Rara merasa kurang khusyuk melaksanakan sholat, karena Juna lah imam nya, baru saja takbir mendengar suara pemuda itu Rara langsung merasa nggak fokus.
Hari ini begitu melelahkan, sejak bertemu Juna hidup gadis itu mulai berbeda, ia tak pernah berurusan dengan kakak kelas kecuali saat MOS.
Rara, Risha, Sisy, dan Vita melipat mukenah mereka dan menyimpannya ke dalam loker, lalu bergegas menuju kantin untuk makan siang.
"Aku, dikelas aja ya, soalnya bunda udah bawain bekal." Ucap Rara saat akan memasuki kantin.
"Yaudah Ra, lebih baik kamu dikelas aja, suasana kantin ini ngak mendukung ketenangan makan kamu." Seru Risha.
"Aku temenin Ra, Ibu aku juga bawain bekal!" Ajak Sisy.
"Yaudah kalian ke kelas, kita duluan ya." Pamit Vita berlalu pergi bersama Risha.
Selama di perjalanan ke kelas Rara menceritakan apa yang terjadi di toilet tadi. Layaknya Vita, Sisy juga nyerocos menceramahi Rara yang hanya tinggal diam dengan semua itu. Sama dengan jawabannya pada Vita, gadis itu juga mengatakan alasannya pada Sisy.
"Huh, kakak sama adek sama aja!" Keluh Sisy setelah mendengar semuanya.
Ya! Karina adalah kakak Tissa, sedangkan Yori dulunya sangat baik tapi sejak bergaul dengan Karina sifatnya berubah drastis. Entah alasan apa yang membuat kakak kelas berparas cantik dan lembut itu setia mengikuti Karina.
Mereka mengeluarkan bekal nya dan mulai makan siang.
"Hai Rara!!" Itu suara Juna, dan benar. Pemuda itu kini duduk di kursi tepat di depan Rara sambil menopang dagunya dengan telapak tangan diatas meja Rara, sambil melihat gadis itu, entah kenapa Juna tak pernah merasa bosan menatap Rara.
"Nih anak kapan datangnya?" Tanya Sisy dengan kehadiran Juna yang entah dari mana datangnya, Juna masih saja menatap Rara lekat lekat, tak peduli dengan keberadaan Sisy.
"Juna, kamu ngapain ke sini?" Rara akhirnya buka mulut, merasa Risi dari tadi semua pergerakan nya diperhatikan oleh Juna.
"Lagi ngayal, sambil liatin kamu!" Ujar Juna yang membuat Rara membulatkan matanya, dan selang beberapa detik langsung mendapat pukulan dari Sisy.
"Aww, kamu ngapain mukul mukul? Cemburu?" Juna memegang sikunya, masih saja mengeluarkan kata kata yang membuat Sisy kesal.
"Cemburu, cemburu, ngapain modus modus disini. Sana kalau mau romantis romantisan, mojok disana. Jangan disini, gangguin orang makan!" Celoteh Sisy tak tahan baru satu suapan udah bikin ngak mood makan.
"Yaudah, ayo Ra kita ke pojok sana!" Ajak Juna, membuat Rara yang sedang minum tersedak.
"Aduh, minum nya pelan pelan aja Ra, kamu terlalu nggak sabar ya, buat di romantisin sama aku?" Rara lagi lagi ingin muntah mendengarnya.
"Idih, ngarep kamu Jun, sana pojokan sendiri! Romantisan aja sama dinding. Aku ngak sudi ya!" Balas Rara jijik banget plus rolling eyes.
"Tah, Rara nya aja ngak mau. Udah sana pergi." Usir Sisy.
"Yaudah Ra, kita ganti topik aja!" Seru Juna tak mau kalah.
"Ih, topik apa lagi? Aku mau makan dengan tenang." Rara mulai capek meledeni keanehan Juna.
"Yaudah kamu ngak perlu ngomong, biar aku aja! Kamu makan aja dengan tenang!" Sisy geleng geleng melihat Juna gadis itu lalu beranjak ingin pindah ke meja yang jauh dari mereka.
"Eh Sy, kamu kok pindah?" Rara hendak berdiri ingin menghampiri meja Sisy, tapi ditahan Juna.
"Ngak usah diikutin Ra, sini aja dengerin aku cerita, si Sisy mah cuma cari perhatian kamu. Dia iri kali sama aku yang bisa dapat perhatian kamu." Rara membulatkan matanya, ilfiel banget sama kata kata Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALIZE [END]
Novela JuvenilIni cerita tentang gadis SMA yang nasibnya berubah 90% setelah bertemu pemuda aneh di suatu sore yang mendung. Rara berpikir andai saja hari itu Ia tak menerima tumpangan cowok gila itu mungkin hidupnya masih normal normal saja. Namun semenjak hari...