EPILOG √ Takdir Indah Tuhan Untuk Semesta

17 2 0
                                    

Sebuah pertemuan konyol membuka kisah indah tentang lika liku kehidupan cinta yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, serta membuka labirin susah senang nya hidup dan menentukan kesanggupan dua insan mencapai akhir yang ditakdirkan semesta.



Endingnya akan sangat panjang ada lebih dari 5000 kata mungkin akan sangat melelahkan+menyenangkan juga so, jangan lupa siapkan tenaga dan emosi dulu sebelum membaca😉😁

Happy Reading ^∇^

     "Teh Raraaaa!! Kok bakso mercon Jihan dingin niii, ah ga sukaa!" seru Jihan berteriak keras dari dapur sana.

Rara yang baru saja turun untuk makan pagi hanya memasang wajah datar.

"Teh Raraa?"

"Apaan ih, namanya juga nggak di makan semalaman ya iyalah!"

"Teteh sih, pulangnya lama banget! Ih kesel! Sebel! Benci ih!"

"Jihan! Kamu apa apaan sih? Ngomong gak baik di depan rezeki, kalau kamu gak suka yaudah gak usah makan dong. Udah ah, orang di keluarga ini sama aja bikin aku kesal!" seru Rara kemudian bangkit dari duduknya dan naik kembali ke atas. Mood paginya rusak, benar benar hancur.

     Jihan terdiam menatap Rara, jujur jarang sekali Rara semarah itu dan wajahnya sekesal itu, sebenarnya ada apa sih? Namun Jihan memiliki sifat bodoamat dan gak peduli akan perubahan sekitarnya, gadis itu akhirnya memilih untuk menyantap bakso yang ada di hadapannya dan makan dengan tenang.

Rara duduk di ranjang tidurnya. Pakaian sekolahnya sudah terpakai rapi, begitupun tasnya yang sudah dipenuhi buku buku yang akan Ia pelajari hari ini. Namun, hatinya dan perasaannya sangat tidak bisa di deskripsikan. Bagaimana tidak, baru saja Ia merasakan hal manis dalam semalam tadi saat Ia pulang kebahagiaan itu langsung sirna bagai direnggut oleh tangan tak kasat mata.

     Baru saja Ia dimaafkan oleh Juna, baru saja Ia berbahagia dengan pemuda itu, baru saja Ia merasakan kenyamanan berada di dekat pemuda itu, namun hal itu sangatlah singkat ya! Mungkin hanya selama 3 jam saja, kemudian Ia kembali dihampiri oleh hal yang buruk dan penuh penyiksaan di dalam batinnya. Apakah memang begini? Apakah memang seperti ini takdir hidupnya? Tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dan akan selalu sesakit ini, lalu kesakitan dan penyiksaan apalagi yang akan mendatangi dirinya?

     Sungguh Rara sangat tak kuat air mata gadis itu hampir menetes kalau saja Bunda tak memutar ganggang pintu kamarnya dan masuk dari balik sana.

"Ra?"

Rara refleks langsung berbalik membelakangi Bundanya.

"Kok masih disini? Nggak berangkat bareng Ayah dan Jihan?" Liana mendekati putrinya.

"Nggak Bun! Aku berangkat sendiri aja!"

"Lho ada apa ini? Cerita dong sama Bunda, kenapa sih kamu Ra?"

"Nggak ada Bun!"

"Rara Bunda di sini loh, bukan di sana. Apa begini cara berbicara dengan Bunda, apa membelakangi Bunda begini cara bicara yang baik dan benar kepada orang tua?" Rara langsung memutar badannya, matanya sungkan menatap Bunda, gadis itu memilih tertunduk sembari menatap ujung kakinya.

REALIZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang