Malam hari tiba, ada Melfa yang sedang duduk di blakon kamar, sambil menikmati indahnya rembulan malam, kebetulan malam itu cuacanya tidak hujan, yang mengundang bintang-bintang begitu indah sekaligus sebagai penenang kalbu. Namun suasana malam sangatlah dingin karena diterpa oleh angin hingga dinginnya menembus tulang sum-sum gadis itu.
Kebiasaan Melfa tiap malam sebelum tidur sebenarnya sederhana saja, duduk di blakon kamar melihat pemandangan seketika pikirannya berjalan mengingat kejadian yang telah terlalui.
Sosok gadis seperti Melfa akan mengingat kejadian-kejadian yang mengganjal di hatinya, lalu ia akan mempertimbangkan baik buruknya, dan bagaimana cara ia menyikapi atau menjadikan pelajaran untuk kedepannya jika kejadian itu akan terulang untuk kesekian kalinya. Intinya ia yang melakukan, ia yang memilih, ia yang menerima risiko, dan ia juga yang mensupport dirinya sendiri. Tapi bukan berarti perempuan tipe Melfa tidak membutuhkan teman curhat, hanya saja akan ada pertimbangan mana yang perlu untuk dipublikasikan atau diceritakan ke orang lain dan justru mana yang hanya perlu diprivasi atau khusus untuk dirinya pribadi.
"Hari ini ada banyak kejadian yang tak terduga."
Sekilas ia mengingat kejadian hari ini di sekolah.
"Olimpiade bulan depan, mana banyak masalah lagi."
Melfa membendung rasa bersalah pada Keysal dan Fandra, benar yang dikatakan Sherin jika ia adalah penyebab utama rengangnya persahabatan kedua pemuda itu. Keysal yang mendapat hukuman diskor selama tiga hari, sedangkan Fandra hampir saja dicopot jabatannya sebagai ketua Osis jika mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.
Kini gadis itu telah menemukan jalan keluar, barangkali permasalahan hari ini saling berkaitan satu sama lainnya.
Ia harus berbicara pada Keysal agar tidak memperpanjang konflik dan meminta maaf, jujur saja ia bosan terus-menerus asik menangis. Ia juga akan meminta maaf pada Fandra, supaya Sherin tidak akan salah paham lalu melabrak lagi semena-menanya.
Untuk urusan olimpiade, Melfa harus belajar dan memahami materinya dengan sebaik mungkin.
Akhirnya Melfa merasa lega telah menemukan jalan keluar dari permasalahannya, kini tinggal menjalankannya saja seperti yang sudah dirancang. Semoga saja berhasil dan tidak salah jalankan.
Malam semakin larut, ia beranjak ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah cukup lelah, meskipun ia sudah tidur terlebih dahulu sepulang sekolah tadi.
Matanya sudah mulai mengantuk, sesekali ia menguap dan menutup mulutnya dengan jari-jemari.
Perlahan ia mulai memejamkan mata.
Tapi sekilas terdengar ada yang menganggunya.
Trenggg....
Dua notifikasi, ia langsung membuka pesan itu di WhatsApp mana tau ada informasi penting.
Kak Keysal:
"Mel"
"Kamu baik-baik aja kan?"
"Apa benar Sherin tadi ngelabrak kamu? Benar-benar kurang ajar tu anak, mintak dihajar aja kali ya."
Ternyata pesan itu dari Keysal, secepatnya gadis itu mengetik lalu mengirimnya. Ia tak ingin ada salah paham dan membuat konflik ini semakin memanjang. Walaupun faktanya Sherin memang perlu diberi pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Tak Bernama (END)
Teen FictionSeorang hafidza penghafal Al-Qur'an yang memiliki masa lalu kelam. Di usia 15 tahun masa depannya sudah hancur karena diperkosa saudara tirinya sendiri atas dendam kematian sang ibu. Bagi gadis itu adalah suatu pengalaman terburuk dalam hidupnya, n...