' Sungguh, merasa nyaman di dekatmu, aku suka itu. Namun, aku pun benci, karena itu membuat orang lain juga nyaman di dekatmu'
~Aisyah~"Asalamualaikum," ujar Ibrahim, usai bersalaman dengan Aisyah
"Waalaikum salam, hati-hati GusAl," teriak Aisyah, sambil melambai ke arah Ibra yang masih berjalan ke arah mobilnya, Ibra membalasnya dengan senyuman.
Aisyah hari ini mengantar Ibra sampai di halaman parkir apartemen, dia keluar berniat melihat-melihat area apartemen lebih dulu serta mencari udara pagi.
Mobil BMW hitam milik Ibra telah keluar dari halaman apartemen, menyisakan asap dan deru mobil yang mulai menjauh. Aisyah berjalan menyusuri taman dengan lumayan banyak bunga itu sembari sesekali tersenyum menyapa penghuni apartemen lain.
Dia duduk di kursi kayu bercat putih yang berada di tengah-tengah arena taman, berusaha menyerapi setiap inci kehidupan dan mencoba bersyukur bukanlah hal yang sulit tapi, manusia sering lupa akan satu hal itu. Dan itu juga yang saat ini dilakukan oleh Aisyah, bersyukur.
"Semoga ini menjadi awal yang indah Ya Rabb," lirihnya
Selang 10 menit
'TIN TIN TIN...'
Suara klakson mobil, membuyarkan lamunannya. Aisyah sadar siapa orang yang saat ini berada di dalam mobil itu.
Dia segera beranjak ke arah Avanza putih itu."Asalamualaikum," ujar Aisyah begitu masuk ke dalam mobil.
"Waalaikum salam, kamu udah izin ke Ibra kan, tadi?" tanya Gus Arkan
"Sudah Mas, udah ayo kasian temenku udah lama nunggu ya," jawab Aisyah
"Ya sejak kemarin, kayaknya kamu nggak undang dia waktu resepsi ya? Soalnya mas nggak pernah lihat dia sebelumnya. Kenapa?"
"Ya Allah Mas, iya. Aku benar-benar nggak ingat, kok bisa sih?! Astagfirullah" jawab Aisyah, merutuki dirinya sendiri yang baru saja melakukan kesalahan dengan tidak mengundang sahabatnya itu.
Gus Arkan hanya geleng-geleng kepala sebagai tanggapan.Mereka terdiam, keheningan terisi oleh alunan musik di pagi yang cerah ini, mobil terus melaju membelah susunan jalan beraspal.
~~~~~~~
Ibra sudah berkutat dengan lembaran dokumen tugas mahasiswa yang sudah di tinggalnya cuti selama ini, dia terus saja menggelengkan kepala melihat penulisan yang masih saja tidak rapi, sambil tangannya memegang bolpoin merah untuk mengoreksi.
"Wah wah wah, Pak Ibra udah masuk aja, gimana honeymoon nya? Lancar?" sapa seorang dosen yang kerap dipanggil Rendi ini, dia seorang dosen Bahasa Inggris, sahabat Ibrahim sejak dia mulai menjadi dosen di kampus itu. Namun, mereka juga pernah kenal sebelumnya karena sama-sama belajar di Al Azhar, Kairo.
Ibra menatapnya, lalu menggeleng.
"Haduh, kenapa nggak? Seharusnya bisalah ambil keadaan," jawabnyaIbra semakin sebal dibuatnya
"Bukan itu! Sayanya aja yang belum siap, saya nggak mau dosa.""Lah? Ngapain dosa coba? Sekarang gini, dia istri siapa? Kamu. Hak siapa? Kamu. Ya terus dosanya di mana Gus Ibra?" tanyanya greget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]
EspiritualTersedia di shopee: Cahaya_publisher15 Ahmad Alfan Ibrahim, seorang gus yang memutuskan untuk menikahi wanita yang abahnya tawarkan. Karena cinta yang dia harapkan, justru Allah sandingkan dengan kakaknya. Miris bukan? Namun, kuasa Allah gantikan d...