Bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi Melfa masih setia menunggu sepupunya Eza di parkiran padahal ada sosok Keyzal yang bersedia mengantar jemputnya di ujung kulon sekalipun, namun Melfa menolak dan memilih menunggu Eza, tak ingin memaksa maka Keysal hanya bisa menemani kekasihnya sambil memakan kacang rebus kesukaannya.
"Yakin gak mau?" Pemuda itu menyodorkan sebungkus kacang rebus ke arah Melfa
"Enggak gih, makasih," tolaknya.
"Diet atau gimana? Kacang rebus masak gak mau."
"Takut jerawatan kak."
"Yaelah, ntar kita scincare bareng kalo jerawatan."
"Lama kak prosesnya."
"Gak akan terasa kok kalo kita menjalaninya bersama."
(Bucin terus wkwkw).
"Ngakak kampret, tampangnya aja preman, sekali pacaran kayak hello kitty lo bro," ledek Aditya yang mengambil motornya di parkiran, tak sengaja mendengar bucin temannya sendiri.
"Iri bilang bos," bela Keysal tak mau kalah.
"Ya irilah, orang lain bucinin ceweknya, lah gue cuma bisa bucinin Pingky alias kucing kesayangan gue."
"Kasian lo, terharu gue dengarnya."
"Yaudahlah kalo gitu pamit pulang ya."
"Iya hati-hati."
"Bye," ujarnya kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka berdua seperti semula.
Suasana seketika menjadi hening. Seluruh siswa tampaknya sudah pulang.
"Ngapain kakak liat aku kayak gitu?"
"Emang gak boleh liat pacar sendiri."
"Boleh sih, tapi gak gini juga kak."
"Jadi kek mana," rengek pemuda itu dengan manjanya.
"Kayak gini hahahaha," ucap Melfa seraya menunjukan hidungnya. Tidak hanya di depan teman dan keluarga sikapnya bobrok, bahkan bersama pacarnya terkadang juga begitu.
"Hahahaha lucunya."
Trengg!!
Tawa mereka terhenti, saat mendengar deringan handphone Keysal. Ternyata dari bokapnya menyuruh agar Keysal pulang sekarang juga.
"Mel, mendingan lo sekarang pulang sama gue. Bokap udah nyuruh pulang nih, ada masalah keluarga katanya. Jadi gak mungkinlah gue ninggalin lo sendirian di sini."
"Yaudah kak pulang aja, aku gapapa kok sendirian di sini. Bentar lagi kayaknya Eza juga datang."
"Ayuk lah Mel, kakak khawatir kalo terjadi apa-apa sama kamu di sini. Pulang ya."
"Kasian Eza kak, dia masih baru di sini. Belum sepenuhnya tahu jalan pulang ke rumah."
"Baiklah kalo gitu. Sebelumnya kakak minta maaf ya. Kakak terpaksa harus ninggalin kamu kali ini."
"Iya kak gapapa."
"Kalo kamu butuh bantuan kakak kabarin aja langsung ya, jangan malu-malu. Okee."
"Oke kak."
Pemuda itu menghidupkan motornya, segera melintasi jalan raya untuk pulang kerumah.
"Da da Mel."
Melfa melambaikan tangannya.
***
Arloji yang melingkar di pergelangan tangan Melfa kini sudah menunjukan pukul 04.00 namun belum terlihat juga tanda-tanda Eza menjemputnya. Pasalnya tadi Eza sudah berpamitan dan mengatakan jika ia hanya membeli buku sebentar di toko.
Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Reyhan agar bisa menjemputnya sekarang juga di sekolah. Namun usahanya terhenti kala melihat batre handphonenya habis total. Hingga gadis itu tidak bisa mengirimkan pesan meskipun hanya satu huruf.
Kemudian dia berjalan menuju pulang dan menunggu tumpangan agar dapat pulang ke rumah.
Hari semakin gelap, Melfa belum juga mendapatkan taksi atau tumpangan lainnya di sana.
Karena tidak ada yang datang. Melfa terpaksa berjalan kaki untuk pulang, meski rasa letih masih menemaninya.
Saat di jalan dia melihat beberapa orang yang sedang mabuk. Melfa memberanikan diri melewati semua pereman itu. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang lelaki di sana.
Untung saja gadis itu bisa lepas dari tarikan preman yang menariknya, Melfa terus berlari menghindari mereka. Rasa takut menyelimuti Tyka pada saat jalan yang ia jalani adalah jalan buntu.
***
Jangan lupa vote biar author nya tambah semangat bikin cerita.
Thank you for reading...Putri Safira🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...