Happy Reading!!!
Sebuah motor matic hitam berhenti di depan pintu gerbang SMA N 2 Bangko Pusako, terlihat seorang gadis berusia lima belas tahun mengenakan seragam putih abu-abu plus jilbab berwarna putih yang membuatnya lebih manis dipandang.
"Astaghfirullahalazim."
Melfa turun dari motor miliknya, sadar bahwa ia sudah terlambat 7 menit, maka sesuai dengan peraturan sekolah ia harus menunggu hingga upacara selesai.
Gadis berlesung pipit itu sekilas melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Sempat terpikir di benaknya, baru kali ini ia terlambat tepatnya di hari Senin. Di mana teman-temannya sedang melaksanakan aktivitas rutin setiap Senin yaitu upacara bendera. Sedangkan ia harus menunggu pintu gerbang dibuka.
Cukup lama Melfa menunggu dan akhirnya pintu gerbang pun dibuka.
Ternyata di sana sudah ada sosok pemuda bertubuh tinggi yang berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. Dia adalah Fandra yang memberikan sebuah instruksi kepada seluruh siswa-siswi yang terlambat agar dapat mengikutinya menuju lapangan.
Melfa memberanikan diri untuk menjumpai dan berniat memulai percakapan dengan pemuda itu, meski agak canggung karena belum pernah sama sekali bertegur sapa. Walau keduanya saling mengenali satu sama lain.
Fandra mengenali Melfa karena ia adalah pacarnya Keysal, teman sekelas sekaligus sahabat karibnya. Sedangkan Melfa mengenali Fandra karena ia adalah ketua Osis di sekolah ini.
"Kak..."
Tegur Melfa gugup sambil menundukkan pandangannya ke bawah, ia tak berani menatap wajah apa lagi netra lelaki yang diajaknya bicara itu.
"Lo manggil gue?"
Fandra juga melakukan hal yang sama, netranya sibuk memperhatikan siswa-siswi yang sudah sebagian berkumpul di lapangan melainkan bukan Melfa. Meskipun sedang terjadi komunikasi antar keduanya.
Memang kebanyakan kaum hawa akan menunduk pandangan ke bawah jika bertemu Fandra seperti malu-malu kucing.
Namun berbeda dengan Melfa, ia malu bukan kepada Fandra melainkan pada dirinya sendiri sebab terlambat. Ia takut Fandra akan mengadu pada Keysal pacarnya, bisa saja Keysal akan marah besar saat mengetahui dia menjadi tidak disiplin waktu.
"Aku boleh ngga permisi sebentar ketoilet dulu, lagi kebelet pipis nih kak. Please."
Pinta Melfa dengan nada bujukan andalannya yang diselingi senyum tipis tercipta di bibir gadis itu.
"Boleh."
Tanpa basa-basi lagi, Melfa menarik lima langkah menjauh dan kemudian pergi dari sana.
"Mau kemana?"
Tanya Fandra.
Melfa tersentak kaget mendengar pertanyaan yang barusan ia dengar. Membuat langkahnya seakan terhenti, segera memutar tubuhnya kebelakang.
"Ya ketoiletlah."
"Tapi nanti."
"Lah tadi katanya boleh."
"Kan emang boleh tapi tunggu waktunya dulu. Belum juga dibilang main cap cus aja."
"Ihh nyebelin..."
Melfa membekap mulutnya menggunakan telapak tangan, ia tak sengaja akan berucap seperti itu. Mungkin gadis itu sudah terbawa suasana.
"Makanya kalo orang ngomong tunggu dulu sampe selesai, bukan malah pergi duluan."
"Aduh kak gak tahan lagi nih."
Melfa dengan aksinya berpura-pura meringis menahan sesuatu, dengan otaknya berjalan memikirkan jalan keluar, bagaimana agar bisa lari dari hukuman ini. Ia baru tahu jika Fandra sangat menyebalkan, banyak tanya, dan membuatnya tambah pusing seribu keliling.
"Yaudah sana, tapi lima menit yah jangan kelewatan." Tegas Fandra memutar bola matanya malas atas sikap Melfa yang berlebihan.
Melfa mengangguk mengerti lalu bergegas meninggalkan area lapangan.
Bukannya ke toilet, gadis itu malah menuju ke ruangan kelasnya X IPA1 yang terletak paling ujung dibandingkan kelas lainnya.
Suatu hal yang paling menyenangkan dan membahagiakan untuk anak SMA sebenarnya sederhana. Habis berjemur di bawah terik matahari selama setengah jam lalu diikuti jam olahraga yang begitu digemari karena belajarnya tidak di dalam ruangan kelas melainkan di lapangan.
Tapi tiba-tiba di informasikan kepada siswa-siswi kelas X IPA1 jika guru pembimbingnya tidak masuk karena ada urusan mendadak. Jadi jangan ditanya bagaimana suasana di kelas itu.
Bagi mereka seasik apapun mata pelajaran, lebih asik lagi jika jam kosong berlangsung selama berjam-jam.
Melfa masuk ke dalam ruangan kelas yang sudah dipenuhi dengan sorakan gembira dari teman-temannya saat mendapati info jika pak Ryan tidak hadir karena sakit.
"Bangun woi, masih pagi udah molor!!" Teriak Melfa lalu duduk di sebelah Tyka teman sebangkunya.
"Ihh apaan sih lo Mel, ngagetin aja." Bentak gadis berkulit putih bak korea yang baru sadar dari alam mimpi.
"Dari mana lo, kok gue gak ada liat pas upacara tadi. Jangan-jangan lo bolos yah?" Tanyanya heran seraya menyeryitkan kening.
"Telat, tadi kesiangan." Jawab Melfa dengan muka datar tanpa dosa.
"Tumben, gak cocok lo jadi penjaga sekolah nih Mel."
"Iyalah, orang gue cocoknya jadi istri kak Keysal."
"Bucin terus, dikasi hukuman apa lo emang?"
"Gak ada."
"Serius tai...!!!"
"Gue kabur dari hukuman."
"Nekat banget lo ya sekarang, diaduin ke guru BK kapok." Omel Tyka, dengan matanya setengah terbuka.
Di sisi lain ia masih memikirkan apa Melfa sudah bosan menjadi siswa teladan di sekolah ataukah gadis itu sedang ada masalah.
Namun Melfa tidak mempedulikan omelan temannya, malah ia langsung mengeluarkan kotak makannya berisi nasi goreng yang ia bawa setiap harinya dari rumah. Mulailah ia makan dengan lahap.
"Makan gak Tyk."
Tawar Melfa disela-sela mengunyahnya, Tyka melirik kearahnya sekilas, dan dibalas anggukan kecil.
Kemudian Tyka melanjutkan tidurnya kembali yang sempat terbangun akibat ulah Melfa.
"Kelihatannya lezat banget tuh, boleh gue cicip?"
Fandra yang membuat Melfa hampir tersedak.
***
Hallo teman-teman, aku baru belajar nulis nih wkwkw. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dikomentari aja yah, insya Allah aku perbaiki kok. Oh iya jangan lupa divote, btw buat yang mau aja, gak maksa kok:)
Putri Safira🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...