10. Pesan teka-teki

13.1K 1.1K 46
                                    

' kalau suatu saat nanti kamu tau
sebuah kenyataan, aku harap kamu tidak salah paham,'
~Lantunan Kalam Aisyah~
***

Posisi Ibra saat ini ada di dalam mobil bersama Pak Joko, Aisyah, dan Rahma.
Mereka berdua duduk di kursi tengah, sedangkan Ibra di samping kursi kemudi yang di kendarai oleh Pak Joko.

Sedari tadi Ibra hanya menyimak percakapan dua wanita yang entah membicarakan apa, sambil sesekali melirik ke belakang.
"Terus sekarang gimana kabarnya di sana Mbak?" Tanya Aisyah

"Ya Alhamdulillah semua masih sama. oh iya, kok kamu tau sih letak-letaknya bangunan di sana, kamu pernah ke sana? Saudara kamu ada yang pernah mondok di sana? Siapa? Mungkin aku kenal," ujar Rahma, terlihat begitu antusias

"Hmm, saya sendiri sih sebenarnya Mbak, saudara saya nggak ada yang mondok di sana," ujar Aisyah, tersenyum

"Masya Allah, kamu pernah mondok di sana, tahun kapan? Kok aku nggak tau sih," ekspresinya terlihat terkejut namun juga antusias

"Iya Mbak, tepatnya sejak 6 tahun lalu, dan aku di sana emang nggak lama, cuma setahun. Karena Abi minta aku pindah ke pesantren Al Baqarah," jawab Aisyah, senyumnya mulai pudar. Karena, mengingat saat-saat dia di pesantren milik Abinya Ning Rahma, membuatnya kembali teringat hubungan antara Gus Ibra dan Ning Rahma, yang di mulai saat dia tak sengaja melihat mereka bertemu diam-diam di luar pagar pesantren, hal yang sangat tidak wajar dilakukan oleh seorang Putri pemilik pesantren dan santrinya, yang tak lain adalah Ibrahim, suaminya sendiri.

Rahma tertegun, '6 tahun lalu?'
"Oh,,, sudah cukup lama ya?" Rahma melihat ke arah kaca di atas mobil depan, dan tak sengaja bersamaan dengan Ibra yang memang saat itu menatapnya,

Rahma tersenyum samar, dia masih tidak cukup tangguh jika harus menatap lagi mata yang dulu pernah sangat dicintainya, pria yang dia harapkan untuk menjadi imamnya

Ibra mendengar apa yang mereka bicarakan, termasuk saat Aisyah mengatakan jika dia juga alumni pesantren Al Anwar, sama seperti dirinya.
Tapi, tak satupun dari mereka yang menyadari perubahan raut wajah pada Aisyah, mereka juga tak pernah terfikir kalau sebenarnya Aisyah tau semuanya, semua hubungan mereka di masa lalu, tapi satu hal yang tidak Aisyah ketahui sampai saat ini,

perkara apakah yang membuat Ibra tidak menikahi wanita yang dicintainya?
Bagaimana bisa takdir malah menyatukan Rahma dengan kakak Ibrahim, bukan Ibrahim?
Pertanyaan itulah yang sampai saat ini belum terjawab olehnya

"Pak Joko, nanti ke apartemen dulu ya! Biar barangnya di turunin di sana," ujar Ibrahim

"Baik Gus," jawab Pak Joko

Sekitar 3 jam, akhirnya mereka sampai di halaman apartemen, Aisyah keluar berniat membawa barangnya ke loker penitipan dekat meja resepsionis. Namun sebelumnya, dia berkata kepada Ibrahim
"GusAl, sebaiknya Ais nggak usah ikut ke RS deh, GusAl sendiri aja ya nganterin Mbak Rahma, nggak papa biar Ais yang bawa barangnya ke atas, kan GusAl juga udah ngasih kuncinya ke Ais," ujarnya

"Nggak, kamu harus ikut! Biar barangnya Pak Joko yang bawa ke atas, nggak papa kan Pak?" Ujar Ibra mengalihkan pandangan ke arah Pak Joko
"Oh iya Gus, biar saya yang bawa ke atas sekalian, tapi yang nyetir mobilnya?" Jawab Pak Joko

"Nanti biar saya sendiri yang nyetir,"
"Kamu ikut ya," lanjut Ibra meyakinkan Aisyah

"Hmm, Ais nggak suka bau obat," ujar Aisyah, memang kenyataannya sejak kecil Ais sangat tidak suka jika diajak berobat ke dokter

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang