TUJUH√Gosip

49 37 2
                                    

Jam istirahat sudah selesai ini artinya masuknya jam olahraga bagi IPA 1 dan IPA 2. Pada saat istirahat tadi Rara tidak jadi menemui Juna, karna setelah memakan nasi goreng di kantin Rara dan Risha langsung ke perpustakaan menemui Sisy dan Vita untuk menyalin rangkuman Biologi yang akan di kumpul besok.

Hari ini materi nya adalah permainan bola Volly. Sebelum memulai Pak Jono memerintahkan untuk pemanasan terlebih dahulu. Namun belum semua murid IPA 1 dan 2 berada dilapangan. Sebelum semuanya lengkap pertandingan tidak akan dimulai. Selang beberapa menit sekelompok anak laki laki yang belum absen datang ke lapangan, mereka tampaknya baru mengganti pakaian olahraga. Juna berada di antara orang orang tersebut.

"Kalian dari mana saja? Buat satu barisan berbanjar!" Pak Jono dikenal sebagai guru yang cukup killer.

"Lagi lagi Josua! Rihan! Fais! Juna. Heh kamu sudah beberapa kali melanggar dengan saya?" Tanya Pak Jono dengan irama maut.

"Ngak ingat Pak. Soalnya sudah terlalu sering." Kejujuran pemuda ini membuat beberapa orang tertawa terutama yang berdiri di depan.

"Diam! Jangan ketawa, Diam! Sudah berdiri didepan masih sempat ketawa, ngak malu!!" Satu isyarat dari Pak Jono berhasil membuat lapangan hening. Pak Jono menatap Juna lagi kemudian menggelengkan kepalanya.

"Ahdan! Kamu juga ikut ikutan!" Pak Jono beralih ke Ahdan, pemuda itu hanya diam dan menunduk, tidak seperti Juna yang menegakkan kepalanya seolah bangga berdiri di depan sebagai pecundang.

Pak Jono menatap semua yang duduk kemudian berkata, "Kalian ini kalau mau memilih ketua kelas itu orang yang benar, yang bisa menjadi contoh, yang bisa menjadi pemimpin yang baik, bukan seperti mereka." Pak Jono melihat lagi ke arah mereka yang berdiri.

"Fahdi! Aji! Julian! Jefri! Rehan! Aduh Dikky, kamu tu ya mengurus diri sendiri aja belum bisa, udah sok main kucing kucingan sama Nadia!" Lagi lagi mereka tertawa.

"Ih, bapak mah..," seru Nadia dengan nada merengek.

"Diem kamu!" Nadia memanyunkan bibirnya sebal.

"Idih Jijik," seru Risha berbisik.

"Mendingan Ris, dari pada Anak anak kagok, gue sih lebih pilih bersahabat sama Nadia ketimbang mengenal mereka." Balas Vita juga berbisik.

"Sebelas orang. Kalian dari mana aja? Di atap lagi? Saya bingung, ada apa di atap itu, setelah ini pada Jam istirahat tidak ada lagi yang nongkrong nongkrong di atap, MENGERTI?"

"Mengerti, Pak!" Seru Juna, bersuara sendiri, sedangkan yang lainnya hanya mengangguk.

"Cuma Juna yang bersuara, kalian mengerti ngak?"

"Mengerti!" Jawab mereka serempak.

"Sekarang kalian lari mengelilingi lapangan sebelas putaran, harus jujur setelah itu pemanasan sendiri, yang lainnya kita akan memulai pertandingan Volly." Rara masih memandang Juna yang berlari mengitari lapangan, entah mengapa sejak tadi pagi Rara merasa kasihan pada cowok tegil itu.

Mereka memulai pertandingan Voli masing masing regu berjumlah enam orang dan empat orang cadangan, Rara ditunjuk sebagai cadangan.

Rara duduk di sudut lapangan masih memperhatikan Juna yang berlari, sesekali pemuda itu menyabit orang di depannya, sungguh cowok yang aneh.

"Ra?" Rara menoleh ke arah suara dan mendapati Genji berdiri di depannya.

"Hai Gen." Sapa Rara, menggeser tubuhnya untuk mempersilahkan pemuda itu duduk di sebelahnya.

"liatin apa Ra, serius amat"

"Hah! Ngak, ngak, ngak liatin apa apa kok!" Rara jadi salting kelakuannya dari tadi diperhatikan oleh Genji.

REALIZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang