidak keluar dari sang Papa yang nyalinya tak sampai satu sendok teh. Omelan itu berasal dari sang Mama yang sudah cukup gemas melihat pemandangan dihadapannya ini. Tidak biasanya kedua anaknya diam seperti arca begini. Anaknya yang ia kenal itu selalu rusuh setiap kali berdekatan, termasuk ketika di meja makan. Diam-diam wanita itu takut kalau kedua anaknya ini sedang kesurupan jin penunggu pohon tauge.
"Somi gapapa."
"Kook juga."
Mendengar jawaban itu membuat sang Mama geram. Bahkan sendok dalam genggamannya sudah mulai bengkok. Papa menatap ngeri istrinya. Ia benci situasi saat ini. Sungguh mengerikan terjebak berada di antara istri dan anak yang biasanya riuh dan berisik tiba-tiba diam dengan suasana bak dalam peperangan; serius serta terasa sedingin kutub lengkap dengan perasaan ngeri yang menghantui kalau-kalau tanpa sengaja ia menginjak 'ranjau' karena menyebutkan hal terlarang.
"Papa sama Mama mau tahu kalian kenapa. Tolong beri kami kejelasan. Digantungin tuh gak enak." Sang Papa mencoba mencairkan suasana. Tapi, itu justru membuat Somi mendengus. "Gak lucu, Pa."
Tuh, kan. Nginjak ranjau.
Sebenarnya pria itu sudah kicep. Tidak mau bicara lagi. Lebih baik menyantap makanannya tanpa bicara daripada mendapat balasan nyelekit. Tapi, dewi fortuna tak berpihak pada kepala keluarga Jeon itu. Sang istri mencubitnya tepat ketika ia baru saja akan menyuapkan makanan ke mulut yang sudah menganga. Tak hanya itu, sang istri pun menatap sadis seolah berkata, 'cepat-tanya-lagi'.
"Kalian kenapa marahan?" Tanya Papa lagi yang tak dibalas oleh kedua putra-putrinya yang melanjutkan makan. Keduanya seolah tuli, membuat pria itu meringis akan nasibnya. Apa ia melakukan dosa besar sehingga terjebak dalam situasi semacam ini?
Pria itu mencoba mencari akal. Memfokuskan diri, memikirkan kira-kira apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Hm. Semalam ia dan istrinya sedang tak di rumah dan baru pulang sore ini. Kira-kira, apa yang terjadi semalam diantara kedua kakak beradik ini?
Oh, iya. Semalam kan Kook izin ke tempat wisata. Batin pria itu menemukan topik. Berdeham, kini ia mulai membahasnya. "Gimana semalam? Kalian ke tempat hiburan yang baru buka itu kan kemarin?"
Ekspresi keduanya tampak berubah. Membuat sang Papa melanjutkan topik pembicaraan. "Kalian pergi bareng, kan? Sama teman-teman kalian juga?"
Keduanya masih diam. Dan bodohnya kepala keluarga Jeon itu tak menangkap situasi dan melanjutkan perkataan. "Ah, jangan-jangan Jungkook ajak Somi dan teman-temannya biar si--- eh siapa namanya kemarin?"
Berpikir sejenak, sang Mama menjawab. "Lisa, Pa."
Papa menjentikkan jari dan mengacungi jempol istrinya. "Nah itu, Ma! Si Lisa! Jungkook ajak teman Somi juga biar Lisa ikut, kan? Terus Jungkook nembak Lisa disana. Somi kan kemarin kesal dan malu punya abang kayak Jungkook. Jadi Somi kesal karena Jungkook nembak Lisa."
Mama mengangguk setuju, merasa hipotesis Papa benar. "Masuk akal sih. Kan Somi memang katanya ga kepengen Lisa tahu Jungkook itu abangnya karena malu-maluin. Apalagi kalo pacaran. Somi pasti takut, ya? Tenang, Som. Ga ada laki-laki yang lebih goblok dari Papamu. Papamu aja berusaha biar gak malu-maluin pas kencan sama Mama. Apalagi Jungkook."
Somi menghembuskan nafas gusar, menatap piringnya tak nafsu. "Jungkook memang pacaran, sih." Ucapnya dengan nada datar.
"Gapapa, Somi. Namanya juga suka. Lisa nanti pasti maklum sama sikap abang---"
"Siapa bilang dia pacaran sama Lisa?" Somi memotong ucapan sang Mama membuat kedua orangtuanya mengernyit. Somi menatap sinis abangnya sebelum melanjutkan perkataannya. "Dia cuma php-in Lisa. Dia udah punya pacar."
"Siapa?"
"Ji Eun. Lee Ji Eun. Orang yang buat dia masuk dunia hiburan."
"Aaaa... Bagus, dong? Dia---"
"Ma, Pa. Dia bahas Lisa di depan Ji Eun waktu lagi berduaan. Terus Ji Eun kesal, jadinya nyinyir ke Lisa karena ada Lisa disana. Tahu gak? Sebelum Ji Eun datang dia mesra banget loh sama Lisa."
"Somi," Jungkook memanggil dengan nada dingin tanpa menoleh pada adiknya, memberi kode untuk berhenti. Tapi, Somi yang memang berjiwa barbar tak mengindahkan kode Jungkook dan tetap melanjutkan perkataanya. "Pas Ji Eun ga ada dia dekat banget sama Lisa. Eh pas Ji Eun tiba-tiba datang dianya malah kicep. Lisa gemetaran hadapin Ji Eun padahal dia gatau apa-apa. Jangankan Lisa, Somi aja ga tau abang punya pacar."
"Somi, cukup."
"Kenapa? Malu? Pengecut banget sih jadi cowok!"
"Kamu gak ngerti---"
"Ngerti banget, Bang! Paham banget kalo lo memang bajingan! Mereka sebaik itu tapi lo---"
Dum!
Papa mereka memukul meja, membuat keduanya berhenti. Somi mengepalkan tangan kuat untuk menahan emosi, memalingkan wajah dari Jungkook. Jungkook sendiri menghela nafas. Paham kalau ia bersalah.
"Jungkook," panggil sang Papa membuat pemuda itu menoleh. "Ya, Pa?"
"Apa yang dikatakan Somi itu benar?"
"Jungkook sama Lisa itu---"
"Cukup jawab benar atau tidak. Jangan bertele-tele."
Meneguk ludah kasar, Jungkook mengangguk. "Iya, Pa. Benar. Ucapan Somi benar. Tapi, Kook ga ada maksud sama sekali."
"Ga ada maksud apaan, hah?! Lo tau Lisa ngefans banget sama lo! Lo jelas paham kalo dia bakal baper--"
"Somi, dia abang kamu. Kamu harus sopan." Mama memperingatkan membuat Somi lagi-lagi semakin mengepalkan jemarinya kuat untuk menahan emosi. Papa mereka sendiri menatap Jungkook kecewa. Orang yang ditatap semakin merasa bersalah. Menunduk dalam diam, akhirnya sang Papa memberi perintah.
"Papa gak ajarin kamu jadi laki-laki seperti itu. Dan Papa gak mau kamu jadi laki-laki seperti itu. Kamu harus minta maaf sama mereka berdua. Baik itu Ji Eun maupun Lisa. Paham?"
- J u n g L o o k -
Part yang ini 1000+ word loh. Jadi walau cuma up dua part ini udah cukup banyak lah yaa.
Jangan lupa untuk selalu vote dan komen ya♡
Share? Boleh banget♡
See you♡
KAMU SEDANG MEMBACA
JungLook
FanfictionJeon Jungkook Fanfiction | Lizkook Di mata para fans, pasti ada hal yang menarik perhatian dari bias atau idol yang disukainya. Entah itu wajahnya yang rupawan, entah itu suaranya yang merdu, atau alasan lainnya. Untuk Lisa sendiri, Jungkook sudah s...