Melfa mulai kalang kabut. Berusaha untuk bangkit dari posisi yang sedang tiduran.
Perlahan membuka mata, memegang kepalanya yang masih terasa sakit.
"Duhh," ringis Melfa kesakitan.
Melihat Melfa yang sedang kesakitan, Keysal semakin khawatir, ia langsung mengoleskan minyak kayu putih pada bagian kening gadis itu, kemudian memijitnya dengan pelan.
Melfa merasakan perhatian yang diberikan Keysal setiap waktu, selalu menjaga dan melindungi dengan penuh kasih sayang.
Ia bersyukur memiliki kekasih seperti Keysal yang selalu ada untuknya, tidak hanya baik, tapi juga cool, namun sedikit nakal serta aktif dalam bidang tauran.
"Masih pusing Mel?" Tanya Keysal.
"Udah mendingan kok kak."
Melfa mengulum bibirnya tersenyum tulus, dan dibalas lebih tulus dari Keysal.
Pemuda itu menyodorkan sebotol minuman berisi air mineral. Melfa bangkit dari posisinya yang tiduran, kemudian meraih minuman yang diberikan pemuda itu.
"Makasih kak."
Tutur Melfa lalu dibalas anggukan.
"Lain kali jangan sampai telat lagi."
Keysal mengelus hijab Melfa dengan halus.
"Hmmm iya kak, kakak tau dari mana aku telat?"
"Kakak tadi ke kelas kamu, tapi Tyka bilang kamu di lapangan lagi dihukum karena telat."
"Dih."
"Kok gitu responnya? Kamu bandel banget ya, meskipun kakak orangnya lebih bandel, tapi kakak tetap gak suka cewek yang bandel apalagi gak disiplin waktu!!!"
Bentak Keysal lantang memenuhi isi ruangan. Namun hanya dapat di dengar Melfa, karena hanya mereka berdua di sana.
Benak Melfa serasa ingin meledak. Ada berbagai masalah yang harus ia hadapi beberapa hari terakhir ini. Tampaknya puncak itu akan meledak hari ini juga.
Kini Melfa diam terpaku, tidak bisa berkata apa pun saat mendengar bentakan yang baru saja diucapkan Keysal.
Matanya menatap kosong ke arah sebotol aqua yang ada di tangan kanannya. Lalu tangan kirinya bergerak mengusap dada. Air mata yang sedari tadi ia tahan langsung tumpah membasahi pipi. Begitu sakit mendengar bentakan dari kekasihnya itu.
"Ya ampun Mel, maksud kakak bukan kayak gitu."
Keysal memeluk Melfa, dan mencoba untuk menenangkannya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi seorang yang mudah tersinggung dan gampang menangis.
"Udah ah jangan nangis lagi, kakak mintak maaf ya."
"Kalo kakak udah bosan sama aku pergi aja gak usah kek gini, masih banyak cewek yang bening di luar sana."
Air mata Melfa mengalir semakin deras, lalu ia mencoba untuk melepaskan pelukan dari Keysal. Membuat Keysal tertawa kecil karena geli melihat tingkah Melfa.
"Enggak mau, kakak maunya sama kamu, pokoknya sama kamu gak pake tapi-tapi."
Keysal semakin memperkuat pelukannya. Apalah daya Melfa yang lemah ini, ia kini hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam pelukan kekasihnya.
"Udah ah, jangan nangis lagi. Kurang cantiknya tahu."
Keysal mencubit pipi Melfa yang cabi. Hingga akhirnya gadis itu menghentikan tangisnya sembari menampar bahu pemuda itu dengan kuat, membuat Keysal meringis kesakitan.
"Ehh satit atuh."
"Ngapa? Mau balas, yaudah silahkan."
"Enggak kok."
***
Terimakasih buat yang udah baca. Jangan lupa vote and coment. Sampai jumpa di chapter selanjutnya 👋
Putri Safira
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...