15. Down

2.6K 295 7
                                    

Hari ini gue, Mamih dan Papih pergi kerumah sakit. Mama Zeyu sakitnya kambuh jadi dirawat disana.

"Zey. Sabar ya."

Itu bukan gue yang ngomong. Tapi Yuna. Yuna ada disini.

"Papa kamu ada di dalam?" tanya Papih.

"Ada." jawab Zeyu.

Mamih sama Papih masuk ke ruangan tempat Mama Zeyu dirawat.

"Pulang dulu ya." kata Yuna.

"Sorry jadi pulang sendiri, kondisinya lagi kaya gini." kata Zeyu.

"Gapapa, pamit ya Nara, Zeyu." ucap Yuna sebelum dia pergi.

"Sini duduk." kata Zeyu ke gue.

Gue masih diem.

"Aku bilang duduk."

Zeyu narik tangan gue sampai duduk di samping dia, bekas tempat duduk Yuna tadi.

"Kok tadi-"

"Diem."

Tiba-tiba Zeyu peluk gue. Gue masih diem gak balas pelukan dia.

"Kita omonginnya nanti aja. Kondisi aku lagi gak baik." Zeyu melepaskan pelukannya.

oooOOOooo

"Zeyu."

Dari tadi diajak ngomong malah diem. Cewek cantik di anggurin nih.

"Xiao Yu. Kamu denger aku ngomong gak sih?" kata gue.

"Kita lagi di kelas ngomongnya jangan kenceng-kenceng." bisik Zeyu.

"Habisnya kamu sih, aku dari tadi panggil malah diem." jawab gue.

"Sini tangan kamu." katanya sambil narik tangan gue.

"Mau apa?" tanya gue.

"Udah nurut aja." kata Zeyu.

Tangan gue di genggam sama Zeyu. Ini kita lagi di kelas kamu berani-beraninya genggam tangan aku, Zey.

Tringgg.

Waktunya istirahat. Semua orang langsung keluar dari kelas. Tapi gue sama Zeyu memilih buat diem di kelas.

"Cepet ngomong, katanya mau jelasin semua." kata gue.

Zeyu menghela napasnya "Tentang kemarin yang di rumah sakit. Tentang Yuna."

"Buruan dong ngomongnya." kata gue.

"Dia sodara aku."

Lah, sodara?

"Pas awal dia masuk ke sini aku gak tau kalau kita itu sodara. Tapi waktu itu Yuna ke rumah sama orangtuanya mereka cerita kalau kita itu...."

"Beneran sodara?" tanya gue.

"Iya. Kalau gak percaya tanya Papa Mama aku. Ke Yuna juga sekalian biar kamu percaya."

Ekspresi wajah Zeyu langsung berubah.

"Hmm ngambek nih." kata gue.

"Enggak." kata Zeyu.

"Iya, percaya kok. Aku percaya sama kamu, Xiao Yu." kata gue.

"Nar, mau peluk."

Gue pukul lengannya Zeyu. Ngomongnya sembarang.

"Sebentar aja."

Tanpa persetujuan dari gue, tiba-tiba Zeyu narik badan gue ke dalam peluknya.

"Nanti ada orang." kata gue.

"Aku pengen kaya gini sebentar buat hari ini. Gak tau besok atau nanti aku masih bisa peluk kamu apa enggak." bisik Zeyu.

Tangannya bergerak naik turun mengusap punggung gue.

"Jangan ngomong gitu." jawab gue.

Zeyu melepas pelukannya. "Denger ini baik-baik. Menjaga perasaan seseorang itu memang gak mudah. Apa lagi menjaga komunikasi. Tapi aku pasti kabarin kamu terus."

"Kamu mau kemana?" tanya gue.

Zeyu menghela napasn. "Nanti malam aku ke rumah kamu. Jangan dulu tidur."

ZENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang