Keyza berniat menelpon seorang dokter untuk memeriksa keadaan Melfa, tapi.
Belum sempat ia menemukan nomor dokter.
Brukkkk
Melfa lebih dulu pingsan, membuat Tyka, Tyas, apalagi Keyza semakin khawatir.
"Lebih baik telpon kak Keysal, biar dia yang anterin Melfa kedokter," ujar Tyka berusaha mengangkat tubuh Melfa dibantu dengan Tyas.
"Jadi kita gak ikut?" Tanya Tyas mengerutkan keningnya heran.
"Ikut, tapi akan lebih baik ada pacarnya."
Dirtt....
"Hallo!"
"Hallo kak, kakak bisa kerestaurant ala Jepang gak? Melfa di sini pingsan. Anterin kedokter ya kak."
"Oke oke."
Sambunganpun terputus sampai di situ.
10 menit kemudian, Keysal datang dengan muka datar tanpa ekspresi. Langsung diangkatnya tubuh Melfa masuk kemobil, disusuli ketiga teman di belakangnya.
***
Banyak orang yang mengidamkan hubungan seperti Melfa dan Keysal. Dan banyak juga yang menunggu hubungan mereka putus secepatnya, salah satunya Sherin sahabat Keysal.
Ia kasihan melihat Keysal seperti asisten yang harus selalu ada untuk Melfa. Memang memiliki pacar yang berpenyakitan seperti Melfa tidaklah mudah, dibandingkan dengan hubungan orang lain di luar sana cenderung menghabiskan waktu di tempat-tempat yang romantis, berbeda dengan Melfa lebih sering kerumah sakit. Bisa dikatakan rumah sakit adalah rumah keduanya.
"Selamat anda positif hamil," ujar dokter bernama Ayu. Ia melirik baju seragam sekolah yang masih setia menempel di badan Melfa.
"Apa!!!"
"Melfa hamil?"
Mereka yang mendengar pernyataan itu spontan terbelalak kaget. Tak di sangka akan mendengar kabar buruk sangat buruk melebihi buruk untuk anak SMA seperti Melfa yang polos+lugu belum tau apa-apa dan ini sangat di luar prediksi.
"Dokter serius dong, jangan bercanda sama pacar saya," ancam Keysal mulai emosi.
"Iya, saya serius."
Mata Tyka, Keyza, Tyas kini langsung tertuju pada Keysal.
Melfa bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan.
Dengan langkah yang syok juga disertai rasa tak percaya, Melfa menangis.
"Kenapa aku jadi gini," tangis Melfa, sekilas memegangi perutnya.
Hamil? Benarkah ia sedang mengandung? Dan Eza adalah ayahnya? Sungguh tak masuk akal.
Ia menceritakan kepada Keysal dan tiga temannya, jika dirinya pernah diperkosa saudara tirinya yaitu Eza.
Melfa semakin meneteskan air matanya, ia menangis sejadi-jadinya, sementara Keysal hanya diam mematung melihat kekasihnya menangis. Dalam hatinya tertanam dendam yang mendalam pada Eza yang telah berani menghamili pacar kesayangannya.
Tangis demi tangis membuat mata Melfa sembab karena menangisi bayi yang ada di dalam perut gadis masih kelas 10 SMA itu.
Tyka menghela napas lega seraya mengelap keringat halus di pelipisnya. Tak sadar air matanya jatuh dari pelupuk mata. Begitu juga diikuti Keyza dan Tyas. Rasanya sedih melihat keadaan Melfa yang sekarang. Seandainya mereka berada di posisi Melfa mungkin tidak ada semangat lagi untuk hidup, dari pada hidup penuh rintangan dan ujian yang begitu pedih bersama perut yang sudah berisi, lebih baik mengakhiri hidupnya saat itu juga.
Rintihan tangis Melfa membuat Keysal luluh. Ia tak sanggup melihat orang yang ia cintai menangis meskipun ia bukanlah penyebab Melfa hamil. Tapi lelaki itu masih ragu, harus bagaimana untuk melewati permasalahan ini?
Ia tak mungkin bertanggung jawab karena memang bukan sebabnya. Tapi tak tega juga melihat Melfa terus-menerus seperti sekarang, cukup sudah fisiknya yang rapuh, jangan sampai batinnya.
"Mel lo tenang aja, kakak janji akan selesaikan masalah ini secara tuntas."
"Jangan terlalu dipikirin, Minggu depan kamu mau olimpiade."
Keysal menghapus air mata di pipi Melfa.
"Dan untuk kalian bertiga, tolong rahasiakan hal ini," tegas Keysal dibalas anggukan dari mereka.
Lega sekali rasanya hati mendengarkan jawaban dari Keysal. Tapi juga ada rasa bersalah.
Pemuda itu memeluk Melfa yang sama berpakaian seragam putih abu-abu.
Keysal seperti memberi kekuatan padanya dengan membelai hijab yang dikenakan gadis itu.
"Lo gak boleh nyerah Mel, seburuk-buruk apapun lo saat ini kami akan selalu di sampingi lo, "support Tyka.
"Iya Mel, karena bagaimanapun lo tetap sahabat kita." Tambah Keyza.
Melfa berganti memeluk Tyka, disusuli Keyza dan Tyas.
Keysal melihat aksi mereka berempat. Andai ia memiliki sahabat seperti mereka, tentu hidupnya akan selalu bahagia, biarpun sedih akan dijalani bersama.
Tapi bukan berarti Keysal tidak memiliki teman, akan lebih tepatnya bisa diajak susah senang layak sahabat. Bukan cuma datang pas ada butuhnya, lalu pergi seenaknya. Jika saja gengnya dan Fandra masih baik-baik bahkan lebih kompak lagi mereka dan solidaritas yang tinggi tak pernah pandang bulu di setiap anggotanya.
***
A/N : sejauh ini udah kenal kan karakternya kak Keysal wkwk?
Sampai jumpa di chapter selanjutnya 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Genç KurguSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...