12.

641 80 2
                                    

Apabila perselisihan antarsahabat terjadi, kira-kira apa hal yang pertama kali kalian pikirkan sebagai penyebabnya?

Lisa memang senang sepanjang hari ini. Tetapi, bukan berarti gadis itu tidak peka atas kondisi sahabatnya. Sejak tadi Somi terlihat kesal.

Sangat kesal.

Sayangnya Lisa tak tahu penyebabnya.

Keceriaan Lisa berangsur lenyap karena hal itu. Belum lagi Somi tampak jengah dengan kehadiran Lisa. Diam-diam Lisa mencoba mengabaikannya, lebih memilih untuk menunggu sahabatnya itu curhat seperti biasa daripada bertanya. Mungkin Somi melihat Bambam berduaan dengan ciwi yang disukainya sehingga mood gadis itu memburuk. Dalam kondisi itu biasanya Somi akan terlihat suram serta mengajak Bambam gelud atau tak menegur Bambam sama sekali. Tapi, melihat interaksi Somi dengan Bambam baik-baik saja, Lisa jadi heran.

Kalau memang hubungan Somi dengan Bambam baik-baik saja, kenapa gadis itu terlihat muram?

Oh, ya. Kalian belum tahu tentang hubungan Somi dan Bambam. Somi menyukai sahabat Lisa yang satu itu. Tapi, terkadang Somi merasa Bambam begitu jauh dari genggamannya dan berasumsi Bambam menyukai perempuan lain saat ini. Berhubung Lisa dan Bambam bersahabat sejak kecil, Somi terkadang menanyakan hal kesukaan Bambam dan menceritakan keluh kesahnya terkait pemuda itu.

Somi tidak gelut dengan Bambam ataupun mendiamkannya. Artinya, bukan hubungan Somi dengan Bambam yang bermasalah. Tetapi hubungan Somi dan Lisa sendiri yang bermasalah.

Itu artinya, mereka berselisih.

Lisa menghela nafas, apa ia membuat kesalahan? Kalau iya, apa kesalahan yang ia perbuat? Kalau tidak, kenapa Somi tampak kesal padanya?

"Tadi cengengesan terus kayak pasien rsj lepas. Ini udah pulang sekolah malah ngenes. Secinta itu sama sekolah?" Cibir Sehun panjang lebar membuat Lisa menoleh. "Rsj apaan?"

"Rumah sakit jiwa."

Oke. Lisa kesal. Tapi, sekesal apapun, ia harus tetap cantik. Menopang dagu, Lisa berucap. "Seperti itu?"

"Kok jadi kayak Syahrini anjir." Sehun bergidik ngeri. Lisa mengepalkan tangan kesal.

Pletak!

Oh, bukan. Bukan Lisa yang menjitak kepala Sehun. Pelaku tindak kekerasan itu adalah Bambam. Sehun menatap Bambam kesal, sedangkan Bambam hanya mengangkat kedua tangannya seakan menyerah. "Perwakilan. Aku cuma wakilin Lisa."

Lisa mengacungkan jempol pada Bambam, "Nice job, Bambam!"

Bambam tersenyum. Baru saja Sehun akan memulai adu mulut, Somi menyela.

"Udah, deh! Saingannya sehat-sehat ae napa?! Jan saling melukai. Jan saling nyindir. Ingat, kalian itu cowok bukan banci taman bunga!" Cibir Somi sambil melipat tangan di dada. Ia melirik Lisa sekilas sebelum akhirnya kembali bicara. "Kasihan sekali kamu, Nak."

"Kenapa?" Tanya Lisa polos mengundang helaan nafas Somi. "Kamu masih terlalu dini untuk mengetahui semuanya."

Lisa semakin tak mengerti. Tapi, seakan tidak membiarkan Lisa bertanya lebih jauh, gadis itu menggandeng tangan Lisa. "Kuylah pulang."

Lisa tersenyum, menurut. Gadis itu meraih tasnya. "Kuy."

Sehun menghela nafas sebelum akhirnya mengikuti langkah keduanya. Bambam menahan lengannya tiba-tiba, membuat langkah Sehun terhenti.

Berbalik, Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Somi benar. Ayo kita lakukan."

"Lakukan apa?"

"Persaingan sehat." Jawab Bambam singkat. Melihat Sehun yang tak balas menyahut membuat Bambam memilih untuk menjelaskan. "Aku yakin kamu mengerti. Dan aku yakin kita saling tahu bahwa masing-masing dari kita menyukai Lisa."

Sehun menghela nafas, "Kita sudah bersaing sehat selama ini."

"Tapi, kita bisa berhenti saling sindir seperti yang dikatakan Somi. Setelah dipikir-pikir lagi, saling sindir bukanlah perilaku pria sejati. Somi benar. Saling sindir adalah tindakan banci." Balas Bambam dengan wajah datar.

"Tumben sependapat sama si penyihir. Jadian gih sana sama Somi. Cocok, kok. Biar gue sama Lisa." Cibir Sehun yang langsung dibalas Bambam dengan mengeratkan pegangannya pada lengan Sehun hingga pemuda itu meringis. Mengangguk, Sehun tersenyum masam. "Aw--Baiklah. Ayo kita lakukan."

"Yah, ayo kita lakukan... walau tampaknya aku sudah tahu siapa yang akan menang."

Wah. Sombong sekali si Bambang. Batin Sehun terpancing. 

Sehun memiringkan kepala, menatap Bambam lekat dengan sinis. Ia terkekeh meremehkan,  "Merasa menang? Kita bahkan belum memiliki kemajuan dalam mendekatinya."

"Sayangnya, itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan."

"Hm?"

"Kita punya satu saingan lagi. Saingan yang sangat kuat. Dan entah kenapa aku punya firasat dia akan menang." Bambam menjelaskan membuat Sehun memutar bola matanya malas. "Maksudmu abangnya Somi?"

Bambam mengangguk. Sehun menghela nafas untuk kesekian kalinya, ia mengangguk setuju. "Yah, memang sih dia hebat bisa buat Lisa sampai segitunya. Tapi, aku masih percaya aku bisa menang. Selama saingannya bukan Jungkook si idola kesayangannya itu, aku selalu yakin aku punya peluang menang."

Bambam baru saja akan bicara. Tapi, teman sekaligus saingannya itu membebaskan lengannya dari tangan Bambam, melenggang pergi. Tersenyum kecut, Bambam menggumam.

"Sayangnya kita harus bersaing dengan si idola kesayangannya itu."

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang