Toni, Melysa, dan Reyhan memandangi Melfa tak percaya.
"Jaga omongan kamu Mel!"
"Papa tau gak kenapa Eza gak ada kabar sampai detik ini?" Toni menggeleng kaku.
"Seharusnya sebelum dia pergi papa tanya apa yang udah dia lakuin sama putri papa ini. Aku hamil pa, ini semua karena Eza dan juga papa," celetuk Melfa kasar, seraya menunjuk jemarinya kearah Toni.
Plak....
Sebuah tamparan melayang kepipi Melfa membuatnya memejamkan mata layak menikmati hidangan.
Pertama kali untuk seumur hidupnya gadis itu mendapat tamparan dari sang Ayah.
"Mass!!" Melysa menenangkan suaminya yang sudah emosi.
"Sudah hamil terus papa yang salahin. Anak macam apa kamu!!" Bentar Toni dengan nada tinggi.
"Karena memang papa yang salah!! Papakan udah bikin mama Eza dan kakaknya meninggal. "
Melfa mengulum bibirnya tersenyum, seraya menahan tangisnya yang sempat pecah. Ia berusaha semaksimal mungkin agar tidak menangis, meskipun pipi kanannya yang sakit karena tamparan Toni.
"Apa maksud kamu!"
Toni hendak melayangkan sebuah tamparan lagi, namun Reyhan menahannya.
"Kamu juga Reyhan, mau jadi anak durhaka!!"
"Papa ingat gak sih, selain mama siapa lagi istri papa??"
Tetap tenang dan tegar penuh wibawa, agar bisa lebih jelas menyampaikan kenyataan yang sebenarnya.
"Mulai sekarang kamu pergi dari rumah ini, bawa semua barang-barang kamu! Saya gak sudi punya anak seperti kamu yang hamil di luar nikah apalagi tak punya sopan santun sama orang tua!!"
"Oke kalo itu yang papa inginkan aku akan pergi, tapi kalian berdua harus tahu kalo Eza bukan ponakan papa tapi anak kandung dari istri mudanya!"
Sekuat mungkin gadis itu mencoba untuk tegar dan tak menangis, alhasil usahanya sia-sia. Kemudian ia berlari menuju kamarnya meninggalkan mereka bertiga yang masih terdiam kaku atas ucapan gadis itu.
Melfa segera memasukkan baju dan peralatan lainnya kesebuah kopor, berniat untuk meninggalkan rumah meskipun berat.
Ia menarik kopornya keluar rumah. Sempat gadis itu melirik rumahnya yang megah dengan seksama ada sejuta kenangan yang tertanam di dalamnya. Salah satunya kenangan masa kecil yang kini terbayang di ingatkannya. Sangat berat hati dan kakinya melangkah pergi, namun ia juga tak sanggup terus menerus disalahkan. Ia butuh sandaran bukan bentakan, butuh arahan bukan hinaan. Mungkin semua orang tidak sepenuhnya tahu bagaimana suasana hatinya yang kini hancur, tapi berusaha untuk tersenyum dan tampil seakan semua baik-baik saja.
Dengan terpaksa ia mulai melangkah. Namun langkahnya seketika terhenti saat mendapati sebuah tangan yang mencekalnya dari belakang.
"Mel jangan pergi," Reyhan memeluk adiknya erat.
Tak terasa setetes kristal meluncur di pipi pemuda itu. Sesuatu yang langka dan sulit ditemukan adalah ketika seorang Reyhan menangis.
"Aku bosan disalah terus kak, semua orang gak akan ngerti gimana hancurnya aku."
"Kamu jangan ngomong gitu. Buktinya kakak ngerti kok. Kakak yakin kamu pasti kuat jalani ini semua," Reyhan mengusap hijab adiknya yang basah karena menangis.
"Jaga mama ya kak!!" Melfa merasakan kesedihan yang menguak di dalam jiwa Reyhan.
Tak ingin berlama-lama, ia melepaskan pelukan Reyhan lalu berlari dari halaman rumahnya. Sempat pemuda itu mengejar namun hasilnya sia-sia karena Melfa lebih dulu naik taksi.
"Mel Mel, jangan pergi!! Kasian mama sama kakak Mel!! Mel kita pasti bisa jalani ini sama-sama. Mel!!!" Teriak Reyhan sambil mengetuk jendela taksi.
Melfa tak tega melihat Reyhan di belakang yang masih setia mengejar meski taksi sudah berjalan. Namun bagaimanapun juga keputusannya sudah bulat, akan pergi dan membuka lembaran baru.
Karena sudah malam dengan cuaca yang lumayan gelap, Melfa tak melihat sosok abangnya lagi. Sudah tertinggal jauh dibelakang sepertinya.
Gadis itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 09.40 namun tak memiliki tujuan harus kemana. Meskipun ia berniat untuk tidur di hotel malam ini.
Air matanya masih berlinang, ia memang perempuan dan belum bekerja, tapi tetap memiliki tabungan pribadinya. Uang jajan selalu disisihkan nya di sekolah membuatnya mempunyai pegangan meskipun tak bernilai terlalu besar.
***
Di sisi lain ada Keyza yang sedang sibuk mengerjakan tugas daringnya selama di rumah. Meski mata dan tangannya sudah mulai lelah, namun hatinya berbeda.
Gadis ini memang tidak suka menunda-nunda waktu apalagi terkait dengan tugas. Menurutnya jika bisa dikerjakan sekarang kenapa harus nanti?
Terlebih lagi ia tidak ingin dihantui dengan namanya tugas, jika belum siap, maka hatinya tidak akan tenang.15 menit kemudian, ia dapat menyelesaikan semua tugas yang dikirim oleh guru bidang studi masing-masing. Bayangkan dalam 1 malam, 3 jam 15 menit ia dapat mengerjakan tugas daringnya sebanyak 15 mata pelajaran. (Namanya juga nyontek google 😂🤭).
"Hufff selesai juga, jadinya bisa bebas gih dari yang namanya beban."
Keyza melayangkan tubuhnya di atas kasur sesekali menghela nafasnya pelan.
Sambil rebahan, ia memainkan ponselnya. Lalu mengecek satu-satu apk yang biasa digunakan. Seperti WhatsApp, FB, Mesenjer, Twitter, IG. Hasilnya nihil, tidak ada pemberitahuan sedikitpun selain story-story temannya yang berbau bucin dan sedikit kealay-alayan.
"Gini amat jadi jomblo, gak ada yang ngechat," ucapnya kesal.
Kini ia menatap langit-langit kamarnya yang indah dihiasi anime bintang dan bulan. Entah kenapa ia mulai teringat seseorang kakak kelas yang sangat menyebalkan.
Siapa lagi jika bukan Hafiz yang dia maksud. Temannya Fandra si ketos juga Keysal pacar Melfa.
"Tuh orang kenapa sih, asik liatin gue terus. Naksir kali ya," batinnya percaya diri.
Keyza memukul boneka-boneka yang ada di sampingnya, badannya menggelinding seperti orang gila. Ia merasa tidak nyaman membayangkan kejadian 1 Minggu yang lalu bersama Hafiz.
Entah kenapa tiba-tiba gadis itu langsung mencari akun Ig pemuda bernama Hafiz Alfiansyah Kusuma. Ia pikir, ada baiknya menjadi stalker diam-diam terhadap orang yang kini menjadi masalah dalam hidupnya hingga ia tidak bisa tenang jika mengingat lelaki itu.
Keyza tercengang melihat pengikut Hafiz sebanyak 89k, padahal lelaki itu hanya mengikuti balik 20 akun.
"Pantes aja followers dia rame, orang postingannya kayak seleb kok hahah."
Benar-benar di luar dugaan, Keyza yang awalnya hanya menyematkan Hafiz sebagai jamet kini ia merasa minder dan malu atas sematan tersebut.
Jika dibandingkan dengan dirinya, sangat jauh berbeda. Ia hanya memiliki 500 pengikut, dan 300 mengikuti. Bahkan postingan nya biasa-biasa saja, tak ada yang luar biasa, tidak seperti postingannya Hafiz.
***
A/N : Gimana? Jika ada masukan komentari aja ya guys, btw jangan lupa vote wkwk buat yg mau aja kok gak maksa lagian. Well, sampai jumpa di chapter selanjutnya papai 👋
Putri Safira ✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...