dua puluh satu: volum 2

242 43 12
                                    

Ryujin menoleh, menatap seseorang yang baru saja memanggilnya.

"Iya?."

Hyunjin mengalihkan pandangan. Dia terlihat...sedikit gentar. Bukan seperti dia biasanya.

"Kalo...gue ngelakuin kesalahan lagi? Lo...pasti...tetap maafin guekan?."

Ryujin bingung sebentar, tapi kemudian ia tersenyum. "Iya kak Hyunjin" Ryujin ngangguk  dan mengacungkan jempol. Lalu ia melambai, dan pergi.

Pertandingan di mulai. Hiruk pikuk orang-orang di stadion itu membuat Ryujin terus tersenyum senang. Apalagi ketika ia melihat seseorang bermain di tengah sana dengan mata tajamnya. Cowok itu mengambil alih semua atensi Ryujin, melebihi skor yang telah kedua tim itu raih.

Bukan masalah menang atau kalahnya. Tapi ini soalnya Hyunjin dan pesonanya.

Tim Hyunjin dan Jino mencetak skor lebih banyak selama setengah pertandingan, tapi ada hal yang lebih penting dari itu bagi Ryujin. Yaitu, mata tajam cowok itu yang menyapa ketika ia baru saja mencetak three point. Entah tidak sengaja, atau dia memang bermaksud.

Sepersekian detik. Jantungnya berhenti, sensainya sama saat Hyunjin menolongnya dari hujan buku di perpustakaan dulu. Darahnya terasa hangat dan wajahnya langsung memerah.

"Kamu harus ketemu dia nanti setelah pertandingan" Yeji yang menyadari, langsung tersenyum jahil pada Ryujin.


"Selamat kak Hyunjin! Mainnya keren" Ryujin menyelipkan rambutnya ke telinga. Bukan karena ini tebar pesona, tapi karena malu. "Halah, kamu ndak ngeliat mainnya. Kamu cuma ngeliat bang Hyunjinnya" Jaemin memutar bola mata, sayangnya ia yang langsung di tatap tajam Ryujin.

"Makasi. Pantesan gue ngerasa ada yang ngeliatin" Balas Hyunjin dan Ryujin langsung menunduk.

"Kak, nanti pulang duluan aja. Hyunjin mau makan bareng anak-anak dulu" Hyunjin beralih ke arah Yeji dan cewek itu mengangguk.






Ryujin kini bukan dirumah, melainkan di sebuah mall ternama. Tepatnya di toko buku. Setelah pertandingan tadi, Jaemin minta ditemani ke toko buku.

"Mau buku apa Jaem?" Tanya Ryujin, sembari mengekori Jaemin yang terus menelusuri rak-rak yang berjejer. "Ndak tau sih, cuma nyari yang asik aja" Jelas cowok itu.

"Kamu deket ya sama kak Hyunjin?" Tanya Ryujin pada Jaemin yang langsung berhenti membaca sinopsis buku yang ia pegang. "Yaa, temen sehobby."

Ryujin mengangguk. Lalu ia melanjutkan. "Nggak takut apa? Kak Hyunjinkan serem."

Jaemin diam lagi, terus dia narik napas sambil mikir. "Emm, kayaknya dia cuma galak ke kamu. Soalnya ndak begitu ke aku" Jaemin tersenyum.

Wajah Ryujin langsung kesal, ia juga berdecak.

"Btw, kamu harus banyak-banyak senyum gitu Jaem" Ryujin bersandar pada rak buku. "Kenapa emang?" Tanya cowok itu.

"Tambah ganteng."

Jaemin ketawa. "Bener kata bang Hyunjin, kamu itu jago gombal."

"Kak Hyunjin cerita?!."

Jaemin ngangguk, terus dia ngambil buku lain. "Katanya Ryujin itu nyebelin, tapi bikin seru. Terus tukang gombal, pasti mantannya banyak. Gitu."

"Eh! Mantanku nggak banyak ya! Terus kamu jawab apa?!."

"Aku iya-in aja. Menurutku bener soalnya" Jaemin langsung kenak timpuk tas kecil Ryujin. Cowok itu megangin lengannya yang panas sambil meringis.

Kak Jino is calling...

'Halo?'

'Gue kirim lo alamatkan? Nah kesana sekarang!'

Nanti kita satu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang