7. Salah Paham (2)

3K 279 44
                                    

Rasa ini hanyalah fatamorgana. Bersifat semu dan mungkin tak akan menjadi nyata.

Happy Reading ♥️

Azrin melepas mukena yang ia kenakan, lalu melipat sajadah dan menaruhnya di pinggiran ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azrin melepas mukena yang ia kenakan, lalu melipat sajadah dan menaruhnya di pinggiran ranjang. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur usai solat Dzuhur. Sekarang kaki nya terasa pegal, sepertinya itu akibat berlari mengelilingi komplek pagi tadi. Ditambah dengan bermain challenge dengan Abangnya.

Abangnya itu memang benar-benar keterlaluan, setelah ia makan bersama di kedai bubur mas Salim, Azran menantang nya balap lari. Bagi yang kalah, harus mengantarnya jalan-jalan ke Mall. Bisa kalian bayangkan, lari dari depan komplek yang jaraknya sekitar 7-10km sampai ke rumahnya.

Kalian perlu tahu ini. Bahwa yang memeluk Azrin di kedai mas Salim itu adalah Azran-kakak Azrin. Azran memang jarang sekali pulang ke rumah, karena ia meneruskan perusahaan Basyri yang ada di Surabaya. Pulang pun saat memiliki waktu senggang saja.


🍁🍁🍁

Kini Azran berada di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Ia berangkat pukul 03.00 dini hari, kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan dari Surabaya menuju Bandung. Ini memang waktu yang terlalu pagi untuknya pulang. Tapi ia sudah tidak sabar ingin bertemu keluarganya, terutama Azrin.

Sambil menunggu taksinya datang, ia merogoh ponsel dan mengecek Whatsapp. Ingin sekali rasanya ia menelpon Azrin saat ini, dan memberitahu bahwa abangnya ini akan segera tiba di rumah. Namun Azran memilih enggan melakukannya, ia takut mengganggu adik kesayangannya itu.

Taksi datang, Azran yang memainkan ponselnya pun memasukkannya kembali ke saku celana. Dan langsung naik ke dalam taksi sambil membawa masuk kopernya yang tidak terlalu besar.

"Tujuannya kemana ya, mas?"

"Perumahan Permata Raya ya, pak," jawan Azran memberitahu alamatnya, supir taksi itu hanya mengangguk.

Azran melihat pemandangan Bandung di subuh hari lewat kaca mobil taksi, banyak lampu-lampu jalan yang masih menyala. Detik berikutnya, matanya beralih melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi.

Ia meminta pada supir itu untuk berhenti di masjid, karena ia belum menunaikan solatnya. Telat memang, tapi telat lebih baik daripada tidak sama sekali bukan?

Harusnya pukul 05.45 ia sudah sampai di kediaman Basyri. Tapi karena ada sedikit kendala dengan taksinya, membuat Azran tiba di rumahnya sedikit terlambat. Sudahlah tak apa, yang penting ia sampai dengan selamat.

Aku Kau dan Seuntai Doa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang