Selamat datang di chapter ke-30
Happy reading...
Sebuah motor sport berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat biru.
"Kakak niat boncengin gak sih ?!" omel Melfa setelah turun dari motor milik Fandra. Sementara Fandra hanya mengangkat satu alis seraya memutar bola matanya malas.
"Lo lebay banget sih, kayak pertama naik motor aja," ujarnya.
"Iya kak, aku pertama kalinya naik motor sama orang yang ngajak mati kayak kakak!" Ketus Melfa.
"Haha banyak tingkah banget sih lo."
"Udah ah, buruan masuk," ungkap Melfa mempersilahkan Fandra menginjak kerumah kontrakannya untuk pertama kali.
Pemuda itu duduk di kursi yang sudah tersedia di ruangan tamu. Ia melirik ruangan berukuran kecil itu dengan seksama. Di rasakan suasananya sangat sepi.
"Lo sendirian aja di rumah?" Tanya Fandra.
"Iya kak."
"Orang tua lo di mana?"
"Di Riau."
"Berarti lo gak asli orang sini dong."
"Iya, masih pendatang."
"Apa tujuan lo kesini?"
"Kerja sambil belajar," jawab Melfa jujur.
"Emangnya masih kurang ya harta orang tua lo."
"Itukan punya mereka, bukan aku."
"Tapikan lo anaknya." Melfa terdiam.
Ia meninggalkan Fandra di ruangan tamu sendirian, lalu bergegas kedapur untuk memasak.
"Hari ini masak apa ya, hmm," pikirnya dalam hati. Melfa membuka kulkas yang di dalamnya hanya berisi sedikit sayuran.
***
"Silahkan dimakan kak, maaf cuma ini yang bisa aku hidangkan," ujar Melfa sedikit ragu. Biasanya dulu saat teman-temannya datang kerumah, ia akan menghidangkan makanan terbaik yang ada di rumahnya, di mana dalam kulkas pribadinya sudah tersimpan bermacam-macam makanan, toh tinggal ambil saja.
Spontan Fandra mengambil piring lalu di isinya nasi dipadukan lauk-pauk seperti ikan asin, sambal terasi, juga pecal yang sudah disediakan Melfa di atas meja makan.
"Ini mah bagi gue udah good, apalagi yang masaknya lo," Melfa tertunduk menahan malu, seketika pipinya berwarna merah jambu atas pujian Fandra.
Suasana mendadak hening, mereka berdua sibuk dengan makanannya. Setelah seharian tidak makan nasi, alhasil kelaparan.
"Gue tambah boleh gak?" Tanya Fandra, nafsu makannya tiba-tiba naik.
"Boleh kok kak, lauknya pun masih banyak," pemuda itu mengangguk. Saat hendak mengambil ikan asin, tak sadar tangan mereka saling berjumpa.
Satu detik....
Dua detik....
Mereka saling bertatapan, dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...