'Allah, betapa beruntungnya diriku memiliki dia sebagai kekasih halalku, terimakasih Ya Rabb'
~Ibrahim~"Jangan!" Ibrahim melangkah ke posisi Aisyah berdiri, kancing kemejanya yang terbuka menampakkan tubuh Ibrahim yang atletis.
"Ke ke kenapa?" Tanya Aisyah dengan suara yang sudah mulai gemetar karena jaraknya dengan Ibrahim yang sangat dekat membuat oksigen seolah direnggut darinya.
"Nanti banyak yang lihatin kamu, aku cemburu"
'blush'
Melihat perubahan warna wajah Aisyah, Ibrahim justru menyentuh kedua pipinya lembut.
"Aku berharap tadi malam mimpimu indah sayang, karena ungkapan perasaanku bukanlah dusta, tapi nyata."Tadi malam?
Iya, usai Ibrahim menjelaskan semua uneg-unegnya selama ini, dia mengutarakan perasaannya kepada Aisyah, bahwasanya Allah telah mengukir nama Aisyah sebagai wanita yang pantas di cintainya seumur hidup, dan Aisyah begitu bahagia mendengarnya.
tapi sayang, semalam mereka tak sempat melakukannya, karena Ibrahim bisa melihat Aisyah sudah sangat mengantuk, mungkin juga dia lelah karena harus membersihkan apartemen yang cukup luas ini sendiri.
Ibrahim tidak tega, hanya demi kepuasannya, bukan berati dia akan memaksa Aisyah memberikan haknya di waktu yang kurang pas.Ibra tersenyum, mengecup bibir itu sekilas lalu berbalik lagi ke tempat awalnya, yaitu di depan cermin.
Aisyah bingung dia harus bereaksi apa, menatap Ibrahim yang ternyata saat itu juga balas menatapnya dari pantulan cermin membuatnya semakin salah tingkah."A.. a.. Ais, ke dapur dulu," Aisyah pun memutuskan pergi dari kamar yang barhawa panas itu.
"Tunggu!" Cegat IbrahimAisyah berhenti di tengah pintu dengan tangan yang masih memegang knop karena bersiap menutupnya "iya?"
"Hari ini kita sarapan di luar saja, karena mata kuliah mulai nanti siang, jadi pagi ini aku kosong,"
"Tidak ada penolakan!" Tambah Ibrahim saat melihat Aisyah akan membuka mulutnya, untuk mengantisipasi kalimat penolakan yang mungkin saja akan telontar.
Aisyah meliriknya sinis. Namun, sedetik kemudian tersenyum dan mengangguk.
'Allah, betapa beruntungnya diriku memiliki dia sebagai kekasih halalku, terimakasih Ya Rabb' batin Ibrahim.
~~~~~~~
Di tengah suasana makan Ibrahim dan Aisyah, ponsel milik Ibra melantunkan murottal surat Al Mulk yang menandakan adanya panggilan masuk, membuat mereka spontan menghentikan makannya melirik ke arah ponsel itu di letakkan.
Ibra melirik nama yang tertera di depan layar sebagai nama penelepon, RAHMA.
"Kok nggak di angkat? Angkat aja, siapa tau penting?" Saran Aisyah
"Nggak usah, paling juga nggak penting!" Jawab Ibrahim malas
"Siapa?"
Ibrahim hanya diam, menatap Aisyah.Ponsel itu berbunyi lagi, Aisyah mengambilnya, tidak segan dengan sikap ibrahim karena hanya membiarkannya tanpa mencoba mengangkat. Aisyah awalnya tertegun, melihat nama Rahma yang muncul di sana, tapi dia tetap mengangkatnya.
"As-"
"Al? Maaf, aku pasti ganggu banget pagi-pagi udah telpon kamu. Aku mau langsung to the poin aja, kemarin Mas Idris hampir aja nemuin foto kita waktu pacaran dulu, jujur aku lupa kalau ternyata masih ada yang kebawa. Dan, tadi pagi Mas Idris juga ngecek handphone ku, dan dia nemuin video murottal suara kamu, sempat aku bingung buat jawab apa, tapi Alhamdulillah dia percaya sama alasan aku. Maaf banget ya Al, aku,, aku emang masih nyimpen foto kamu. Tapi tenang, udah aku amanin kok, sekarang insyaallah bakal aman." Jelas Rahma dengan suara yang terdengar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]
EspiritualTersedia di shopee: Cahaya_publisher15 Ahmad Alfan Ibrahim, seorang gus yang memutuskan untuk menikahi wanita yang abahnya tawarkan. Karena cinta yang dia harapkan, justru Allah sandingkan dengan kakaknya. Miris bukan? Namun, kuasa Allah gantikan d...