"Novita! Arisha! Silakan."
Vita dan Risha menahan napasnya. Risha sudah berdiri dari duduk nya sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Sisy.
TUN... TUN... TUN... TUN... WAKTUNYA...
ISTIRAHAT... TUN... TUN... TUN... TUN... ITS TIME TO HAVE A BREAK... TUN... TUN... TUN... TUN... ... TUN... TUN... TUN... TUN...Bel dua bahasa ala Air port untuk pemberi tahuan istirahat berbunyi, bahkan sebelum mereka sempat mengambil spidol.
"Alhamdulillah. Horeee!" Risha berteriak kegirangan dan akhirnya berhenti saat menyaksikan wajah masam Bu Rianti.
"Oke, karena jam istirahat sudah masuk, pertemuan kita sampai disini. Sampai jumpa di Jumat depan, dan saya memberi kalian tugas lagi. Silahkan dibuka halaman 56 ada tujuh soal, dengan materi yang hampir sama dengan pembahasan kita minggu kemarin. Jika pada PR kali ini nilai kalian semua diatas rata rata maka saya akan menuntaskan materi ini. Ingat jangan sampai lupa! Untuk Risha dan Novita kita tetap akan membahas latihan kali ini jumat depan. Dan juga jumat depan akan saya tunjuk secara random untuk mengerjakan PR kali ini. Oke, sampai jumpa jumat depan dan jangan sampai melupakan tugas kali ini."
Sepeninggalnya Bu Rianti mereka semua mendesah keras. Begitulah Bu Rianti, jika saja masih ada dalam satu materi yang belum mencapai rata rata maka pembahasan materi lain tidak akan dilanjutkan. Ya, tentunya tujuannya sangat baik.
Rara menahan napasnya saat melihat Bu Rianti sudah berada di daun pintu kelasnya.
"Rara, kamu boleh istirahat!"
"Baik bu."
"Dan akan ada tugas untuk minggu depan, kamu bisa bertanya kepada temanmu, dan materinya masih tetap sama. Ibu yakin kamu sangat mengerti, karena penjelasan yang kamu gunakan di PR mu sangat detail, ya! Poin kamu yang seharusnya seratus, sangat imbang dengan Vidya. Ibu harap kalian bertiga termasuk Sisy bisa membantu teman kalian yang belum mengerti. Kamu bisa kan?"
"Bisa bu! Terimakasih Bu."
Sepeninggalnya Bu Rianti, Rara menghembus napas lega. Gadis itu berbalik badan dan OH GOSH!
Rara hampir terjungkal ke belakang, terkejut melihat Risha yang tiba tiba berada di belakangnya dengan raut wajah murung. Untung saja Vita menahannya.
"Arisha Markisha! Dari tadi bikin orang jantungan aja huh." Tukas Vita melihat Risha melakukan hal yang sama dengannya kepada Rara.
"Kamu ngapain Ris?" Tanya Rara setelah menstabilkan denyut jantungnya.
"Risha mau minta maaf Ra!" Jelas Sisy.
"Minta maaf? Kenapa?"
"Aku yang tadi nelfon kamu Ra! Sorry banget Ra. Soalnya aku cemas banget Bu Ria udah mau ambil absen, entar aku jawab apa coba." Ucap Risha sambil menunduk sedih.
"Ngak apa apa Ris. Lagian kamu ngak salah sepenuhnya kok!" Balas Rara menepuk bahu Risha.
"Eleeeh, eh poni ngak usah sok nunduk nunduk lo. Poni lo udah ampe lantai tuh! Ngak keliatan lagi bibir manyun lo!"
"Nih. Maneh udah bisa liat kan!" Risha langsung mengangkat kepalanya dan mendowerkan bibirnya ke arah Vita.
"Lagian kamu mah sukanya iri liat poni aku!"
"Duh, ngapain iri? Ngeliat lo aja udah lemes gue. Apalagi gue yang pake poni. Idih bisa gatel gatel jidad gue."
"Poni aku ini adalah mahkota ku tau gaaak!!" Seru Risha menyentil poninya.
Tanpa mereka sadari Sisy dan Rara sudah sedari tadi ke kantin dan meninggalkan mereka. Hanya satu yang Rara cari saat ini Arjuna!
"Juna kayaknya ngak di kantin deh Ra!" Ucap Sisy sambil menyapu pandangannya ke segala arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALIZE [END]
Teen FictionIni cerita tentang gadis SMA yang nasibnya berubah 90% setelah bertemu pemuda aneh di suatu sore yang mendung. Rara berpikir andai saja hari itu Ia tak menerima tumpangan cowok gila itu mungkin hidupnya masih normal normal saja. Namun semenjak hari...