23. Awakwrd

3K 254 83
                                    

Happy Reading ♥️
Jangan lupa dibintangin dong 😉

Happy Reading ♥️Jangan lupa dibintangin dong 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huwaaaaaaaaa!!!!"

"Eh eeh, kenapa?"

"I-itu Pak, it..."

"Kenapa?"

Tanpa basa-basi Hanafi menghampiri Azrin yang berada di meja rias, namun Azrin terperanjat dari tempat duduk nya dan kembali berteriak.

"Huwwaaaa!! Jang—hmmmpph! Hmmpph!"

Merasa geram dengan Azrin, Hanafi pun membekap mulut Azrin, karena teriakannya itu sangat kencang dan bisa-bisa semua penghuni hotel ini terganggu.

"Sstttt, jangan teriak-teriak."

"Hmmmppphh!"

"Iya-iya, aku lepasin tapi kamu jangan teriak lagi, oke?"

Azrin mengangguk, kini keduanya diam. Hanafi menunggu istrinya itu berbicara, namun ia hanya diam menatap ke lain arah.

"Kenapa teriak-teriak? Hm?"

"I-itu, tadi, kenapa Bapak cuma pake boxer?"

"Ck, gak apa-apa dong. Kan udah halal."

"Tapi kan, ak—"

"Tunggu-tunggu. Tadi kamu panggil apa?"

"Ba... pak."

Ide-ide jahil pun muncul di otak Hanafi saat ini, mengapa Azrin masih memanggil nya dengan sebutan Pak? Bahkan itu membuat Hanafi merasa gemas dengannya.

"Hah? Apa?"

"Bapak."

Cup

Kecupan singkat mendarat di pipi kanan Azrin dan itu benar-benar berhasil membuat Azrin tertegun.

"Ya Allah! Dia mencium ku! Ternyata Hanafi yang terlihat cuek dan datar bisa seagresif ini?" batin Azrin.

"Kalau kamu masih panggil aku Bapak, aku akan menghukum mu lebih dari ini."

"Ish, kenapa main cium aja sih Pak. Eh Mas maksudnya."

"Mau aku cium lagi?"

"Eh, anu... itu... aku mau ke kamar mandi." Dengan tergesa Azrin bangun dan bergegas ke kamar mandi. Detik berikutnya Hanafi tertawa terpingkal-pingkal setelah melihat reaksi Azrin saat ia menciumnya. Sedikit polos namun ia suka.

Sementara Azrin sudah tak bisa mengontrol detak jantungnya yang berdegup sangat kencang.

"Aaahh... Umiii, Arin malu," lirih Azrin sambil memegang dadanya.

"Aaazz!!! Jangan lama-lama mandinya!" teriak Hanafi.

"Hah?! Emangnya mau apa dia? Ya Allah, tolonglah hambamu ini," batinnya.

"Iy-iyaa!"

Hanafi yang mendengarnya pun merasa senang. Selama menunggu istrinya itu selesai mandi, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur king size dengan tangannya yang dijadikan bantal.

Karena lelah akibat resepsi tadi, Hanafi memejamkan matanya sebentar. Namun ia teringat gelang milik Azrin yang belum ia kembalikan, dan mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikannya.

Mata yang terpejam tadi pun kembali terbuka dan Hanafi mengambil gelang itu di saku jas pengantin tadi lalu kembali duduk di pinggiran ranjang. Dalam hitungan detik terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.

Ceklek

Ternyata Azrin sudah selesai mandi, kini ia mengenakan pakaian tidur panjang dan jilbab instan. Matanya tertuju pada Hanafi, ia bernapas lega karena Hanafi sudah memakai celana pendek selutut. Namun lagi-lagi Azrin meneguk ludahnya saat melihat Hanafi hanya memakai kaos singlet putih. Sehingga badannya yang sispex itu terlihat sangat jelas.

"Jangan berdiri di sana, sini duduk."

Seakan tahu Azrin sedang diam berdiri melihat suaminya itu, Hanafi pun memanggilnya.

"Aduh, kok pikiran aku jadi gak sinkron gini ya? Kok jadi takut. Apa jangan-jangan dia mau minta hak nya malam ini juga?"

"Sini," ucap Hanafi sambil menepuk kasur bagian sampingnya.

Dengan ragu Azrin melangkahkan kakinya mendekati Hanafi yang sedang duduk di pinggiran ranjang. Dalam hitungan detik Azrin sudah berada di samping Hanafi. Azrin menunduk, namun Hanafi langsung memberikan gelangnya.

"Ini." Hanafi menyodorkan gelang itu pada Azrin.

"Ini kan ge—"

"Iya, itu gelang kamu. Saat kita gak sengaja ketemu di Mall, gelang itu jatuh. Aku sempet mau balikin tapi kamu malah pergi."

"Makasih udah mau simpen."

"Sama-sama."

Hanafi merasa geram dengan istrinya yang masih saja terus-terusan menunduk. Memangnya wajah tampan suaminya itu tidak menarik?

"Mau nunduk terus?"

Azrin menggeleng, namun ia enggan menatap Hanafi. Padahal sekarang status mereka sudah menjadi suami istri, mungkin Azrin masih malu dan kaku jika berkontak fisik dengan Hanafi.

Rasa gemas pada Azrin tak bisa ia tahan sekarang. Rasanya ia ingin menciumnya, namun ia takut jika Azrin tidak nyaman jika ia melakukannya. Sedikit berbasa-basi Hanafi mulai berbicara dengan kedua tangannya yang menangkup pipi Azrin.






SEBAGIAN CERITA DIHAPUS
Mohon maaf teman-teman, ceritanya aku hapus karen novelnya sudah terbit 🙏🏻 kalau mau tau kelanjutannya, novelnya bisa beli di shopee jaksamedia.id atau bisa DM ke instagramnya jaksamedia.id🖤










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Kau dan Seuntai Doa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang