32.

574 62 3
                                    

Somi melenggang keluar dari kamarnya. Melirik ke arah jam yang tergantung apik di dinding, ia mengerucutkan bibir.

Pukul sebelas.

Ini masih terlalu pagi untuknya bangun.

Apa Somi sebaiknya kembali tidur saja?

Aiyaiya aim byutipul baterplai~

Aiyaiya aim byutipul baterplai~

Sepenggal lagu yang merupakan bunyi dari hp mainan anak-anak itu mengalun dari kamar Jungkook. Somi mengernyit, sedang apa abangnya yang gesrek nan abnormal itu?

Ah, masa bodo. Batin Somi mencoba untuk menghentikan rasa penasarannya. Somi baru saja akan kembali ke kamarnya. Tapi, ponsel mainan yang berbunyi itu seakan memanggilnya untuk masuk.

Ngintip ae ga masalah kali, ya? Kalo keciduk bilang aja mau nyuruh dia berhenti main hp mainan. Batin Somi memutuskan. Gadis itu mengendap-endap melangkah sebelum akhirnya jemari gadis itu sudah memegang gagang pintu kamar abangnya tersebut.

Tok tok tok!

Tok tok tok!

"Jungkooooook! Main, yuk!"

Suara itu mengejutkan Somi. Gawat. Bisa-bisa abangnya tiba-tiba muncul dari kamar karena dipanggil temannya. Kalau begini, lebih baik Somi putar arah saja menuju tangga.

Somi pun akhirnya memilih lari ke bawah, sekalian membukakan pintu untuk orang abnormal yang ia yakini adalah Seongwoo. Kenapa Somi menyebutnya abnormal? Karena pria itu tak sadar umur dan masih berani berseru 'main-yuk!' seakan-akan ia adalah anak SD yang sedang mengajak temannya main keluar.

Yah. Teman yang tak normal untuk orang yang tak normal.

"Eh, adik manis. Baru bagun tidur, ya?"

Somi mengernyit. "Tahu darimana?"

"Itu. Beleknya masih nempel."

Lari.

Somi segera lari ke cermin terdekat untuk melihat pantulan dirinya.

Beneran, njir. Batinnya memaki. Tak hanya belek yang menempel dengan syahdu, rambutnya juga seperti singa karena belum disisir.

Hadeuh. Kesialan macam apa ini?

Mana Somi bangun terlalu pagi, ia mendapat musibah semacam ini pula. Memang sih Seongwoo bukan siapa-siapa untuknya. Tapi, tetap saja. Ketika orang lain melihat belek kita masih menempel pasti kita sangat malu, kan? Secara, ciwi cantik seperti Somi dilihat baru bangun tidur dengan rambut acak-acakan dan belek nangkring manis di mata.

Kejadian ini tak boleh terulang lagi.

"Gapapa. Kamu tetap manis, kok." Seongwoo tiba-tiba berujar, entah sejak kapan berada di samping Somi.

Somi merinding. Seongwoo seperti setan yang muncul sana-sini dalam sepersekian detik.

"Silahkan tunggu di ruang tamu, Tuan. Hamba akan panggil teman seperbobrokan Anda. Oke?" Somi berujar dengan nada ala-ala pelayan kafe. Tanpa menunggu balasan dari teman abang gesreknya yang sepertinya juga gesrek itu, ia segera melenggang pergi menuju kamar sang abang.

Tok! Tok! Tok!

"Bang! Temenmu nyariin, nih!"

Tak ada balasan.

"Baaaang! Seongwoo nungguin di bawah!"

Masih tak ada sahutan.

Somi bergidik. Jangan bilang abangnya tewas bunuh diri?

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang