SEMBILAN

1.2K 81 0
                                    

Baru saja gadis itu membuka kembali matanya yang terpejam sepuluh menit. Refleks terkejut saat melihat ada banyak sekali pasang mata yang kini mengelilinginya.

Gadis itu melirik teman sekelasnya bingung dan sedikit menahan malu. Apa dia tertidur saat pelajaran telah dimulai,  atau karena kejadian tadi pagi yang kini sudah beredar sampai kemana-mana. Jika benar begitu, mungkin mereka hanya sekedar penasaran dan ingin bertanya lebih jelas alur ceritanya.

"Mel lo sakit," tanya Tyka yang menatap wajah Melfa penuh perhatian.

"En-ggak kok, gue gak kenapa-napa."

"Semoga mereka belum tau kejadian tadi pagi," batin Melfa penuh harap.

"Muka lo pucat banget Mel, lo yakin gapapa?" Timpal Keyza sembari mengulurkan tangannya ke kening Melfa.

"Ya ampun, kening lo Mel. Mendingan lo sekarang pulang terus berobat dari pada tambah parah," Keyza melirik teman-teman sekelasnya seperti meminta persetujuan.

"Iya gue setuju tuh, biar gue sama Rio yang ngantar Melfa pulang ya," tambah Gysan menaikan alisnya ke arah Rio yang tersenyum seperti kambing yang bahagia saat dibukakan kandangnya.

"Jangan, biar kita bertiga aja," sanggah Tyas.

"Bener tuh, mereka palingan cuma modus doang atau enggak pengen jalan-jalan biar gak belajar Mtk yakan," ucap Keyza.

"Kalian cewek mending gak usah, entar di culik om-om," ujar Rio alhasil membuat teman-teman lainnya tertawa geli.

"Sepele lo sama gue!" ucap Tyas penuh penekanan seperti menantang.

"Ehh udah-udah jangan berantem woii, kasian nih lihat Melfa udah tambah pucat," tutur Tyka.

"Yaudahlah yuk cap cus. Gysan bilang sama bu Ratih kami permisi nganterin Melfa pulang. Awas aja kalo lo macam-macam," peringat Tyas yang terkenal tomboy. Gysan hanya mengangguk mengerti, ia tak ingin memperpanjang masalah jika ada Tyasnya, mengalah dan pasrah. Jika tidak Tyas akan bersikap sadis padanya. Tak lebih mengajaknya duel atau adu mulut.

Dua motor matic melintasi jalan raya dengan kecepatan sedang. Di ikuti cuaca yang redup, mereka bebas menaikan lengan bajunya sesuai keinginan. Namanya juga perempuan, tak luput dari yang namanya perawatan kulit. Meskipun kadang mengeluarkan banyak biaya untuk hasil yang maksimal, jika tidak akan berefek samping pada kulit mereka jika menggunakan scincare murahan.

"Mel lo pusing gak?"

Tanya Keyza yang berponcengan dengan Tyas sedangkan di belakangnya ada motor Melfa dan Tyka.

"Keyza ngomong apaan Tyk, gue gak dengar jelas," tanya Melfa pada Tyka.

"Sama Mel, gue juga gak dengar dia ngomong apa."

"Key lo ngomong apa?" teriak Tyka ke arah belakang, meskipun begitu tetap fokus dengan posisinya menyetir.

"Melfa pusing gak?" Jawab Tyas.

"Apa?"

"Melfa pusing atau enggak?" Kali ini Keyza yang menjawab.

"Apaan sih gaje, gue gak dengar," teriak Tyka dengan suara cemprengnya.

"Dasar budeg," cetus Tyas spontan. Untung saja Tyka memaklumi sisi baik buruk ketiga temannya termasuk Tyas yang lancang berbicara sampai tidak memikirkan perasaan orang yang tersinggung karena ucapan pedas dari mulutnya. Meskipun begitu Tyas adalah sosok teman yang memberi perlindungan luar biasa, dia rela bertengkar dengan siapa saja jika di antara ketiga temannya ada yang disangkut pautkan.

Dengan rasa kesal pada Tyka, tanpa sengaja tangan Tyas memukul-mukul beberapa kali motornya pada daerah klakson, sehingga menimbulkan suara nyaring yang berkepanjangan.

Tyka yang menyadari tingkah laku gila Tyas sontak mengeluarkan senjata omelannya.

"Woiii, masih waras gak lo?"

Omel Tyka merapatkan motornya tepat di samping motor Tyas.

"Gausah bacot lo."

Jerit Tyas kemudian menancapkan gasnya lebih tinggi meninggalkan Tyka dan Melfa jauh di belakang.

Setelah mengemudi selama kurang lebih tiga puluh menit, Mereka tiba di depan rumah Melfa.

****

Putri Safira ✍️

Rasa Tak Bernama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang