'Bagaimana bisa berpoligami jika untuk melihatmu tersakiti saja aku tak mampu?'
~Ibrahim~Dua pria berjalan berdampingan, keduanya terlihat sedang membicarakan hal serius, entah terkait apa.
"Dari yang saya temukan, semua jelas dilakukan oleh orang dalam yang cukup berpengaruh. Karena semua benar-benar terkesan rapi hingga cukup sulit untuk menemukan titik celahnya,""Bagaimanapun semua harus secepatnya terungkap! Saya tidak ingin semakin dipermainkan di sini. jadi, kali ini saya benar-benar minta tolong sama kamu, sebisa kamulah cari bukti sekuat-kuatnya bahwa ada kecurangan atas saya di sini, meskipun untuk urusan 'siapa' nanti dulu. Yang penting ada bukti yang cukup untuk di ajukan sebagai surat pengunduran diri." Sampai di sudut ruangan, kedua pria itu memutuskan masuk.
Rendi, sebagai pihak yang ditanggung jawabi mengangguk paham.
~~~~~~~
"Mas, Ais nggak nyangka deh kalau ternyata Mas Arkan bisa suka sama Mbak Ikrima," Aisyah menatap suaminya yang kini sedang tiduran dengan kepala bersandar di kedua pahanya.
Ibra balas menatap Aisyah lalu berkata "kenapa gitu? Emang Ikrima nggak layak disukai?"
"Ya nggak gitu sih, cuma Ais nggak pernah kepikiran kalau Mas Arkan ada niatan sampai kepingin nikah sama dia. Ya kalau layaknya, ya layak banget malah. Udah cantik, baik, Hafidzah lagi, bahkan Ais sendiri sering minder kalau deketan sama dia"
"Kok minder?" Ibra mengernyit, sedari tadi tangannya tak berhenti memainkan rambut panjang Aisyah yang sengaja dibiarkan tergerai karena permintaannya.
"Iya minder, karena saking cantik, dan Sholihahnya. Sampai Ais takut kalau setiap orang yang lihat kami barengan gitu kelihatan beda banget."
"Cantik banget ya?" Aisyah mengangguk.
"Cocok mungkin ya kalau disandingkan sama aku?" Aisyah mengangguk lagi.
Eh? Wait?!
Aisyah baru saja menyadari perkataan suaminya, dia mengernyit."Maksudnya?"
"Coba bayangin! dia cantik, sholihah, mendekati kata sempurna. Andai Allah berkehendak lain membuatnya bersanding denganku, mungkin akan terlihat sangat serasi ya?" Sengaja Ibrahim mengatakan hal itu, untuk menguji reaksi Aisyah.
Perubahan ekspresi terjadi pada paras cantik Aisyah. Dia menatap Ibrahim dengan tatapan entah bagaimana, tapi Ibra tau dia belum pernah melihat tatapan itu dari istrinya.
Ibrahim tiba-tiba dibuat bingung dengan situasi canggung ini.
'apa ucapanku salah?' pikir Ibrahim.Tiba-tiba bibir mungil itu berucap "Mas Ibra pengen nikah lagi?" Tatapan mata Aisyah berubah sendu.
'eh? Kok salah paham?' Ibra langsung terduduk dari posisinya, menatap mata Aisyah yang memancarkan aura yang berbeda dari biasanya.
"Mas kalau pengen nikah lagi nggak apa-apa, Ais bakal usaha buat ikhlas berbagi. Tapi, Ais minta jangan sama Mbak Rima! Kasian Mas Arkan, udah telanjur suka"
"Eh? Kamu ngomong apa sih? Kok nggak nyambung. Siapa yang mau nikah lagi?"
"Iya, Ais beneran nggak bercanda. Kalau Mas mau nikah lagi silakan," Aisyah tersenyum, senyum tulus namun terkesan di paksakan.
"Tadi aku bercanda, nggak! Nggak ada yang bakal nikah lagi, apalagi sama Ikrima Ikrima itu! Nggak ada!"
"Tapi Ais ngomong gini nggak bercanda Mas. Lihat mata Ais!" Dipegangnya kedua rahang Ibrahim menghadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]
SpiritualTersedia di shopee: Cahaya_publisher15 Ahmad Alfan Ibrahim, seorang gus yang memutuskan untuk menikahi wanita yang abahnya tawarkan. Karena cinta yang dia harapkan, justru Allah sandingkan dengan kakaknya. Miris bukan? Namun, kuasa Allah gantikan d...