DUA PULUH DUA

913 52 1
                                    

"Baiklah ada satu hal lagi yang mau Ibuk sampaikan."

"Ucapan terimakasih kepada 21 orang siswa-siswi yang menjadi perwakilan sekolah ini dalam perlombaan olimpiade, apapun hasilnya tetap bersyukur dan jangan menyerah karena kalian telah berusaha semaksimal mungkin memberikan nilai terbaik."

"Hanya 1 yang lolos, dari jurusan Fisika yaitu atas nama Melfa Gusti Safira. Selamat kepada Melfa semoga menjadi motifasi kepada kita semua agar lebih meningkatkan kemampuan belajarnya."

Tepuk tangan bergemuruh di SMA Negeri 2 Bangko Pusako.

"Ciee selamat sayang akooh."

"Congratulation Melfa."

Melfa tersenyum bahagia mendengar kabar baik hari ini, tak disangka ternyata dialah yang lolos di antara 21 orang yang mewakili SMA Negeri 2 Bangko Pusako. Jika ini adalah takdir, ia sangat bersyukur akan takdir baik itu.

Sebuah pengalaman yang memberi inspirasi kepadanya untuk terus menggali potensi akademik di bidang Fisika maupun pelajaran lainnya agar kelak bisa sukses dan lebih membanggakan lagi.

***

30 menit lamanya di lapangan mendengar pengumuman, akhirnya barisan dibubarkan. Seluruh siswa-siswi SMA Negeri 2 Bangko Pusako segera kembali  kekelas mereka masing-masing.

Sebelum dibolehkan pulang, mengingat lingkungan sekolah yang perlu dibersihkan. Maka mereka terlebih dahulu gotong royong untuk membereskan lingkungan sekolah tersebut baik kelas maupun taman.

Hari ini Keysal tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan.

Melfa ditemani Tyka, Keyza dan Tyas yang sedang sibuk asik mencabut rumput di pekarangan, yang cukup luas dengan taman yang di penuhi oleh bunga-bunga menghiasinya. Namun sayang, taman itu tak terurus karena kelas itu sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Wajar 3 Minggu libur, dan sekarang akan perpanjang lagi 14 hari kedepannya.

"Kak Keysal kok gak masuk sih we?"

Tanya Melfa memulai percakapan.

"Ciee nanyain, udah baikan berarti ni yee."

Goda Keyza.

"Lo nya aja yang ketinggalan cerita"

Sempat terjadi konflik di antara hubungan mereka. Karena Melfa berniat untuk mengugurkan bayi di dalam kandungannya namun Keysal tak menyetujuinya.

"Gimana kami bisa tau, orang lonya aja 1 Minggu di perpustakaan, plus 3 Minggu libur, jangankan ketemu, liat aja kagak," bela Tyas.

"Lo gak tau Mel, selama lo gak masuk kelas 1 Minggu kak Keysal dengar-dengar ni ya sering banget absen. Gak tau apa sebabnya tuh anak tiba-tiba jadi bandel kek gitu."

Melfa terdiam mendengar ucapan yang dikatakan Keyza. Wajahnya tampak muram dan bersungut. Meskipun faktanya Keysal memang bandel, tapi ini lain lagi ceritanya.

Satu-persatu dedaunan kering mereka kutip dan memasukannya ketong sampah.

Tidak hanya dedaunan kering yang dibersihkan, mereka berempat termasuk warga sekolah juga memotong dahan-dahan pohon yang patah dan tak lupa pula memotong rumput-rumput yang panjang.

Satu jam berlalu tanpa ada percakapan lagi setelah itu. Mereka larut dalam pikiran masing-masing dengan posisi tangan yang sibuk memasukkan dedaunan kering kedalam tong sampah. Seketika lamunan itu terhenti saat melihat kedatangan kakak kelas XII yang melewati taman depan kelas mereka.

Seperti biasa, setiap hari rombongan kelas XII Ipa 1 yang diketuai oleh Fandra memang tak pernah absen untuk melaksanakan sholat Duha di mushola samping X IPA 1.

Hal inilah yang menjadikan nilai plus bagi kaum hawa yang melihatnya, jarang sekali terlebih di zaman sekarang sulit dijumpai laki-laki yang penuh sholatnya 5 waktu apalagi sunnahnya.

Pria bertubuh tinggi berjalan bersama rombongannya yang lain.

Dada Melfa refleks naik turun diiringi mulut komat-kamit berdoa semoga Fandra juga rombongan tak dapat melihat keberadaannya.

Jujur saja, ia merasa bersalah karena ketidakhadiran Keysal, pasti mereka menyangka Melfa adalah penyebabnya.

Setelah rombongannya terlihat menjauh, Melfa keluar dari persembunyian dan menatap mencari keberdaan mereka. Namun, Melfa dikagetkan oleh tangan yang menyentuh bahunya.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan tertunduk tak berani melihat.

"Lo ngapain disitu Mel, ulat ijo lagi berkembang biak. Hati-hati!!"

Peringat Rio teman sekelasnya.

"Apa??"

"Mel, liat di jilbab! Liat tuh!"

Melfa melihat bagian atas kepalanya yang di tutupi dengan jilbab, apa yang terjadi, tak lama kemudian.

"Aaaaaaaaaa....."teriak Melfa dengan nada tinggi, hingga menjadi pusat perhatian semua orang di sana.

Seekor ulat berwarna hijau yang mengelikan tampak berada di jilbabnya. Spontan Melfa berteriak dan melompat-lompat berusaha menyingkirkan ulat tersebut.

Melihat tingkah Melfa, semuanya tertawa terbahak-bahak. Tak hanya teman-temannya satu kelas. Rombongan Fandra yang kebetulan sedang berwudhu seketika terganggu melihat tingkah konyol gadis itu.

Mata Melfa mulai berkaca-kaca, mengingat tidak ada yang berniat menolongnya sedikitpun.

Lupakan teman-teman sekelasnya diisi kebanyakan cewek, otomatis mereka juga lemah akan ulat.

Tak hanya mereka, lelaki di kelas itu juga tidak berani dan takut untuk memegangi hewan menggelikan itu.

Air matanya mulai jatuh membasahi pipi mungil milik gadis manis itu. Berulang kali ia mencoba untuk tetap tenang namun sia-sia, rasa takutnya akan suatu hal membuatnya menjadi lemah dan tak mampu mengontrol air mata.

Air mata terus saja menggenang tanpa henti. Saat itu tidak ada yang menertawakan Melfa lagi, semuanya merasa kasian termasuk Tyka, Tyas dan Keyza.

Ingin mereka menolong lalu menenangkan Melfa agar tidak menangis. Mengingat mereka juga tak berani jadi apa boleh buat selain melihat kejadian itu dengan penuh prihatin.

***

Ikuti terus cerita selanjutnya!

Sampai jumpa....

Putri Safira ✍️


Rasa Tak Bernama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang