dua puluh delapan: volum 2

389 35 15
                                    

Mereka sedang berjalan di taman.

"Foto apasih? Foto keluarga?" Tanya Ryujin dan dijawab gelengan oleh cowok itu.

Dia menyamakan langkah dan tidak lagi berjalan mundur. "Foto ini" Hyunjin merogoh sakunya dan menunjukan sebuah foto.

Diambil saat pemutaran short movienya waktu SMA dulu, ada Ryujin berdiri disebelahnya. Waktu itu Hyunjin tahu segalanya akan berakhir, dan itu salahnya.

"Nggak ada usaha yang nggak membuahkan hasil Ryu. Benerkan? Sekarang gue jadi suka beneran?."

Ryujin berhenti melangkah.

Dia memamerkan jari kelingkingnya, meminta Hyunjin menautkan miliknya disana.

"Nggak boleh bohong, nggak boleh nyembunyiin kalo lagi sedih, nggak boleh sesuka hati bikin aku nangis, ok?" Omelan Ryujin berakhir dan Hyunjin tersenyum.

"Kalo gue bilang iya, diterima?."

"Diterima" Kata Ryujin.

"Ok sepakat."

"Happy ending" Tambah Ryujin.

"Belom dong, Siapa tau tiba-tiba kita putus" Jawaban itu membuat Hyunjin mendapat tatapan tajam dari Ryujin. "Kan siapa tau Ryu."

"Ryu" Ucap Hyunjin.

"Hm?."

"Sekolah yang bener. Terus bahagia ya, kalaupun nanti gue bukan buat lo. Lo harus tetep jadi Ryujin yang gue kenal."

"Kak Hyunjin kenapa sih?."

"Kan gue cuma menerka-nerka. Nggak ada yang tahukan? Ada kemungkinan terburuknya."

"Aku bakal doain. Biar kak Hyunjin yang jadi orang itu, biar selalu soal kak Hyunjin. Tuhankan tahu yang terbaik, Tuhan selalu dengerin hambanya, Tuhan baik."

"Gue harus cerita ke bunda."

"Kenapa?"

"Ada satu manusia. Yang mirippp bangettt sama beliau, manusia itu berhasil menemukan garis anaknya, kemudian mewarnainya."









Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir mereka. Pertemuan yang melegakan segala masalah, pertemuan terakhir yang membuat mereka melupakan segala air mata dan patah hati.





























Setelah kelulusan Hyunjin, dia membuat keputusan besar. Paling besar selama ia hidup mungkin (untuk saat ini).

Setelah kepulangannya ke Indonesia dia sibuk tentang sesuatu, sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang.

Kalau masalah izin-izinan Hyunjin sudah membereskan dengan cepat pasti, sekarang tinggal nunggu izin dari seseorang.

Ryujin hendak meninggalkan kamar, tapi ia menyempatkan diri membenarkan posisi bingkai foto yang berisi potret ulang tahunnya dua tahun yang lalu.

Ia harus pergi kesuatu tempat karena ada janji sama mas pangeran. Hahaha.

Setelah sepuluh menit menyetir mobilnya, ia sampai, di sebuah cafe. Langkahnya ringan memasuki cafe itu, kemudian memesan minuman dan segera duduk di hadapan seseorang.

"Cie yang udah lulus" Ryujin meyubit pipi cowok itu. "Nggak sopan! Kan gue lebih tua" Jawabnya bercanda.

"Nggak peduli" Ryujin memamerkan lidahnya. "Mau ngomong apa? Ketemu di rumah kamu juga bisa kali" Ryujin menatap Hyunjin serius.

Hyunjin menatap keluar jendela di sebelahnya, kemudian dian merunduk sebentar dan menghela napas.

"Ryu. Will you be my forever?" Tanyanya, mata elangnya menatap cewek dihadapannya itu.

Nanti kita satu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang