30.

557 57 4
                                    

"Bambam!"

Pemilik nama menoleh dan mendapati gadis cantik bermata bulat itu melambaikan tangan ke arahnya di sebrang jalan. Balas melambaikan tangan, pemuda itu tersenyum.

Lisa sendiri menyebrang ketika jalanan sudah sepi. Bambam memerhatikannya seksama, bahkan hingga gadis itu sampai di hadapannya.

"Bambam lagi ngapain? Kok sendirian?" Tanya Lisa penasaran. "Cuma lagi pengen jalan-jalan. Kamu?"

"Aku juga sama. Mau jalan bareng?"

Balasan Lisa membuat Bambam terbatuk karena tersedak liurnya sendiri. Lisa segera menepuk-nepuk punggungnya dengan cemas. Setelah mereda, Lisa bertanya dengan ekspresi khawatir yang ketara. "Kamu gapapa? Mau ku antar ke rumah?"

Bukannya langsung menjawab, Bambam justru menatap ke arah lain untuk menyembunyikan rona samar sialan di wajahnya. Ia menatap langit dan menjawab ragu. "Gwenchana. Aku gapapa. Cuma... erm."

"Cuma? Cuma apa?"

"Gak. Lupain aja."

Lisa cemberut. Gadis itu menggembungkan pipinya dengan bibir yang mengerucut. Bambam dapat melihatnya jelas bahkan hanya dengan lirikan mata. Menggaruk tengkuk yang tak gatal, Bambam mencoba memberanikan diri mengulurkan tangan pada Lisa.

"A-ayo."

Lisa mengerjap, "Hm?"

Aish. Ini membuatku semakin gugup. Batin Bambam meringis. Tetapi, dengan sisa keberanian yang ada, ia mencoba menyatakan maksudnya.

"Ayo pergi. Tadi kamu ajak jalan bareng, kan?"

Wajah Lisa langsung cerah. Ia mengangguk riang dan langsung meraih jemari Bambam. "Ayo!"

Gadis itu memimpin jalan. Menarik tangan Bambam agar tak tertinggal. Lisa layaknya dedaunan yang terbang ditiup angin karena melompat dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa peduli bagaimana ekspresi Bambam saat ini.

Bambam masih memandangi jemari mereka yang tertaut dengan wajah merah. Diam-diam ia berharap Lisa tak menyadari rona merah ini agar tetap bisa saling bergandengan untuk beberapa waktu ke depan.

"Hei! Lisa!"

Seruan seorang pemuda membuat keduanya menoleh. Hati Bambam yang berbunga tiba-tiba melengos melihat siapa yang memanggil mereka.

Oh Sehun.

Sial. Baru juga bisa jalan bareng sambil gandengan tangan. Masa curut satu ini langsung ganggu nikmatnya surga dunia yang sedang dirasakan Bambam? Dalam hati, Bambam mengumpat pada Sehun yang entah sedang apa berada di sekitar sini.

"Halo, Sehun! Pagi!"

"Pagi, sweetheart." Balas Sehun dengan nada yang terdengar manis. Bambam yang berdiri di belakang Lisa memasang ekspresi jijik seperti ingin muntah. Sehun masih mempertahankan senyumnya hingga akhirnya pandangannya jatuh pada jemari Lisa yang menggenggam Bambam. Sadar Sehun memperhatikan jemarinya yang tertaut dengan Lisa, Bambam tersenyum menang.

Mamam noh sweetheart. Batin Bambam yang entah kenapa rasanya dapat di dengar dengan jelas oleh sanubari Sehun.

Wah, wah. Ini tidak boleh terjadi.

"Eh? Kenapa kamu megang-megang sampah sambil jalan? Ga mau dibuang aja?" Sehun bicara nyinyir.

Lisa mengernyit bingung, "Alu megang tangan Bambam, kok. Bukan sampah."

Ah, polosnya Lisa.

Bambam sendiri menatap Sehun sinis. "Oh. Jadi maksudnya aku sampah, gitu?"

Sehun menggeleng prihatin. "Padahal aku cuma bercanda, loh."

Lisa mengangguk mengerti tanpa paham dan tanpa menyadari bahwa kedua namja di dekatnya itu saling menatap dengan tatapan membunuh. Gadis itu justru melihat sekitar dan mengingat sesuatu.

"Sehun, apa kau sedang sibuk?" Tanya Lisa yang berhasil menghentikan adegan saling tatap antara Sehun dan Bambam. Sehun tersenyum begitu manis, lantas menggeleng. "Tidak. Aku tidak sibuk."

"Mau makan es krim bersama kami?"

"Makan es krim?" Ulang Sehun dan Bambam serempak. Jari telunjuk Lisa mengarah ke sebuah kedai es krim yang baru buka. "Setelah melihat tokonya langsung aku jadi teringat. Kata Somi es krim disana enak dan murah. Terlebih mereka membuat promo karena baru buka minggu lalu. Daripada kita berkeliling tanpa arah, mau mencoba makan es krim disana?"

Sehun dan Bambam mengangguk serempak. Lisa tersenyum senang, meraih jemari Sehun kemudian menggenggamnya. Sehun speechless, sedangkan Bambam berdecih.

"Selamat datang. Kursi untuk tiga orang ya, Kak?" Sambut seorang pelayan toko. Lisa tersenyum ramah dan mengangguk.

Pelayan itu membawa mereka ke sebuah meja dan memberikan buku menu. Ketika ketiganya sedang fokus memikirkan apa yang hendak mereka pilih, si pelayan berdeham.

"Kami memiliki paket untuk pasangan. Apa salah satu dari namja tampan ini adalah pacar dari yeoja ini?"

Sehun dan Bambam baru saja ingin menjawab 'iya'. Tetapi, Lisa dengan polosnya menyahut pelayan itu lebih dulu.

"Tidak. Mereka bukan pacarku. Bambam adalah sahabatku dan Sehun adalah teman sekelasku."

Ah. Double kill.

Pelayan itu tertawa canggung walau diam-diam merasa kasihan pada kedua pemuda itu. Bukannya apa, ekspresi meringis dan ngenesnya benar-benar terlihat sehingga si pelayan ikut prihatin pada keduanya.

"Aku mau es krim cokelat yang ini saja." Ucap Bambam lesu. Sehun menghela nafas, menunjuk ke salah satu foto menu yang ada di buku menu. "Aku ingin yang ini."

Di antara kedua laki-laki yang lesu karena hatinya baru saja terkoyak karena perkataan gadis polos, si gadis polos yang tak berdosa itu memesan dengan nada riang. "Aku yang ini satu ya, Kak!"

Si pelayan mengangguk, mencatat pesanan sebelum akhirnya membacakan pesanan yang dipesan. Setelahnya, pelayan itu berlalu dari meja mereka.

"Pagi ini sangat cerah. Aku suka." Lisa membuka percakapan. Saat ini toko es krimnya masih sepi. Hanya ada mereka bertiga. Mungkin karena masih jam sepuluh pagi, terlalu dini bagi orang banyak untuk makan es krim jam segini. Ia tersenyum menatap ke dinding kaca yang memang berada tepat di samping mereka. Tapi, matanya membulat ketika ia melihat seseorang.

Jungkook.

Sehun dan Bambam yang sadar perubahan ekspresi gadis itu ikut melihat kemana pandangan gadis itu berlabuh. Sedangkan Lisa langsung menggelengkan kepala, menatap Sehun dan Bambam di hadapannya. "Ah, pagi ini sangat cerah tapi entah kenapa rasanya begitu dingin---eh? Maksudku--"

"Kami paham. Kamu tak perlu menutupinya. Toh kamu sudah keceplosan." Bambam memotong ucapan Lisa membuat gadis itu tak lagi menampilkan senyum palsunya. Sehun mengangguk setuju. "Tak perlu membahasnya. Itu hanya akan memperburuk suasana hatimu. Mari kita bicarakan hal lain."

"Maaf. Padahal niatku hari ini tuh jalan-jalan biar gak ingat tentang dia. Tapi, siapa sangka aku bakal bertemu dia disini?" Gadis itu berujar lirih, tampak nyaris menangis.

Sehun dan Bambam saling tatap, sebelum akhirnya mencoba mengalihkan topik agar gadis itu kembali ceria.

- J u n g L o o k -

JungLookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang