DUA PULUH TIGA

908 48 0
                                    

Suasana kini semakin tegang, tak lama kemudian kembali membaik di mana siketua Osis bernama Fandra turun tangan.

Sebenarnya ia malas, apalagi berhubungan dengan gadis aneh seperti Melfa. Namun rasa malas dapat ditaklukkan oleh rasa kasian, melihat Melfa dengan posisi jongkok dan membungkup sambil menangis seperti anak kecil.

Tak mungkin juga ia membiarkan gadis itu terus menangis, padahal hanya karena seekor ulat yang menghinggapi jilbabnya.

"Hentikan air mata buaya lo."

Gumam Fandra, yang sudah membuang ulat dari atas jilbab gadis itu.

Melfa yang mendengar ada orang di sampingnya, refleks memeluknya tanpa melihat siapa yang sedang ia peluk.

Otomatis mata pria itu terbelalak terkejut. Rasanya jijik, mendapati pelukan yang tak pernah ia harapkan dari seorang gadis aneh seperti Melfa.

Image yang selalu ia jaga demi sebuah kehormatan kini lenyap. Bagaimana bisa mereka berdua kini menjadi tontonan orang di sana. Padahal belum pernah Fandra melakukan hal sebodoh itu tepatnya di depan umum.

"Lepasin gue."

Fandra memberontak mencoba melepaskan.

Bukannya dilepas, gadis itu malah memeluk Fandra erat, bahkan lebih erat dari sebelumnya.

"Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah mimpi apa gue semalaman."

Fandra beristighfar sebanyak-banyaknya, jujur ia malu dan bingung harus melakukan apa lagi.

Deg...

Jantung pria itu berdetak kencang, sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar, lalu dipejamkannyalah mata, membiarkan angin menerpa wajahnya yang kini berubah seketika menjadi merah karena malu.

Sorak terdengar riuh dari teman-teman Melfa, mereka tak menyangka Melfa sedang melakukan hal romantis dengan ketua Osis yang terkenal jutek di sekolah.

Mereka melupakan jika status Melfa dan Fandra bukan lagi single alias jomblo, namun keduanya sudah memiliki kekasih yaitu Keysal dan Fita.

"Cieee."

"Sosweet banget sih lo Mel."

"Jadi iri gue liatnya taiik."

Regina yang baru saja keluar dari musholla setelah melaksanakan sholat dhuha, netranya tercengang melihat orang yang telah ia sia-siakan kehadirannya, dan kini di luar dugaannya pria itu telah membuatnya cemburu. Jujur, ia cemburu melihat kejadian itu. Cemburu tapi tak memiliki status apa-apa. Sudah biasa ia rasakan, bertahun-tahun jadi stalker walau kadang sakit tetap saja dilakukan.

Sebelumnya dia belum pernah menaruh rasa cemburu saat mengetahui hubungan Fandra dan Fita. Namun kini berbeda, entah mengapa terasa sesak dadanya.

Ini juga kesalahannya tidak berani untuk mengatakan yang sejujurnya jika ia juga mencintai ketua Osis bernama Fandra, namun rasa gengsi dirinya lah yang menghambat hingga pada akhirnya setiap Fandra mulai mendekat dan mencari perhatian gadis itu, selalu saja tak pernah merespon dan mengabaikan. Bahkan menganggap hanya sebagai lelucon belaka.

Fandra yang menyadari kehadiran Regina melihatnya sedang berpelukan, malah membuatnya untuk membalas pelukan dari Melfa.

Meskipun ia hanya ingin tau bagaimana reaksi Regina. Apakah cemburu atau biasa-biasa saja.

Namun jauh dari tebakannya, wajah Regina terlihat biasa-biasa saja, tapi tidak dengan hatinya.

Regina adalah orang yang mampu menyembunyikan masalah, walau dirinya kini merasa hancur. Hatinya perih, sakit sekali. Lelaki yang dulu sangat mencintainya kini telah berubah secepat itu.

Ia menyesal mensia-siakan apalagi menolak Fandra secara mentah-mentah. Berulang kali pria itu menembaknya dan mengajaknya untuk memulai hubungan, tapi Regina selalu menjadikan waktu sebagai alasan. Sampai akhirnya Fandra memilih  menjalin hubungan dengan Fita bukan atas dasar cinta melainkan sebagai pelampiasan karena cintanya ditolak.

**

A/N : Kasian yah jadi Fita, ternyata cuma dijadiin pelampiasan. Karena sebenarnya sosok Reginalah yang diidamkan Fandra. Regina dengan karakternya yang kalem, pemalu, dan yang penting dia adalah seorang mantan santriwati dengan ciri khasnya berhijab syar'i.

Lalu bagaimana dengan Fita, bukanlah Fita juga memiliki keunggulan meskipun dibidang yang berbeda.

Entahlah, hakikatnya laki-laki memang begitu tak pernah cukup dengan satu wanita meskipun tak semuanya ya😂. Setidaknya jangan ngasi ruang dong kalo emang gak cinta, kan nyesek jadi Fita menjalin hubungan kasih dengan Fandra bukan atas dasar cinta kedua belah pihak.

Huff semoga pembaca belum pernah merasakan hal kayak Fita ya😭.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya....

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan mengklik vote dan komentar

Makasi!!!

Putri Safira ✍️


Rasa Tak Bernama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang