Pantulan bunyi sepatu terdengar jelas di sepanjang koridor. Rara, gadis itu berlarian di sepanjang koridor kelas sepuluh. Karna ini satu satunya jalan aman, daripada melewati lapangan yang jika diukur waktu lebih dekat namun tidak aman. Bila melewati lapangan Rara bisa saja tertangkap basah oleh guru guru yang sedang berada di ruangan guru karena pintu ruang guru menghadap ke lapangan.
Tak lupa Rara berterimakasih kepada ibu kantin yang telah membuka pintu kantin belakang, karena tentu saja gerbang sudah terkunci dan bukan hal mudah untuk merayu Pak Gaga dan Pak Anwar satpam sekolah.
Alhasil setelah masuk ke kantin Rara memilih melewati koridor kelas sepuluh ketimbang melewati lapangan, kemudian gadis itu mengendap endap saat melewati koperasi karena ada beberapa guru Bk yang sepertinya sedang sarapan di sana.
Kemudian gadis itu memilih melewati ruang ruang ekskul ketimbang lapangan basket yang lebih dekat dengan jenjang ke lantai dua arah barat, karena kelasnya tepat diujung setelah menaiki jenjang dari arah barat.
Setelah berada diruang OSIS barulah Rara menaiki tangga sebelah timur. Gadis itu berhenti sesaat untuk menenangkan pernapasan nya. Setelah berada di lantai dua Rara mengendap endap melewati koridor kelas sebelas karena bisa saja dia ditangkap guru yang sedang menerangkan pelajaran.
Bukannya Rara sering terlambat, tapi gadis ini beruntung mengenal Nadia dulu, ya Nadia yang gaya dan style hidupnya hampir sama dengan anak anak kagok, namun gadis itu memiliki hati yang cukup baik meskipun prilakunya sedikit bikin ilfiel dan posesif tapi tetap saja Nadia adalah teman pertama Rara, hehe kita nostalgia dikit ya.
Hari itu adalah hari pertama sekolah, Ayah tak pulang malam itu karena terpaksa lembur di kantor dalam perencanaan rekonstruksi pembangunan lahan kerja baru.
Rara terpaksa berangkat dengan angkutan umum dan harus memastikan Jihan dulu selamat sampai SMP nya. Meskipun SMA Kebangkitan diatas SMP Jihan, namun di perbelokan angkot yang mereka tumpangi akan ber arah berbeda. Akhirnya Rara turun diperbelokan dan menunggu angkutan umum lainnya cukup lama. Karna pagi itu penumpang cukup ramai.
Saat tiba di SMA kebangkitan, Rara tak melihat seorang siwa kelas sepuluh bahkan kakak kelasnya di depan gerbang hanya dirinya dan dua satpam bertampang ganas. Rara sangat kecemasan, karena ini hari pertama pelajaran berlangsung. Alhasil gadis itu memilih berdiri di tonggak depan gerbang agar tak kelihatan oleh dua satpam itu.
Baru saja ia akan menangis mobil Inova berwarna Biru datang didepan gerbang, tak lama keluar seorang pria paruh baya berpakaian hitam.
Kemudian pria itu membuka pintu mobil bagian belakang, keluarlah seorang gadis berpakaian putih abu abu dengan rambut di gerai dan pin yang seingatnya persis seperti pin yang dibagikan diwaktu MOS kemarin dan name tag bertuliskan nama Nadia Kirana Anggraini.
Sudah dipastikan gadis itu juga kelas sepuluh karna hanya anak kelas sepuluh lah yang tidak memakai Jas berwarna coklat khas anak Kebangkitan.
Jika dilihat lagi pria tadi baru berumuran dua puluh tahunan, tidak mungkin sudah memiliki anak yang sama besar dengannya.
"Ih, kang Timon kan aku telat nih, huhuh. Kang Timon mah bikin malu nanti! Apa aku bilang siapin mobil sebelum jam enam." Rengek gadis itu tak mencermin kan siswa yang akan menginjak Seventeen.
"Yah, boro boro mau jam enam non, non Nadia aja rias nya lama pisan euh. " Barulah Rara menyadari bahwa pria itu adalah sopir pribadi.
"Bodo amat ah, yang penting awas aja kalo aku di maluin di kelas ku . Ntar aku kaduin kang Timon ke papi!" Gadis itu tak henti nya merengek seperti anak lima tahun yang tak dituruti saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALIZE [END]
أدب المراهقينIni cerita tentang gadis SMA yang nasibnya berubah 90% setelah bertemu pemuda aneh di suatu sore yang mendung. Rara berpikir andai saja hari itu Ia tak menerima tumpangan cowok gila itu mungkin hidupnya masih normal normal saja. Namun semenjak hari...