dua puluh lima: volum 2

251 36 3
                                    

Sepulang sekolah dia berencana mendatangi rumah Hyunjin. Untuk mengembalikan buku catatan itu. Kali ini, Jaemin lagi-lagi berbaik hati mengantarnya.

"Kenapa to kamu? Habis baca apa?" Tanya Jaemin. Yang bisa dilakuin Ryujin cuma ngegeleng dan bilang nggak papa.

Jaemin akhirnya menyerah. Mungkin dia ada masalah dengan Hyunjin—ya itu bukan urusannya dan dia yakin Hyunjin juga nggak akan suka kalau dia ikut campur.

Saat lampu merah menghentikan laju mobil mereka, Jaemin melirik Ryujin, cewek itu memeluk tasnya erat dan menatap lurus.

"Heh! Nggak baik bengong-bengong" Tangan Jaemin bergerak untuk mengacak rambut Ryujin agar ia sadar. "YHAA!! DON'T TOUCH—AKHHH SIALAN KAMU JAEMIN!!."

Jaemin terbelalak, baru kali ini dia dikatain Ryujin dan dia juga bingung kenapa Ryujin marah. "Ke-kenapa sih?" Jaemin menggaruk belakang kepalanya, tumben aja Ryujin marah-marah kayak gini.

Apalagi kepalanya sampe kebentur sama pintu mobil.

"Habis di pegang kak Hyunjin tau!."

Jaemin memutar bola matanya. "Kirain abis kejatohan duren."

Bug.

Kena lagi Jaemin. Cowok itu cuma ketawa renyah nggak peduli sama tatapan tajam Ryujin yang moodnya juga nggak bagus gara-gara tulisan tadi.

Akhirnya mereka sampai, Jaemin pamit duluan karena ada tugas negara dari mamanya buat belanja bulanan.

Ryujin ragu ketika ia sudah didepan pintu, tapi akhirnya bell itu berbunyi dan pintu dibuka. Yang bukain Hyunjin langsung....akhhh nyebelin.

"Kenapa?" Tanya Hyunjin, cowok itu rambutnya berantakan dia cuma pake kaus putih dan celana trainning hitam. "Mau ngembaliin buku" Ryujin senyum dan menyerahkan buku itu ke Hyunjin.

"Bawa aja, nggak papa kok. Kenang-kenangan."

Ryujin ketawa. "Karena mau ke Sydney ya?" Dan pertanyaan itu berhasil bikin Hyunjin kaget. "Yah habis ini nggak bisa gangguin kak Hyunjin" Gadis itu berpura-pura memasang wajah kesal dan berhasil membuat Hyunjin terkekeh.

"Jaemin cerita ya?" Tepat seperti dugaan Ryujin cowok itu akan bertanya. "Semuanya—termasuk yang nyariin aku kemarin. Katanya cowok paling jual mahal satu sekolah."

Hyunjin tertawa.

"Mau es krim nggak?" Tiba-tiba saja ide itu terlintas di kepala Hyunjin, setelah di iyakan ia kembali dengan dua buah es krim dan mengajak Ryujin duduk di kursi taman depan rumah.

"Disini aja. Kak Yeji lagi nggak dirumah soalnya" Hyunjin duduk, bersandar pada sandaran dan melahap es krimnya.

Ryujin membuka es krimnya dan ikut makan, dia beberapa kali ngelirik Hyunjin yang nggak tau lagi liatin apa didepan sana.

"Kak Hyunjin pernah ngerasa bersalah?."

Dia ingin sekali Hyunjin bilang soal apa yang dia rasain sebenernya. Walaupun itu artinya Ryujin bisa-bisa ditolak lagi, tapi sekarang lebih baik buat tau yang sebenernya.

Hyunjin diam sejenak dan menggeleng. "Nggak tau, lupa."

Nyebelin. Dia pasti baru aja mikir soal rasa bersalah yang menyelimuti hatinya.

"Baguslah" Jawab Ryujin datar. "Kak Hyunjin" Ryujin berkata lagi.

Hyunjin menatapnya, menaikkan kedua alisnya sambil masih memakan es krimnya.

"Kak Hyunjin nggak selalu minta maaf karena kak Hyunjin ngerasa bersalah sama akukan?."

Lelaki itu diam, dia cuma menatap. Kemudian dia menggeleng.

Nanti kita satu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang