8. Sakit Hati

14.5K 1.2K 27
                                    

'yakinkan diriku kalau kini kau
adalah milikku,
meski cintamu belum untukku'
~Lantunan Kalam Aisyah~
***

Ibra kembali dari masjid pesantren setelah melaksanakan Shalat jamaah isya, begitu masuk rumah dia langsung melangkah ke teras belakang masih dengan baju taqwa dan surban di lehernya, menambah kadar ketampanannya sebagai pria muslim

Sesampainya di sana, dia memutarkan pandangan, mencari wanita yang mengadakan janji padanya
"Di mana wanita itu?" Lirihnya

"Aku di sini Fan," Jawab suara yang berasal dari kursi panjang di samping kolam ikan

Ibra menoleh kepada sumber suara, dia melangkahkan kaki mantab ke sana
"Katakan! Apa yang ingin kau bicarakan?" Ujarnya, tak ingin memperlambat waktu, dia sadar kalau berlama-lama dengan Rahma tidak benar, apalagi di tempat sepi seperti ini, meskipun ini ruangan terbuka, tapi jika sampai ada yang mencurigai mereka, itu kemungkinan salah besar.

"Bahkan kau sampai lupa mengucapkan salam padaku? Bukankah kau yang selama ini selalu menegurku di saat aku lupa? Betapa bencinya kau padaku Fan? Huh!"
Wanita itu berdiri menghadap Ibrahim

Ibrahim memejamkan mata, mengatur kendali diri dan hatinya
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?!"

Rahma tersenyum kecut,
"Apa kau bahagia? Dengan pernikahan ini?"

Pertanyaan itu sukses membuat Ibra melotot menatap wanita di hadapannya
'apa sebenarnya maksud wanita ini?'

"Ya, tentu saja aku bahagia. Ini pernikahanku, aku yang menginginkan nya, kenapa tidak?"

"Apa kau mencintainya? Apa kau benar-benar sudah menerimanya dalam hidup mu? Hingga kau berani mengambil langkah menikahinya?"

"Kenapa kau hanya diam? Jawab aku!"
Tantangnya

Ibra hanya memutar bola mata menghadap ke lain arah, enggan menanggapi nya.
"Benar dugaanku, kau masih sama Alfan, matamu tidak pernah bisa berbohong! bahkan hanya dengan melihat diam mu aku tau jawabannya adalah TIDAK!"
"Alfan, aku sangat mengenalmu, benar-benar mengenalmu, aku bahkan juga tau kalau kau masih mencintaiku, meski hanya lewat sorot pandangmu. Sadarlah Alfan! Kau menikahinya hanya karena pelampiasan! Kau menjadikan wanita sebaik Aisyah sebagai pendamping mu adalah kesalahan besar, jika kau benci padaku dan belum mampu melupakanku, jangan buat dia terjerat dalam lukamu, itu urusanmu, itu masalahmu dengan hatimu, jangan hukum dia dengan membuatnya berdosa karena suaminya tak mampu menjaga hatinya"

Ibra melepas peci, lalu menyugar rambutnya kasar
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Rahma?"

"Bahkan kau sudah tidak memanggilku dengan sebutan Nindi? Huh! Ok, setelah aku menikah dengan Kakakmu, aku selalu mendapat kabar bahwa dirimu telah menolak banyak sekali lamaran yang datang dari siapapun. Aku sempat berfikir 'apa kau rela menungguku?' pikiran dan perasaan ku padamu selalu menghantuiku, setiap hari.
Apa kau tau? Aku selalu merasa menyesal dan bersalah Alfan, benar-benar menyesal, karena kecerobohan dan kesalahpahaman yang terjadi, takdir membuat kita menjalani hidup yang berbeda, hidup dengan orang yang tidak kita cintai. Merasa bersalah karena aku selalu merasa buruk jika bersanding dengan pria sebaik Gus Idris, membohongi nya, berlagak bahagia di depannya, semua kulakukan untuk menutupi kenyataan. Harapan merangkai hidup denganmu selalu muncul di benakku, mengingat kau selalu menjaga komitmen hubungan kita membuatku berandai-andai mengenai dirimu. Semua berlanjut bersama waktu, sampai Kakakmu mampu membuatku jatuh cinta padanya. Namun, entah mengapa di saat aku mendengar kabar kau setuju untuk menikah, hatiku masih merasakan sakit.
Mungkin aku setuju, jika kau mau menyebutku egois, karena aku hanya ingin namaku yang terletak di hatimu, bukan orang lain. Tapi, ketahuilah Alfan! Aku masih menyimpan perasaan ini untukmu, meski sedikit saja," jelasnya sangat rinci, air matanya sudah menggumpal di pelupuk mata, hanya menunggu waktu untuk mengalir saja.

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang