EMPAT BELAS

1K 74 0
                                    

Seorang wanita paruh baya sedang mondar-mandir di depan pintu rumahnya.

"Ya Allah kemana Melfa, Eza dan Reyhan, kok belum pulang-pulang juga jam segini."

Lirihnya seraya melirik arloji menunjukkan pukul 05.50 sore, itu tandanya sebentar lagi azan magrib akan berkumandang.

Wanita itu adalah Melysa. Yang sangat khawatir dengan keberadaan putra putrinya.

Terlihat Reyhan baru saja pulang dari kuliah dan memarkirkan motornya di halaman rumah.

"Assalamualaikum ma."

Ucapnya mencium punggung tangan Ibunya.

"Waalaikumusalam, kok baru pulang Rey? Adek mana?"

"Iya ma tadi ada tugas kuliah yang belum selesai terpaksa Reyhan selesaiin dulu di kampus. Adek belum pulang ma?"

"Baguslah kalo tugas kamu udah selesai. Iya nak di mana dia?"

"Mungkin di rumah temannya kali ma, mama jangan khawatir bentar lagi adek pasti pulang kok."

"Mendingan sekarang kamu jemput aja ya adek di rumah temannya, ini udah mau magrib gak baik anak gadis di rumah orang lama-lama. Eza juga tuh kalo ketemu suruh pulang."

"Baiklah ma, Reyhan pamit pergi dulu ya. Assalamualaikum."

Ucap Reyhan kemudian berlalu pergi.

"Waalaikumusalam."

Melysa hanya memperhatikan kepergian Rehyan. Dalam hatinya berharap, semoga tidak terjadi apa-apa pada kedua buah hati dan keponakannya.

***

Preman-preman itu terus mendekati Melfa, mereka menarik tangannya dan memaksa membawanya pergi.

Melfa berteriak seraya berusaha memberontak namun tidak ada orang yang menolongnya karena di kala senja jalanan sudah sepi.

Mereka membawa gadis tak berdosa itu kesebuah gudang yang sangat berantakan dan menjijikkan. Kemudian mereka mendorong Melfa hingga ia terpuruk di lantai dan terpojok di dinding.

Rasanya sakit. Ingin sekali ia menangis tapi itu semua sia-sia, tetap saja tidak ada yang mendengar tangisnya. Melfa semakin takut dengan mereka yang terus menatap wajahnya dengan penuh nafsu.

"Gue mohon banget sama kalian, tolong lepasin gue sekarang."

"Dan satu hal lagi jangan macam-macam, karena gue akan lapor polisi biar lo semua di penjara."

Seru Melfa dengan muka datar.

Sekelompok preman itu hanya diam dan terus menatap wajah manis gadis itu sembari tersenyum. Tiba-tiba seorang pria gagah muncul, wajahnya tidak asing lagi bagi Melfa.

Ya benar dia orang yang Melfa kenali.

Namun apa yang dia mau dari Melfa. Dan apa salahnya hingga ia harus dibawa segala ke sini.

Pria itu mengode kepada preman-preman agar meninggalkan mereka berdua.

Lalu pria itu mendekati Melfa dan semakin mendekat, kemudian ia memegang pipi mulus perempuan itu.

"Lo mau apa, jangan pegang-pegang, gue gak suka!"

Melfa merasa risih dengan pegangan itu, titik-titik kristal mulai berjatuhan lagi.

"Tenang, jangan nagis, gue nggak bakal ngapain-ngapain lo kok. Hanya saja gue pengen miliki lo seutuhnya."

"Maksud lo apa?"

"Lo mau tau banget ya?"

Melfa mengangguk pelan.

Pemuda itu lalu mencoba melepaskan hijab gadis yang ada di hadapannya secara paksa, Melfa berusaha menahannya, bagaimana pun juga ia tidak ingin auratnya dapat dilihat oleh orang yang bukan mahramnya. Namun hasilnya nihil, kekuatan Melfa tidak ada apanya dibandingkan lelaki itu. Melfa kalah, hingga hijabnya berhasil terlepas membuat rambut indah terlihat. Pria itu mengelus lembut rambut wanita yang sedari tadi menangis karena ulahnya.

•••

Helloww guys.....

Selamat membaca😉

Lanjutannya dichapter 15 yaaa

Oh iya tetap bersabar menunggu author update

Barangkali gak cuma dia aja yang harus ditunggu wkwkwk

Rasa Tak Bernama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang