[2] Back, Again?!

22.

***

Setibanya di kamar, Jiho ingin segera merebahkan dirinya di kasur setelah selesai berbenah diri terlebih dahulu.

Tetapi niatnya diurungkan, ketika ponselnya berbunyi.

Senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menelefonnya malam-malam begini.

"Halo ma?"

"Jiho sayang? Udah tidur?"

"Belum ma, kalau Jiho udah tidur berarti yang angkat telefon ini siapa?" Jiho terkekeh, ibunya ini memang.

"Iya juga ya? Ah! Gimana kabar kamu hari ini?"

Hampir setiap malam memang ibunya selalu menanyakan kabar Jiho lewat telefon.

"Jiho baik kok ma, mama gimana? Papa? Kak Jisoo? Sama Ara?"

"Kita baik-baik aja Ji, tenang aja... oh ya! Ara setiap hari selalu nanyain kapan kamu pulang Ji!"

Ya ampun, Jiho ingin menangis sekarang, dia juga benar-benar merindukan anak itu.

"Jiho juga kangen Ara ma,"

"Kan kamu bisa pulang kesini kapanpun kamu mau, kenapa harus susah sih?"

"Iya ma, nanti Jiho ajak yang lain juga ya"

"Bilangin ke Ara ya ma, kalau aku juga kangen dia"

"Iya sayang, Ara ngerti kok cuma dia kadang suka nangis kalau keinget kamu"

Bohong kalau selama ini Jiho tidak merindukannya juga, setiap hari rasanya sulit tidur karena memikirkan gadis kecil itu.

"Ara udah tidur ya ma?"

"Udah Ji, Ara tidur sambil pegang foto kamu"

Jiho menghela nafas, meninggalkan anak itu tak semudah yang di fikirkannya.

"Maafin Jiho ya ma"

"Loh? Kena—"

"Bikin Ara sedih"

Terdengar tawa ibunya di telefon.

"Astaga, nggak apa-apa Jiho..."

"Aku pengen banget hubungin Ara, tapi aku takut dia malah nangis ma..."

Jiho menunduk, ternyata Jiho sudah menangis.

"Nggak, justru dia sedih kalau kamu nggak telefon Jiho!"

"Setiap hari dia selalu tanya sama mama Ji.. 'nek, kok mama Jiho nggak telefon Ara? Mama Jiho lupa ya sama Ara?' gitu, kamu nggak kasihan?"

"Terus dia bilang 'Ara nakal ya nek? Makanya mama nggak mau telefon Ara?' Ara berharap kamu telefon malah"

Bibir Jiho mendadak bungkam, membayangkan betapa sedihnya gadis kecil itu karena Jiho.