07.

778 80 1
                                    

Somi menghentakkan kakinya di lantai kamar. Jungkook yang merasa lumayan risih akhirnya keluar dari kamarnya sendiri, mengetuk pintu kamar adiknya itu untuk memberi protes. "Somi!"

"Keluar!" Teriak Somi dari dalam membuat Jungkook yang ingin menyerukan protes mendadak kicep. Pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Abang aja belum masuk, Mi. Gimana mau keluar coba?"

"HUAAAA! KELUAAAR!" Seru Somi semakin kuat membuat Mama dan Papa mereka berseru serentak. "JEON! JANGAN BERISIK!"

"KITA SEMUA JEON, MA! PA!" Seru Somi kesal yang dibalas dengan seruan lagi oleh orangtuanya. "OH, IYA YA. LUPA! WKWKWK!"

"MA, PA! GA ADA ORANG YANG KETAWA WKWKWK DI KEHIDUPAN NYATA!"

"MAMA! PAPA! SOMI! STOP! KOOK LELAH DENGAN SEMUA INI! KOOK LELAH!" Teriak Jungkook dramatis yang akhirnya membuat ketiga anggota keluarga lainnya terdiam. Selang beberapa detik, Jungkook masuk ke kamar adiknya. "Somi, ada apa?"

Somi menatapnya kesal, "Pokoknya semua ini salah Abang!"

"Kok salah Abang?" Tanya Jungkook membuat rengekan Somi semakin kuat.

Ini bocah napa dah. Batin Jungkook meringis tak paham.

"Ada apa sih, Somiku yang cantik? Perasaan abang daritadi belom ada isengin kamu, deh."

Somi melotot, Jungkook meringis. "A-ada yang perlu saya bantu wahai paduka ratu?"

Somi langsung mengangguk. "Barang Somi ada yang hilang."

"Apa?"

Somi mengambil kertas, menggambar sesuatu disana. Tetapi, bukannya membuat Jungkook paham, gambar Somi justru membuat alis Jungkook bertaut. "Itu... amuba?"

"Amuba gundulmu!"

"Lah? Jadi itu apa?"

"Ganci beruang!"

Jungkook semakin mengernyit, "Apa kamu bilang? Banci? Banci beruang?"

"Ganci beruang, Bang! Ganci! Gantungan kunci beruang maksudnya!" Seru Somi kesal sambil terisak. "Itu tuh hadiah dari teman Somi!"

"Ya, maaf. Abang mana tahu kalau itu gambar gantungan kunci. Orang mirip amuba gitu."

Somi menatapnya tajam, "Gak usah hina gambar aku kalo Abang sendiri selalu remedial di pelajaran seni lukis."

"Seni lukis mana ada remedialnya, Somi." Balas Jungkook yang lagi-lagi dibalas apik oleh Somi. "Iya. Tapi nilai Abang gak pernah diatas KKM."

Jungkook tak lagi mengelak. Realitanya memang seperti itu dan adiknya ini selalu mengingatkannya atas realita menyakitkan, apapun itu. Berdecak, Jungkook yang tak mau membahas betapa mengerikannya kemampuan menggambar yang mereka miliki memutuskan untuk kembali ke topik awal pembicaraan. "Pas kamu masih di sekolah masih ada, gak?" Somi tampak berpikir atas pertanyaan yang diberikan Jungkook. Mencoba mengingat, Somi menjentikkan jari. "Pas pulang sekolah tadi! Pas Somi mau kancing tas kayaknya udah gak ada!"

Jungkook mengangguk-angguk. "Berarti hilangnya kira-kira sebelum pulang sekolah." Gumam Jungkook yang masih terdengar oleh Somi. Menautkan alis, Jungkook kembali berkata. "Apa mungkin ada teman kamu yang curi gantungan kunci kamu, ya?"

Plak!

Somi langsung menghajar Jungkook dengan buku yang ada di meja belajarnya dengan sebuah hantaman keras. "Tolong deh, ya! Teman sekolahku tuh bukan maling!"

"Tapi kan bukan berarti gak mungkin!" Jungkook membela diri membuat Somi berdecih. "Dih! Dasar mantan introvert! Ga percaya banget sama orang!" Ledek Somi yang berhasil membuat Jungkook lagi-lagi tertampar kejamnya realita.

Ya. Dulunya Jungkook adalah seorang introvert ketika masih remaja hingga akhirnya ada seseorang yang merekrutnya menjadi penyanyi ketika mendengar senandungnya di halte saat menunggu bus untuk pulang ke rumah.

"Kamu memang sadis, Somi." Lirih Jungkook sambil memegangi dada kirinya dramatis, membuat Somi bergidik. "Najis banget sih, Bang."

Somi tak lagi menghiraukan drama Jungkook. Ia hanya fokus memikirkan dimana kira-kira gantungan kuncinya hilang. Tadi pagi sepertinya masih ada karena ketika membuka tas, ia masih memegang gantungan kunci itu. Ketika mencari peta pada jam istirahat juga masih ada. Walau tampaknya seingat Somi saat itu memang gantungan kuncinya hampir jatuh.

Bagaimana jika anggota piket yang menyapu kelas membuangnya? Tadi dia dihukum berdiri di kantor guru setelah tidak sengaja kelepasan berteriak mengucap syukur walau dampak positifnya, tugas mereka bisa dikumpulkan saat itu. Ia pulang paling akhir karena guru fisika titisan Hitler itu menanyainya terlebih dulu untuk menjawab lima soal fisika agar ia bisa pulang yang berujung kekesalan guru tersebut karena jawaban Somi yang asal dan akhirnya Somi pun diusir pulang.

Ya. Somi pulang namun sambil menggerutu kesal dan menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Bisa jadi terjatuh di koridor sekolah.

Menggigit bibir bawahnya, Somi kini hanya bisa berharap seseorang menyadari adanya stiker nama di salah satu sisi gantungan kunci tersebut dan mengembalikannya hari Senin nanti.

- J u n g L o o k -

Helo gaiseeeeee!

Selamat datang lagi di cerita iniiii♡

Semoga kalian menikmati cerita ini, ya'3'

Jangan lupa buat terus mendukung cerita ini dengan vote dan komentar♡♡♡

See you!

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang