Rara termenung di kamarnya, pikirannya menerawang mengingat kejadian siang tadi.
Ada sedikit penyesalan dalam dirinya, sungguh dia merasa terkejut kalimat itu keluar dari mulutnya, "brengsek?" Rasanya Rara baru sekali ini menggunakan kalimat itu. Tapi tetap saja kekesalannya kepada Juna masih berbekas.
Bagaimana tidak? Semua prilaku Juna yang membuat hatinya merasa seakan putih abu abu. Sesaat Juna membuatnya kesal sejadi jadinya, namun Juna juga bisa menyulap hatinya menjadi merasa nyaman saat berbicara bersamanya. Dan kali ini Juna juga mampu membuat Rara membencinya namun dilema di saat bersamaan.
Rara berusaha melupakan kejadian hari ini dan tertidur dengan lelap ia berharap terbangun di hari esok dengan matahari cerah yang berpihak padanya. Ia berharap masalahnya bisa cepat ia lupakan.
Namun, alhasil dia masih belum bisa tertidur. Suasana malam ini sangat sunyi. Hanya terdengar suara detik jarum jam yang berbunyi. Rara memandang jam yang terletak di atas meja belajarnya yang tak jauh dari ranjang, saat kini ia berada.
Detik itu terus berlalu, bahkan saat ia memundurkan jarum jam ke ribuan detik yang lalu pun waktu tak akan pernah kembali, entahlah, Rara menjadi bingung, mengapa ia berharap waktu dapat kembali? Mungkinkah dia memiliki penyesalan nanti di waktu yang sudah berlalu?
Dari pada memikirkan semua itu Rara memilih menyerah pada pikirannya. Dia mulai menguap dan akhirnya terlelap di tengah pikiran yang dilanda keraguan. Keraguan akan apa? Entahlah! Hanya hati kecilnya yang tahu.
•••••••
Pagi ini Rara berangkat bersama Vita, suasana mendadak canggung. Tak seperti biasanya, padahal ia terkadang tak pernah berpikir sekeras ini untuk mencari topik yang akan ia bicarakan dengan anak ibu kota ini. Mungkin karena hati Rara yang sedang tidak baik, dan Vita yang merasa Rara belum siap untuk bicara.
Kemudian satu topik muncul di pikiran gadis itu.
"Ta?"
"Hmm?"
"Kemarin, kamu nemanin Sisy ke UKS, ada apa ya?"
"Gak ada apa apa kok." Balas Vita singkat. Rara menjadi heran, memutuskan untuk bertanya lagi, namun ia mengurungkan niatnya.
Suasana kembali hening.
"Lo? Lagi ada masalah sama Juna ya?" Kali ini Vita yang angkat bicara.
Rara hanya membalas dengan berdehem singkat.
"Lo yakin dia ngak punya alasan?"
"Dia emang gitu, candaan nya selalu kelewatan. Dan kali ini aku ngak bisa ngasih toleran lagi."
Vita hanya manggut manggut dibalik helm nya.
Mereka sudah sampai di parkiran, Rara dapat melihat Sport hitam milik Genji bersama pengemudinya mendarat di parkiran.
"Ra, helm nya." Vita meminta helm yang sedari tadi terpasang di kepala Rara. Namun Rara tak menyadari hal itu ia terus saja memandang ke arah pemuda yang berjarak tak jauh darinya.
Vita dapat menangkap arah pandang Rara.
"Lagi jatuh cinta Ra?" Tanya Vita terkesan sangat santai.
"Eh?" Rara tersadar dari lamunannya dan memandang Vita. "Kamu bilang apa Ta?"
"Ngak ada. Gue cuman mau minta helm nya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REALIZE [END]
Teen FictionIni cerita tentang gadis SMA yang nasibnya berubah 90% setelah bertemu pemuda aneh di suatu sore yang mendung. Rara berpikir andai saja hari itu Ia tak menerima tumpangan cowok gila itu mungkin hidupnya masih normal normal saja. Namun semenjak hari...