d u a b e l a s.

277 46 6
                                    

"Ryujin.." Yuna muncul dari balik pintu, dia langsung menuju ke arah Ryujin yang menangis. "Lo kenapa hei?" Tatapan gadis bermbut panjang itu panik.

Ryujin ngegeleng. "Gue...hiks...nggak bakal bisa..hiks...ngelupain dia..." Yuna memeluk tubuh sahabatnya itu. Kalau udah gini, bisanya cuma biarin Ryujin ngeluapin emosinya dulu biar dia tenang dulu.







Banana milk dan Strowberry milk nggak pernah salah disituasi apapun memang, buktinya sekarang Ryujin udah diem sambil minum. "Udahlah Ryu...kalo jodoh ntar juga balik lagi."

"Iya juga sih, tapi aku yakin kak Hyunjin bukan jodohku" Jawab Ryujin lesu.

"Lah terus lu ngapain ngejar?."

"Udah nggak yakin lagi maksudnya."

Yuna menatap kejauhan, mereka lagi duduk di sekitaran lapangan sekolah. Di tengah sana banyak anak laki-laki yang lagi pada main bola. Salah satunya Hyunjin yang lagi jaga gawang.

"KAK JINOOOO!!! OPER BOLANYAAA!!" Yuna langsung tutup kuping saat denger Ryujin teriak ke arah pertandingan, yang dipanggilpun sedikit kaget dan langsung mengoper bolanya setelah itu dia malah lari mendekat ke arah Ryujin dan Yuna.

Cowok itu ngos-ngosan, terus senyum. "Jauh amat nontonnya?."

"Keliatan kok" Tambah Ryujin.

"Maaf mau izin ketemu doi dulu ya" Yuna ngacrit, tentu aja mau ketemu Felix yang kebetulan lagi ada disekitarnya. Pertandingan juga di jeda buat istirahat sebentar.

Jino mengambil posisi Yuna dan duduk disebelah Ryujin. "Nggak beliin gue air gitu?" Jino menggoda adik kelas di sebelahnya itu.

Ryujin menggeleng polos. "Nggak...kak Jino mau dibeliin?" Tawaran Ryujin dijawab gelengan. "Udah ada yang bawain tuh" Jino menunjuk sisi lain lapangan yang banyak gerombolan anak ceweknya, kayaknya si pada bawain Jino handuk dan air mineral.

Mana ngeliatinnya nggak santai lagi mereka, Ryujin jadi garuk-garuk lehernya yang nggak gatal.

"Loker lo udah gue beresin tadi."

"Hah?! Kok kak Jino yang beresin!!!" Ryujin cemberut, jadi nggak enak sama ketua OSISnya itu. "Udah terlanjur lagian, kalo masalah ulah siapa itu urusannya Hyunjin" Mata Jino menangkap sosok Hyunjin yang duduk di sisi lapangan seberang sambil meneguk air mineralnya.

Tanpa basa-basi Jino berdiri sambil narik tangan Ryujin, dia bawa Ryujin nyebrangin lapangan ke tempat yang lain kumpul.

"Dengerin ya...sekarang Ryujin ini penonton eksklusif gue jangan ada yang berani ganggu" Jino ngomong kayak gitu sambil ngeliat Ryujin yang bingung sendiri sama situasinya. Mau nolak tapi nggak enak.

Sekali doang, Ryujin ngelirik Hyunjin yang nggak peduli. Tingkahnya seolah nggak ada apa-apa yang terjadi. Setelah pertandingan dimulai lagi, Yuna duduk menyusul Ryujin ditempatnya. "Penonton eksklusifnya kak Jino? Ceilahhh" Goda Yuna.

Ryujin cuma senyum sambil setengah ketawa. Btw, Yuna jadian sama Felix tiga hari yang lalu. Emang sih mereka deket katanya sejak mas pengenalan dulu, untung aja sekarang satu projek lagi. Jadi makin lengket.

Dug.

Satu lapangan diem semua, noleh ke arah Ryujin yang megangin kepalanya. Tendangan Hyunjin ternyata, lelaki itu melangkah mendekati Ryujin. "Sorry nggak sengaja" Ia memungut bola di bawah kaki Ryujin lalu menatap gadis itu. "Nggak papakan kepala lo?" Tanyanya lagi.

Ryujin berdiri. "Nggak papa" Lalu melangkah pergi melewati Hyunjin yang masih berdiri di tempatnya, semua orang seperti membeku di lapangan. Nggak ada yang bersuara sampai Hyunjin teriak untuk mulai lagi. Yuna mengurungkan niat buat ngikutin langkah Ryujin yang entah mau kemana itu, begitupun Jino yang lengannya langsung ditahan Niel. "Udah bro, Ryujin butuh waktu."





Nanti kita satu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang