"Kamu kenapa Ra?" tanya Harry.
"Ra, maneh kumaha?" tepat setelah mendengar nada cemas dari Juna barulah mata Rara tertutup pandangannya gelap dan akhirnya ia hilang kesadaran. Pingsan.
Rara membuka matanya kemudian memicingkan nya lagi sebuah cairan masuk ke matanya secara berturut-turut. Setalah itu berhenti barulah Rara membuka matanya dan melihat Juna duduk di sisi ranjangnya sambil memegang gayung.
Ya! Sepertinya cipratan air tadi pelakunya adalah Juna.
"Jun?"
"Kalau ngantuk ngak usah gini cara nya! Sana cuci muka, wajah maneh jelek!" ledek Juna kemudian beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Rara begitu saja.
Rara hanya terdiam. Tak seperti biasanya, biasanya jangankan mendengar Juna mengatai nya berada di sekitarnya saja sudah membuat Rara jengah dan mengusirnya serta marah marah padanya. Namun, entah mengapa sekarang rasanya sangat senang mendengar Juna kembali mengatai nya. Ada terselip perasaan rindu akan keisengan Juna kepadanya, dan saat Juna meledek nya tadi Rara merasa hatinya sedikit senang.
Namun, Rara kembali mengingat bahwa Juna masih belum memaafkan nya. Maka ia harus tetap berjuang dan berusaha untuk mendapatkan kembali semua hal yang dulu pemuda itu beri dan lakukan kepadanya. Harus. Bagaimanapun caranya Rara akan berusaha untuk mendapatkan perlakuan dan perhatian seperti dulu lagi. Terutama maaf dari Juna.
Sisy, Vita, dan Risha masuk ke dalam UKS. Rara terkejut melihat kedatangan mereka. Mereka semua berpakaian olahraga. Ya! Sepertinya jam istirahat sudah selesai dan olahraga untuk kelas IPA 1 dan 2 sedang berlangsung atau mungkin telah usai.
"Ra lo ngak apa apa?" cetus Vita begitu masuk dari balik tirai.
"Kamu oke Ra? Kok bisa gini sih?" tandas Sisy juga.
"Kan urang udah bilang Ra, ngak usah sekolah. Maneh malah masuk! Maneh udah tau sakit apa Ra?" lontar Risha.
Rara hanya tersenyum. Ia sangat terharu dengan ketiga sahabatnya ini, mereka begitu peduli dan perhatian kepadanya. Entah dimana lagi Rara akan menemukan orang orang seperti Risha, Sisy, dan Vita. Mereka begitu berharga buat Rara. Masing masing dari mereka memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda membuat persahabatan diantara mereka begitu indah dengan saling melengkapi satu sama lain.
"Lah, kamu kenapa malah senyum senyum Ra?" tanya Sisy heran melihat reaksi yang Rara berikan.
"Iya nih, lo kenapa Ra?" timpal Vita.
"Maneh sudah gelo Ra? Atau Juna habis ngutarain cinta? Iya?" celetuk Risha yang ngak ada benarnya itu.
"Hehe ngak kok, ngak ada apa apa. Ngutarain cinta apaan Ris? Nerima maaf aku aja belum dia." mendadak nada suara Rara menjadi melemah.
"Iya Ra, pasti berat juga buat dia. Secara waktu itu lo terlalu berlebihan sama dia. Tapi enggak apa apa Ra, gue yakin elo pasti bisa dapet maaf dari Juna secara dia orangnya itu baik dan ramah Ra. Gue jamin Juna itu engga pendendam dan kalau elo udah dapet maaf dari dia jangan pernah di sia siain Ra. Anggep dia lebih dari ada dalam hidup lo, semangat Ra lo pasti bisa!!" seru Vita membangkitkan semangat Rara.
"Nah iya Ra. Benar!" timpal Sisy.
"Buset, kamu terlalu paham tentang cinta kayaknya Ta, tapi, kok kamu sampe sekarang masih jomblowati yah? Sana gih pacaran!" celetuk Risha lagi yang kerjaannya hanya membuat suasana jadi receh.
"Cinta apaan? Gue ini ngasih semangat buat Rara biar dapet maaf dari Juna! Elu sih otaknya cinta cintaan mulu, bukannya belajar, dan inget ye poni. Gue ga suka pacaran dan ga mau karena itu buang buang waktu dan bikin hidup jadi ribet, emang elu?" dan sepertinya pertengkaran antara Vita dan Risha sudah mengumandangkan kata "start" dan lagi lagi Sisy dan Rara adalah penonton yang setia.
"Heeleh, bilangin aja maneh ga laku! Pacaran itu enak loh sensasi nya beda!" imbuh Risha.
"Sensasi apaan? Maneh mah sukanya ngayal!" dan mereka semua sontak tertawa mendengar logat bicara Vita yang absurd saat berbahasa Sunda.
Ya, meskipun Rara tengah bersedih sahabatnya ini selalu saja menjadi penyemangat dan memecah semua perasaan hampa dan keheningan di dalam hidupnya. Sampai kapanpun kenangan bersama mereka tak akan sirna dimakan waktu. Sampai kapanpun Rara akan ingat selalu.
••••••••
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Rara segera membereskan semua yang ada di mejanya kemudian menyandang tas beserta jas coklat milik anak kelas sebelas dan dua belas SMA Kebangkitan. Ya! Cuaca terlalu panas untuk Rara memakai jas itu. Alhasil ia hanya menggandeng nya saja.
Saat keluar kelas Rara pandangan Rara langsung menerawang ke koridor kelas sebelas. Disana ada Juna beserta beberapa anak kelas sebelas ada juga teman sekelasnya. Di sana Juna terlihat tertawa bahagia melihat Dian yang sepertinya sedang menyanyikan lagu dangdut. Samar samar Rara mendengar pembicaraan mereka.
"Mantep suara kamu Dian" ucap salah satu teman sekelas Juna.
"Maneh ada keturunan Rhoma Irama yah Di? Suara nya wenak pisan, bikin urang kepengenan joget." dan mereka semua pun tertawa mendengar perkataan Juna barusan.
Ya! Rara cukup iri bahwa senyuman dan candaan Juna yang selama ini sering diberikan kepadanya kini Juna pamerkan kepada orang lain. Padahal dulu hal itu sangat biasa bagi Rara bahkan ia membenci perlakuan Juna yang selalu berada di sekitarnya. Kini, entah mengapa Rara merasa seperti membuang kotoran yang ternyata di dalamnya terdapat mutiara yang berharga.
Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu dan bertabrakan, Rara langsung salah tingkah dibuatnya. Namun Juna hanya menatap datar kemudian kembali lagi melihat objek lain. Tak lama Rara memerhatikan Juna, pemuda itu sepertinya pamit kepada mereka yang berada di Koridor dan kemudian beranjak pergi, melihat itu Rara menyeret langkahnya mengikuti Juna.
Sesampainya di parkiran Rara kehilangan sosok Juna yang sedari tadi di buntuti nya. Kemudian samar samar Rara mendengar suara vespa yang sangat bising berasal dari arah selatan, dan Rara yakin itu vespa milik Juna.
Ternyata memang benar. Si pengendara kini sudah naik ke atas motor nya dan kemudian menggas gas Vespa nya dan siap meluncur, namun sebelum itu Rara menghentikan nya. "Juna!" teriak Rara keras tepat di belakang Vespa yang mengeluarkan asap.
Juna menghentikan aktifitas nya menggas Vespa dan tentu saja mengenali suara itu. Juna hanya diam mendengar dari balik helm sambil membelakangi Rara.
•••••••
Waaah Rara kayaknya mau mengatakan sesuatu yah, kira kira apa tuh? Mau tau kan nantikan di part selanjutnya. Hari ini aku sengaja doble part buru buru soalnya bentar lagi mau sekolah bagaimanapun Realize harus tamat sebelum itu!
Satu kata buat Juna dan Rara!
INGAT!! Jangan lupa VOTE AND COMMENT SEBANYAK BANYAK NYA.
See u next part 😉
With luv, dhuhayu_dwina
Terimakasih telah membaca Realize😊
KAMU SEDANG MEMBACA
REALIZE [END]
Teen FictionIni cerita tentang gadis SMA yang nasibnya berubah 90% setelah bertemu pemuda aneh di suatu sore yang mendung. Rara berpikir andai saja hari itu Ia tak menerima tumpangan cowok gila itu mungkin hidupnya masih normal normal saja. Namun semenjak hari...