DUA PULUH TIGA√Terlambat menyadari

34 18 15
                                    

"Langsung ke cerita awalnya aja Melati!" ucap Rara to the poin, namun nada bicaranya terdengar tidak sabaran.

"Oke aku akan mulai cerita nih, sebenarnya Juna larang aku kasih tau yang sebenarnya gara gara kamu bilang kamu udah muak dengannya dan kamu ingin dia pergi dari hidup mu. Tapi aku ngak mau kesalah pahaman berlanjut terus tanpa kamu tau yang sebenarnya!" baru saja Melati melakukan intro namun dada Rara terasa sesak kembali mengingat betapa bodohnya dirinya, oh ia serasa ingin ditelan bumi saat ini.

"Terus,"

"Jadi gini, suatu hari Juna nelfon aku. Dia bilang gini. Maneh ngak bosen sekolah di Bandung, Mel? Ayo sini ke Bogor!
Nah, saat itu Juna ngajak aku buat sekolah di Bogor, karena aku juga cukup bosan di Bandung, keluarga ku semuanya di Sukabumi, dan aku merantau buat sekolah di Bandung karena satu alasan. Terus aku nanya memang apa yang enak sekolah di Bogor? Dan Juna jawab enak dong, disini banyak bidadari, urang aja udah nemu satu tapi dia bidadari merah. Aku nanya Merah? Maksudnya?"

" Iya dia bidadari yang pemarah melambangkan warna merah, tapi aku suka. Dia sebenarnya baik kok, tapi yang aku ga suka dia makin cantik kalau marah, aku sukanya dia jelek terus."

"Nah setelah itu banyak lah pembicaraan kami termasuk tentang kamu juga, dan ngak perlu aku jelasin panjang lebar. Aku mohon izin sama Ibu aku buat sekolah di Bogor, dan keluarga ku setuju secara Juna itu sepupuku. Nah saat sudah sampai di Bogor, aku menerima kabar kalau Juna kecelakaan." Melati berhenti sejenak dan merapatkan kursinya ke kursi Risha, karena Risha sudah tertidur, Melati menggeser bahunya mendekati Risha dan menaruh kepala Risha di sana. Hah, sungguh saat yang mengganggu. Namun Rara membiarkan saja hal itu malah pikirannya kini hanya tertuju pada satu seorang, Arjuna.

"Oke aku lanjutkan, saat aku ke rumah sakit, Juna ngak keliatan kesakitan padahal kakinya bengkak gitu dia malah senyum lebar saat aku datang, aku nanya apa ngak sakit Jun? Maneh udah gila yah, sakit malah senyum senyum. Juna jawab gini, urang mau bilang sesuatu, tapi nanti maneh iri lagi. Jadi gini, urang bangga kecelakaan gara gara bidadari merah itu, nah pasti dia nanti bangga. Liat aja deh ntar dia bakal kesini maneh jangan iri ya Mel. Jangan cemburu yah, jangan nangis!  Nah setelah itu kami bicara banyak banget, Juna itu seakan tak merasakan sakit sedikitpun dia malah bahagia, malahan dia bilang mau bela belain ke sekolah besok katanya mau minta maaf sama bidadari merah."

Rara mendekap mulutnya mendengar semua itu, ya memang benar. Hari itu Juna datang ke sekolah, seharusnya Rara saat itu meminta maaf kepada Juna, seharusnya ia menanyakan dulu mengapa Juna tak menjemputnya? Dan mengapa Juna tak memberi kabar. Bukannya melabrak pemuda itu bahkan saat ia belum sempat berkata kata dan menjelaskan apapun. Betapa bodohnya ia. Terlambat menyadari namun dirinya terlalu cepat untuk menghakimi.

"Kamu tau kan Ra, apa yang terjadi keesokan harinya lebih baik aku gak usah jelasin yang ini. Yang jelas hari itu Juna terlihat rapuh namun ia berusaha tetap tegar. Dia bilang dia ngak akan muncul lagi di depan kamu apapun yang terjadi, dia juga mengaku salah, dia mohon sama aku biar gak bilang ini sama kamu. Dan sekarang, Juna sudah dua hari di rumah, karena dia udah dipulangin. Juna tetap bahagia kok, dia tetap melakukan aktifitas seperti biasa, dia masih membuat banyak orang ketawa sampai sekarang, namun Juna kadang malem malem suka termenung di balkon. Aku ngak tau pasti yang dia pikirkan yang jelas dia ingin berusaha menghilang dari hadapan kamu! Juna bukannya pengecut, tapi dia udah pernah bilang dia ngak suka kalau bidadari merah menangis ataupun marah karena dia akan terlihat makin cantik saat itu dan Juna ngak mau kejelekan nya itu hilang. Makanya Juna berusaha kabur saat liat kamu, dan terakhir kali dia kabur saat aku kenalan sama Risha kamu ingat kan. Saat itu Juna jatoh, dan jahitan kakinya lepas. Sakit banget saat itu makanya Juna langsung pulang dan ke rumah sakit, Bunda nya marah sih, tapi dia ngak pernah menyeret nama kamu setiap Bunda nya bertanya mengapa dia benar benar semangat ingin sekolah."

REALIZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang