35.

542 56 0
                                    

Ting nong!

Bel apartemen milik seorang namja berbunyi. Namja itu adalah Ong Seongwoo. Ia melangkahkan kaki menuju pintu. Meski belum membuka pintu, Seongwoo tahu siapa orang yang sedang memenceti belnya itu tiap lima detik sekali saat ini.

Seongwoo menghela nafas gusar ketika ia mendapati IU tepat berada di hadapannya saat ini. Yaps. Prediksinya tak meleset sama sekali.

Gadis itu memasang senyum sebelum akhirnya melenggang masuk ke apartemen milik Seongwoo tanpa permisi. Hal yang membuat Seongwoo selalu menggeleng takjub. Kalimat basa-basi 'anggap rumah sendiri' bahkan tak perlu diucapkan Seongwoo pada gadis ini.

Mau bagaimana lagi? IU sudah menganggap apartemennya ini seperti rumah sendiri tanpa diminta. Lihatlah gadis itu. Bahkan ia tahu dimana letak penyimpanan minuman kerasnya berada. Gadis itu meraih beberapa minuman dan membawanya ke meja makan lengkap dengan sebuah gelas. Gadis itu berusaha membuka tutup minuman yang ingin ia santap. Setelah berhasil, ia menuangkannya ke gelas dan menenggaknya.

Ckckck. Bahkan perkiraan Seongwoo tentang alasan kedatangan gadis itu tak meleset sama sekali.

Meraih kursi yang berhadapan dengan IU, Seongwoo duduk. Menatap IU dengan tatapan penuh penghakiman.

"Hei, hei! Kau bisa mabuk dengan siapapun. Kenapa kamu harus memilihku untuk menemanimu minum-minum?" Protes Seongwoo kesal. Gadis di hadapannya saat ini memasang ekspresi cemberut. "Aku patah hati dan aku ingin curhat. Tapi, kau malah mengomeliku karena aku datang ke sini. Teman macam apa kau ini?"

Seongwoo menaikkan sebelah alisnya. "Apakah aku adalah temanmu?"

IU menatapnya sinis. Bukannya takut, Seongwoo malah tertawa. "Santai, santai. Dasar cewek. Diejek dikit aja langsung marah."

"Bodo amat!"

Seongwoo tak memerdulikan seruan gadis itu. Ia melenggang menuju dapur, meraih beberapa botol alkohol dan kembali menuju meja makan tempat IU berada. Ia membukanya, kemudian menuangkannya ke dalam gelas dan menenggaknya.

"Rakus," cibir IU yang tak diindahkan oleh Seongwoo. Setelah menghabiskan dua botol minuman beralkohol, pemuda itu membuka percakapan.

"Jadi, ada apa Eun?"

IU yang pipinya sudah memerah karena mabuk menghela nafas gusar. Ia memainkan jarinya di tepian gelas sambil memanyunkan bibir. Tanpa menatap Seongwoo, gadis itu berucap. "Aku benci diriku."

"Ya. Aku juga membencimu karena kau suka menghabiskan stok minumanku." Seongwoo membalas. IU menatapnya sinis, membuat Seongwoo lagi-lagi tergelak.

"Bisakah kau serius sebentar saja?!"

"Oke, oke. Kenapa?" Tanya Seongwoo akhirnya. IU mengerucutkan bibir, "Aku takut aku membuat keputusan yang salah. Tapi, rasanya, semua yang ku lakukan itu salah."

Seongwoo masih menyimak perkataan IU walau gadis itu tampak sudah mulai mabuk berat. Setelah cegukan sekali, gadis itu kembali bicara. "Kau tahu? Apapun yang ku pilih salah jika itu berhubungan dengan Jungkook. Semuanya adalah simalakama."

"Simalakama?" Ulang Seongwoo yang baru saja menyesap kembali minumannya. Tenang saja. Ia tidak mabuk. Sama sekali belum mabuk. Dia benar-benar jago dalam urusan minum minuman keras seperti ini. Dan ia pun tahu batasan dirinya. Seongwoo sengaja minum pelan-pelan karena tahu sebaiknya ia tetap dalam keadaan 'sadar' agar tak terjadi kejadian atau hal-hal yang tak diinginkan.

Seongwoo bukan lelaki brengsek yang akan memanfaatkan ketidaksadaran seorang wanita mabuk.

Apalagi jika wanita itu adalah temannya sendiri.

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang