dua puluh tujuh: volum 2

280 37 0
                                    

"Halo?."

"Dengan Ryujin?"

"Iya saya sendiri. Ini siapa?"

"Aah. Masa nggak kenal suaranya?"

Hening. Ryujin masih diam dan berpikir.

"Hyunjin Maheswara. Dulu kakak kelas kesayangan Ryujin. Masih kenal?"

Ryujin mematung. Mau ngapain lagi manusia penuh teka teki ini kembali.

"Kak Hyunjin?"

"Iya. Kenapa?"

"Aku udah move on. Nyebelin"

"Masa? Gue susah dilupain lho"

"Tapi kalo ketemu lagi nggak tau deh"

"Minggu depan gue ke Indonesia, mau ketemu?"

"MAU!"

Hyunjin ketawa.

"Katanya move on"

"Dah kak Hyunjin sampe ketemu. Hati-hati di jalan"

Tut...tut...tut...

Ryujin mau loncat-loncat aja! Dan dia ketahuan sama kak Yeji sedang penuh kegembiraan.

"Katanya udah move on."

"Tapi kangen. Nggak papakan? Kan temen?" Ngeles deh. Yeji tertawa bahagia. "Boleh dong, Ryu. Kak Yeji buat pie di bawah mau coba nggak?."

Ryujin ngangguk dan mengekori Yeji.


Ryujin duduk di halte bus dekat kampus, siang ini panas terik. Dia masih ditemani susu kotak, matanya memperhatikan segerumbulan anak-anak SMA yang ada di sebrang jalan.

Jadi kangen.

Dia menatap tas yang ia bawa, mimpinya harus terwujud. Dokter. Keberhasilannya masuk ke dalam Fakultas kedokteran bukanlah keberhasilan yang sangat wah. Itu baru langkah awal.

Melihat anak-anak SMA itu dia jadi kangen Dance.

"Lihat apa? Kangen ya? Bu dokter?."

Ryujin tertawa ketika menangkap sesosok Jaemin yang berdiri di sebelahnya, sepertinya dia hanya mampir untuk menyapa.

"Kangen main sama Yuna sama kamu" Jawab Ryujin dan Jaemin tersenyum. "Bang Hyunjin jugakan?" Tanyanya kemudian cepat-cepat kabur sebelum di bully Ryujin.

Gadis itu sudah mau berdiri untuk mengejar Jaemin tapi yang dikejar malah bilang kalau dia lupa ada satu kelas lagi yang belum ia datangi.

Ryujin duduk kembali, masih menatap sebrang jalan. Menatap anak-anak itu, dan berpikir.

Sejak kapan kita semua tumbuh dewasa?

Seseorang kemudian duduk di kursi kosong sebelahnya.

Ryujin refleks menoleh dan hampir serangan jantung saat menemukan seseorang itu.

Dia masih terpana. Sama seperti dulu.

Rambutnya kini sedikit panjang, matanya masih tajam tapi senyumnya lebih manis.

"Bu dokter tolongin saya. Saya sakit hati" Cowok itu memegangi dadanya sambil tersenyum jahil. "Bisa nggak?" Tanyanya.

Oh dia benci. Dia benci kejutan kejutan Hyunjin Maheswara bersama semesta yang suka bikin jantungnya tiba-tiba ingin berhenti.

Nanti kita satu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang